BPS: cabai merah dan ikan segar picu inflasi Juni 2019
1 Juli 2019 11:46 WIB
Ilustrasi - Kenaikan harga cabai merah menjadi salah satu pemicu inflasi Juni 2019 . (Antara Sumbar/Etri Saputra)
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga cabai merah dan ikan segar yang tinggi menjadi pemicu laju inflasi pada Juni 2019 sebesar 0,55 persen.
"Kenaikan harga cabai merah dan ikan segar menjadi penyumbang inflasi karena cuaca yang kurang mendukung," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin.
Suhariyanto mengatakan cabai merah memberikan andil inflasi sebesar 0,20 persen dan ikan segar menyumbang andil inflasi 0,05 persen.
Kelompok bahan makanan yang juga memberikan sumbangan inflasi pada periode ini adalah harga sayur mayur seperti tomat yang masih mengalami kenaikan.
Dari kelompok sandang, inflasi pada Juni 2019 juga dipengaruhi oleh tingginya harga emas perhiasan yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen.
"Kenaikan harga emas perhiasan cukup signifikan, ini terjadi di 76 kota yang dipantau, dengan kenaikan harga tertinggi di Serang mencapai enam persen serta Tarakan dan Ternate lima persen," ujarnya.
Meski demikian, terdapat harga beberapa kelompok bahan pangan yang turun dan menjadi penghambat tingginya inflasi pada Juni 2019.
Bahan makanan yang menyumbang deflasi antara lain bawang putih yang menyumbang andil terhadap deflasi 0,06 persen serta daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing 0,02 persen.
"Harga bawang putih mulai turun, karena impornya cukup besar," kata Suhariyanto.
Baca juga: BPS catat laju inflasi Juni 2019 sebesar 0,55 persen
Kelompok lainnya yang menyumbang deflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara.
Menurut Suhariyanto, tarif angkutan udara memberikan sumbangan deflasi 0,04 persen karena kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga tiket pesawat mulai memperlihatkan hasil.
"Dari 82 kota, tarif angkutan udara turun di 32 kota. Contohnya di Makassar turun 12 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan Batam turun 11 persen," ujarnya.
Dengan inflasi Juni 2019 tercatat 0,55 persen, maka laju inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2,05 persen dan laju inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,28 persen.
"Inflasi sampai Juni 2019 masih dibawah target dan termasuk terkendali karena berbagai program yang dilaksanakan pemerintah cukup berhasil," kata Suhariyanto.
Dalam kesempatan ini, BPS juga mencatat sebanyak 76 kota mengalami inflasi dan hanya enam kota menyumbang deflasi pada Juni 2019.
Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 3,6 persen dan terendah terjadi di Singaraja sebesar 0,02 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan 0,41 persen dan terendah di Jayapura 0,08 persen.
Baca juga: Asosiasi prediksi harga cabai merah besar berpeluang terus naik
"Kenaikan harga cabai merah dan ikan segar menjadi penyumbang inflasi karena cuaca yang kurang mendukung," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin.
Suhariyanto mengatakan cabai merah memberikan andil inflasi sebesar 0,20 persen dan ikan segar menyumbang andil inflasi 0,05 persen.
Kelompok bahan makanan yang juga memberikan sumbangan inflasi pada periode ini adalah harga sayur mayur seperti tomat yang masih mengalami kenaikan.
Dari kelompok sandang, inflasi pada Juni 2019 juga dipengaruhi oleh tingginya harga emas perhiasan yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen.
"Kenaikan harga emas perhiasan cukup signifikan, ini terjadi di 76 kota yang dipantau, dengan kenaikan harga tertinggi di Serang mencapai enam persen serta Tarakan dan Ternate lima persen," ujarnya.
Meski demikian, terdapat harga beberapa kelompok bahan pangan yang turun dan menjadi penghambat tingginya inflasi pada Juni 2019.
Bahan makanan yang menyumbang deflasi antara lain bawang putih yang menyumbang andil terhadap deflasi 0,06 persen serta daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing 0,02 persen.
"Harga bawang putih mulai turun, karena impornya cukup besar," kata Suhariyanto.
Baca juga: BPS catat laju inflasi Juni 2019 sebesar 0,55 persen
Kelompok lainnya yang menyumbang deflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara.
Menurut Suhariyanto, tarif angkutan udara memberikan sumbangan deflasi 0,04 persen karena kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga tiket pesawat mulai memperlihatkan hasil.
"Dari 82 kota, tarif angkutan udara turun di 32 kota. Contohnya di Makassar turun 12 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan Batam turun 11 persen," ujarnya.
Dengan inflasi Juni 2019 tercatat 0,55 persen, maka laju inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2,05 persen dan laju inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,28 persen.
"Inflasi sampai Juni 2019 masih dibawah target dan termasuk terkendali karena berbagai program yang dilaksanakan pemerintah cukup berhasil," kata Suhariyanto.
Dalam kesempatan ini, BPS juga mencatat sebanyak 76 kota mengalami inflasi dan hanya enam kota menyumbang deflasi pada Juni 2019.
Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 3,6 persen dan terendah terjadi di Singaraja sebesar 0,02 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan 0,41 persen dan terendah di Jayapura 0,08 persen.
Baca juga: Asosiasi prediksi harga cabai merah besar berpeluang terus naik
Pewarta: Satyagraha
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: