Artikel
Hasil pemilu (yang) bawa indeks dan nilai tukar positif
Oleh Citro Atmoko
30 Juni 2019 19:49 WIB
Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024, Joko Widodo (kiri) dan KH Ma'ruf Amin bersiap menyampaikan sambutan usai menerima surat keputusan KPU tentang Penetapan Hasil Pemilu 2019 di gedung KPU, Jakarta, Minggu (30/6/2019) ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/wsj. (ANTARAFOTO/PUSPA PERWITASARI)
Jakarta (ANTARA) - Pekan ini menjadi pekan yang krusial dan begitu dinantikan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kamis (27/6) lalu, Mahkamah Konstitusi (MK) akhirnya memutuskan untuk menolak gugatan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) yang diajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Dengan adanya putusan MK tersebut, pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin menjadi pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih untuk periode 2019-2024. Pelaku pasar, baik pasar saham maupun pasar uang, pun merespon positif.
Keesokan paginya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka menguat. Hasil keputusan MK dan diiringi kondisi keamanan nasional yang tetap kondusif diprediksi menjadi sentimen utama bagi pasar pada akhir pekan.
"Hasil putusan MK diperkirakan berdampak besar bagi IHSG pada hari ini, sekaligus mengeliminasi sentimen negatif pasar lainnya," kata Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah.
Benar saja, hingga penutupan bursa saham, IHSG relatif nyaman berada di zona hijau. Indeks bahkan ditutup menguat ditengah bursa saham regional Asia yang justru mengalami koreksi.
IHSG ditutup menguat 5,92 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.358,63. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 2,59 poin atau 0,26 persen menjadi 1.013,96.
Sementara itu, dari pasar uang, nilai tukar rupiah pun pada Jumat sore ditutup menguat kendati pada pagi hari sempat melemah. Rupiah menguat 14 poin atau 0,1 persen menjadi Rp14.126 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.140 per dolar AS.
Namun, putusan MK sendiri dinilai sebenarnya tidak banyak berpengaruh karena relatif sudah diprediksi oleh pelaku pasar dan tidak menjadi isu besar di pasar uang saat itu karena pelaku pasar lebih menunggu hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dengan terpilihnya kembali Jokowi menjadi presiden, maka arah kebijakan secara umum tidak akan berubah banyak dan ini dinilai lebih memberikan kepastian bagi pasar.
"Sejumlah investor yang sejak gonjang-ganjing pilpres menahan diri untuk berinvestasi, bisa kembali agresif masuk ke instrumen berisiko, apalagi setelah lembaga pemeringkat Standard & Poor's memberikan rating BBB- menjadi BBB+ terhadap obligasi Indonesia, sehingga harapan untuk gagal bayar berinvestasi sangat kecil," ujar Ibrahim.
Jika menilik ke belekang, investor saham memang cenderung lebih berhati-hati terutama menjelang hari pencoblosan pemilu yang digelar pada 17 April 2019 lalu. Kondisi tersebut membuat pergerakan IHSG relatif landai.
Sejak akhir Januari 2019, indeks memang cenderung bergerak datar (sideways). Dibandingkan dengan pemilu 2014 lalu, IHSG justru menurun jelang pelaksanaan pemilu dan kembali meningkat setelah pemilu selesai.
Usai pemilihan presiden (pilpres) 2014 di mana Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) dinyatakan menang sebagai presiden dan wakil presiden terpilih, pasar langsung merespon positif karena program-program Jokowi-JK saat itu dinilai propasar seperti pencabutan subsidi bahan bakar dan pembangunan infrastruktur.
Sejumlah analis saat itu menilai, jika Jokowi kembali menang, respon pasar kemungkinan tidak jauh berbeda karena kebijakannya sama, tapi intensitas responnya mungkin tidak semasif dulu. Hal ini pun benar terjadi.
Saat pengumuman hasil rekapitulasi nasional Pemilihan Presiden 2019 oleh KPU pada 21 Mei 2019 lalu dimana paslon 01 dinyatakan unggul, juga menjadi sentimen yang positif bagi pasar waktu itu kendati IHSG sepekan sebelumnya cenderung menurun hingga menembus level di bawah 6.000.
Kala itu, banyak investor asing yang melakukan aksi jual sehingga terjadi arus modal keluar (capital outlow) namun kemudian pasar berangsur-angsur kembali normal hingga kembali menembus level di atas 6.000.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi juga meyakini, akan semakin banyak perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) dengan adanya kepastian politik terkait pemerintahan baru.
Baca juga: Pengamat: Keputusan MK tandai proses politik Pemilu 2019 sudah selesai
Baca juga: Prabowo-Sandi hormati keputusan MK
Dengan adanya putusan MK tersebut, pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin menjadi pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih untuk periode 2019-2024. Pelaku pasar, baik pasar saham maupun pasar uang, pun merespon positif.
Keesokan paginya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka menguat. Hasil keputusan MK dan diiringi kondisi keamanan nasional yang tetap kondusif diprediksi menjadi sentimen utama bagi pasar pada akhir pekan.
"Hasil putusan MK diperkirakan berdampak besar bagi IHSG pada hari ini, sekaligus mengeliminasi sentimen negatif pasar lainnya," kata Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah.
Benar saja, hingga penutupan bursa saham, IHSG relatif nyaman berada di zona hijau. Indeks bahkan ditutup menguat ditengah bursa saham regional Asia yang justru mengalami koreksi.
IHSG ditutup menguat 5,92 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.358,63. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 2,59 poin atau 0,26 persen menjadi 1.013,96.
Sementara itu, dari pasar uang, nilai tukar rupiah pun pada Jumat sore ditutup menguat kendati pada pagi hari sempat melemah. Rupiah menguat 14 poin atau 0,1 persen menjadi Rp14.126 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.140 per dolar AS.
Namun, putusan MK sendiri dinilai sebenarnya tidak banyak berpengaruh karena relatif sudah diprediksi oleh pelaku pasar dan tidak menjadi isu besar di pasar uang saat itu karena pelaku pasar lebih menunggu hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dengan terpilihnya kembali Jokowi menjadi presiden, maka arah kebijakan secara umum tidak akan berubah banyak dan ini dinilai lebih memberikan kepastian bagi pasar.
"Sejumlah investor yang sejak gonjang-ganjing pilpres menahan diri untuk berinvestasi, bisa kembali agresif masuk ke instrumen berisiko, apalagi setelah lembaga pemeringkat Standard & Poor's memberikan rating BBB- menjadi BBB+ terhadap obligasi Indonesia, sehingga harapan untuk gagal bayar berinvestasi sangat kecil," ujar Ibrahim.
Jika menilik ke belekang, investor saham memang cenderung lebih berhati-hati terutama menjelang hari pencoblosan pemilu yang digelar pada 17 April 2019 lalu. Kondisi tersebut membuat pergerakan IHSG relatif landai.
Sejak akhir Januari 2019, indeks memang cenderung bergerak datar (sideways). Dibandingkan dengan pemilu 2014 lalu, IHSG justru menurun jelang pelaksanaan pemilu dan kembali meningkat setelah pemilu selesai.
Usai pemilihan presiden (pilpres) 2014 di mana Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) dinyatakan menang sebagai presiden dan wakil presiden terpilih, pasar langsung merespon positif karena program-program Jokowi-JK saat itu dinilai propasar seperti pencabutan subsidi bahan bakar dan pembangunan infrastruktur.
Sejumlah analis saat itu menilai, jika Jokowi kembali menang, respon pasar kemungkinan tidak jauh berbeda karena kebijakannya sama, tapi intensitas responnya mungkin tidak semasif dulu. Hal ini pun benar terjadi.
Saat pengumuman hasil rekapitulasi nasional Pemilihan Presiden 2019 oleh KPU pada 21 Mei 2019 lalu dimana paslon 01 dinyatakan unggul, juga menjadi sentimen yang positif bagi pasar waktu itu kendati IHSG sepekan sebelumnya cenderung menurun hingga menembus level di bawah 6.000.
Kala itu, banyak investor asing yang melakukan aksi jual sehingga terjadi arus modal keluar (capital outlow) namun kemudian pasar berangsur-angsur kembali normal hingga kembali menembus level di atas 6.000.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi juga meyakini, akan semakin banyak perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) dengan adanya kepastian politik terkait pemerintahan baru.
Baca juga: Pengamat: Keputusan MK tandai proses politik Pemilu 2019 sudah selesai
Baca juga: Prabowo-Sandi hormati keputusan MK
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: