Tangerang (ANTARA) - Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) Ismail mengatakan bahwa pemerintah tidak akan terburu-buru dalam menyelenggarakan frekuensi jaringan internet generasi kelima (5G) di Indonesia.

"Kami akan melakukannya hanya pada saat yang tepat," kata Ismail usai pembukaan Pertemuan Ke-25 "Asia Pacific Telecomunity (APT) Wireless Group" yang akan berlangsung di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten, Senin.

Menurut dia, jangan sampai penyelenggaraan jaringan 5G ini dilakukan terlalu cepat karena teknologi tersebut di dunia juga masih dalam tahap pengembangan.

"Tetapi kami juga tidak akan terlalu lama agar Indonesia tidak tertinggal dengan negara lain dalam penerapannya (jaringan 5G)," lanjut Ismail.

Dia mengatakan pemerintah akan menetapkan frekuensi 5G setidaknya setelah Konferensi Komunikasi Radio Dunia (WRC) yang dijadwalkan berlangsung di Mesir pada Oktober 2019.

Pada tahun ini juga, kata Ismail, pemerintah bersama sejumlah komunitas, termasuk perusahaan operator akan membentuk kelompok kerja khusus untuk mempersiapkan layanan jaringan 5G ini.

"Kelompok kerja tersebut termasuk membahas aspek ekonomi dalam penerapan frekuensi 5G," kata dia.

Maksudnya, lanjut Ismail, bagaimana model bisnis terbaik yang bisa diterapkan oleh operator dalam melayani masyarakat dengan teknologi 5G ini.

Saat ditanya Indonesia akan memilih ekosistem 5G atau 3,5G yang berkembang di dunia saat ini, Ismail menegaskan Indonesia akan ikuti ekosistem yang terbaik yaitu 5G.

"Dengan memilih ekosistem 5G ini, biaya investasi dari operator untuk pengembangan layanan 5G akan lebih efisien," kata Ismail.


Baca juga: Pasar semikonduktor bakal melonjak di era 5G, apa itu semikonduktor?