Yogyakarta (ANTARA) - Hari pertama pelaksanaan penerimaan peserta didik baru jenjang SMP negeri di Kota Yogyakarta untuk jalur zona mutu masih menyisakan banyak kuota dan belum ada satupun SMP Negeri yang sudah memenuhi kuota untuk jalur persaingan nilai USBN tersebut.

Dari 16 SMP negeri di Kota Yogyakarta, hanya SMP Negeri 15 Kota Yogyakarta saja yang hampir memenuhi kuota yang ditetapkan yaitu sebanyak 169 siswa.

“Sampai siang ini, sudah ada 160 siswa yang mendaftar untuk zona mutu. Sedangkan untuk siswa dari zona luar daerah ada 10 orang dan untuk siswa dari jalur Kartu Menuju Sejahtera (KMS) sudah ada 43 pendaftar,” kata Kepala SMP Negeri 15 Yogyakarta Siti Arina Budi Astuti di Yogyakarta, Senin (1/7).

Menurut dia, persaingan yang lebih ketat pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SMP Negeri 15 Yogyakarta justru terjadi di jalur KMS atau siswa dari keluarga miskin Kota Yogyakarta. Jumlah pendaftar pada hari pertama sudah melebihi kuota yang ditetapkan yaitu 34 siswa.

“Siswa KMS dengan nilai ujian sekolah berstandar nasional (USBN) yang lebih rendah terpaksa harus terlempar dari SMP Negeri 15 Yogyakarta. Biasanya, banyak siswa KMS yang memang mendaftar ke sini karena kuota yang disiapkan banyak,” katanya.

Siti menyebut, jika kuota untuk siswa KMS tidak terpenuhi, maka sisa kuota tersebut akan otomatis dialihkan untuk menambah kuota dari zonasi mutu.

SMP Negeri 15 Yogyakarta pada tahun ini akan menerima sebanyak 340 siswa dari berbagai jalur penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang terbagi dalam 10 rombongan belajar. “Kelasnya memang gemuk karena kami berharap akan ada lebih banyak siswa asal Kota Yogyakarta yang bisa mendapat akses sekolah di sekolah negeri,” katanya.

Baca juga: Calon siswa SMP Yogyakarta bisa pilih PPDB jalur zonasi dan prestasi

Sementara itu, di 15 SMP negeri lain di Kota Yogyakarta masih menyisakan lebih dari separuh kuota zona mutu dan juga zona KMS. Proses verifikasi berkas PPDB jenjang SMP negeri di Kota Yogyakarta akan dilakukan hingga Rabu (3/7).

“Kami memberikan banyak pilihan jalur pendaftaran kepada calon siswa. Mulai dari bibit unggul sekolah, zonasi jarak, hingga zonasi mutu,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budhi Ashrori.

Ia berharap, banyaknya pilihan jalur pendaftaran yang bisa dipilih calon siswa asal Kota Yogyakarta tersebut tidak lagi menyisakan permasalahan yang terjadi saat PPDB SMP tahun lalu yaitu adanya “blank spot” sehingga ada siswa yang tidak tertampung di sekolah negeri karena jarak rumah ke sekolah jauh.

Sedangkan masih banyaknya sisa kuota pada PPDB hari pertama, dinilai disebabkan banyak calon siswa yang memilih melihat persaingan nilai sebelum memutuskan melakukan verifikasi pendaftaran.

Total kuota pada PPDB SMP negeri di Kota Yogyakarta pada tahun ajaran 2019/2020 ditetapkan sebanyak 3.462 siswa.

Sementara itu, Koordinator Forum Pemantau Independen Kota Yogyakarta Baharudin Kamba menyoroti PPDB dari zona KMS karena kondisi calon siswa tidak menunjukkan berasal dari keluarga miskin. “Ada beberapa yang mengendarai sepeda motor dengan harga yang cukup mahal. Ada pula siswa yang membawa telepon selular dengan spesifikasi bagus yang harganya cukup mahal,” katanya.

Temuan tersebut akan disampaikan ke Pemerintah Kota Yogyakarta agar ditindaklanjuti oleh instansi terkait sehingga dalam pendataan keluarga miskin bisa dilakukan lebih cermat.

Baca juga: PPDB SMP di Yogyakarta dimulai dari jalur bibit unggul

Selain itu, Forpi juga meminta agar sisa kuota dari zona bibit unggul diinformasikan secara terbuka agar tidak ada siswa titipan. Sisa kuota tersebut akan dimasukkan untuk menambah kuota zona mutu. Sisa kuota di SMP Negeri 3 Yogyakarta tercatat 11 siswa, SMP Negeri 5 sisa dua siswa, SMP Negeri 6 tersisa satu siswa, SMP Negeri 10 sisa 1 anak, SMP Negeri 13 sisa satu siswa, SMP Negeri 14 sisa 11 anak dan SMP Negeri 15 sisa 16 anak.

Salah satu orang tua calon siswa, Sugito mengatakan, proses PPDB SMP negeri bisa diikuti dengan cukup mudah meskipun sempat salah dalam memasukkan jumlah pilihan.

“Saat pendaftaran online, saya sepertinya memasukkan tiga pilihan sekolah tetapi rupanya hanya muncul satu pilihan saja yaitu di SMP Negeri 15. Petugas mengatakan bahwa perbaikan bisa dilakukan tetapi saya memilih tidak melakukan perubahan karena sudah mantap masuk ke sekolah ini dan yakin bisa diterima,” katanya.

Ia mengatakan, kuota siswa yang cukup banyak menjadi salah satu pertimbangan saat mendaftarkan anaknya masuk ke sekolah tersebut. “Saya mengikuti jalur zonasi jarak tetapi tidak diterima karena jarak rumah jauh,” katanya yang beralamat di Sidikan Umbulharjo.