Jakarta (ANTARA) - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan bahwa Indonesia harus mampu memanfaatkan momentum G20 untuk mendongkrak ekonomi global

"Ini kan ada G20, nah itu selain ekonomi dalam negeri harus juga mempersiapkan Indonesia masuk kancah ekonomi global, kepada presiden terpilih nantinya," kata Hendri kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Sebab, menurut Hendri jika tidak bisa masuk ekonomi global, maka saat ini eksistensi negara bisa berbahaya, di mana perekonomian negara bisa tertinggal dari bangsa lainnya. Oleh karena itu, momen G20 harus dimanfaatkan.

Untuk ekonomi dalam negeri, konsep ekonomi merata harus segera diterapkan bagi siapapun presiden yang terpilih nantinya.

"Siapapun presidennya, kepastian ekonomi masa depan harus segera ditetapkan, salah satunya adalah konsep ekonomi merata," kata Hendri.

Salah satu ekonomi merata yang dimaksudkan adalah harga kebutuhan pokok yang terjangkau oleh masyarakat. "Perekonomian yang baik, adalah barometer bagi politik Indonesia, jadi itu adalah kuncinya," kata Hendri.

Sementara itu, Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi menjadwalkan akan membacakan amar putusan permohonan gugatan perselisihan hasil pemilu presiden 2019, pada Kamis mulai pukul 12:30 WIB.

Permohonan gugatan disampaikan capres dan cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ke Mahkamah Konstitusi, dan proses persidangan dilakukan mulai 14 Juni lalu.

Pemerintah Indonesia dalam pertemuan tingkat tinggi forum internasional G20 di Osaka, Jepang pada 28-29 Juni akan fokus pada pembahasan mengenai inklusivitas ekonomi digital, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir.

Menurut Arrmanatha, Pemerintah Indonesia memilih inklusivitas ekonomi digital sebagai salah satu fokusnya dalam sesi pembahasan pada pertemuan G20 karena bisnis rintisan yang berbasis teknologi (start-up) di Indonesia kini semakin berkembang pesat.

Bahkan, beberapa perusahaan startup di Indonesia termasuk dalam jajaran unicorn, yakni startup dengan valuasi di atas satu miliar dolar AS atau sekitar Rp13 triliun.

"Ekonomi digital seperti kita tahu ini merupakan ekonomi baru. Indonesia memiliki beberapa unicorn. (Pertemuan G20) ini kesempatan untuk kita mengembangkan industri ekonomi digital untuk menumbuhkan unicorn-unicorn baru di Indonesia," ujar Arrmanatha.

Dia menjelaskan bahwa pertemuan G20 dapat dimanfaatkan untuk membangun kerja sama untuk meningkatkan platform digital ekonomi dalam negeri, khususnya mengenai Data Free Flow with Trust (DFFT).