LIPI buka peluang kerja sama publikasi ilmiah dengan penerbit global
25 Juni 2019 21:05 WIB
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Press Rahmi Lestari Helmi berbicara kepada Antara, Jakarta, Selasa (25/06/2019). ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak/am.
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Press membuka peluang kerja sama dengan berbagai penerbit global yang ingin berkolaborasi untuk publikasi ilmiah, yang merupakan salah satu cara menyebarluaskan buku ilmiah atau hasil-hasil penelitian anak Indonesia kepada dunia.
"Kita sih membuka peluang kerja sama itu, karena saya berpikir makin banyak kita bekerja sama, makin banyak buku yang tersebarluaskan ke tingkat global, itu kan berarti bukan sekadar LIPI Press yang punya nama tapi nasional," kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Press Rahmi Lestari Helmi di sela-sela acara LIPI-Springer Book Publisihing Forum 2019, Jakarta, Selasa.
Dengan diseminasi buku ilmiah secara global, maka banyak isu-isu nasional yang juga bisa terangkat walaupun topiknya datang dari lokal.
Hingga saat ini, kerja sama pertama dengan penerbit global yang dilakukan LIPI adalah dengan Springer, dalam skema "co- publishing" atau penerbitan buku-buku yang sudah diterbitkan LIPI ke dalam versi Bahasa Inggris.
"Springer dengan pola kerja sama dengan kita ini mereka juga baru sama-sama belajar. Mereka biasanya menerima sebagai penulis, kalau kita kan kesetaraan penerbit dengan penerbit jadi buat mereka juga buat kita juga 'new experience' (pengalaman baru)," tuturnya.
Rahmi mengatakan proses menerbitkan buku untuk konsumsi global berbahasa Inggris perlu berbagai dukungan, termasuk anggaran dan sumber daya manusia seperti editor dengan kemampuan komunikasi Bahasa Inggris yang memadai.
"Co-publishing kami tetap sebagai strategi karena jangan sampai hasil penelitian dan 'knowledge' yang ada lokalitas di Indonesia ini tidak terekspos kepada banyak orang. Jadi kita tidak tahu karena memang tidak pernah ada publikasinya, begitu ada proses publikasi yang sahih discovery, invensi akan diketahui publik melalui satu buku," ujarnya.
Proses menerbitkan atau mempublikasikan buku dengan kaidah benar memang diperlukan agar masyarakat mendapat informasi yang sahih bukan palsu tapi sudah pasti terverifikasi. Publikasi ilmiah itu tentunya merupakan salah satu bentuk kontribusi untuk mencerdaskan bangsa.
"Harapannya makin luas orang yang akan tahu tentang Indonesia, banyak hal tentang Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Kolaborasi LIPI dan Springer tingkatkan aksesibilitas publikasi ilmiah
Baca juga: LIPI dan Springer kerja sama penerbitan 12 buku karya LIPI
Baca juga: KITLV ingin perluas kerja sama lintas ilmu dengan LIPI
"Kita sih membuka peluang kerja sama itu, karena saya berpikir makin banyak kita bekerja sama, makin banyak buku yang tersebarluaskan ke tingkat global, itu kan berarti bukan sekadar LIPI Press yang punya nama tapi nasional," kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Press Rahmi Lestari Helmi di sela-sela acara LIPI-Springer Book Publisihing Forum 2019, Jakarta, Selasa.
Dengan diseminasi buku ilmiah secara global, maka banyak isu-isu nasional yang juga bisa terangkat walaupun topiknya datang dari lokal.
Hingga saat ini, kerja sama pertama dengan penerbit global yang dilakukan LIPI adalah dengan Springer, dalam skema "co- publishing" atau penerbitan buku-buku yang sudah diterbitkan LIPI ke dalam versi Bahasa Inggris.
"Springer dengan pola kerja sama dengan kita ini mereka juga baru sama-sama belajar. Mereka biasanya menerima sebagai penulis, kalau kita kan kesetaraan penerbit dengan penerbit jadi buat mereka juga buat kita juga 'new experience' (pengalaman baru)," tuturnya.
Rahmi mengatakan proses menerbitkan buku untuk konsumsi global berbahasa Inggris perlu berbagai dukungan, termasuk anggaran dan sumber daya manusia seperti editor dengan kemampuan komunikasi Bahasa Inggris yang memadai.
"Co-publishing kami tetap sebagai strategi karena jangan sampai hasil penelitian dan 'knowledge' yang ada lokalitas di Indonesia ini tidak terekspos kepada banyak orang. Jadi kita tidak tahu karena memang tidak pernah ada publikasinya, begitu ada proses publikasi yang sahih discovery, invensi akan diketahui publik melalui satu buku," ujarnya.
Proses menerbitkan atau mempublikasikan buku dengan kaidah benar memang diperlukan agar masyarakat mendapat informasi yang sahih bukan palsu tapi sudah pasti terverifikasi. Publikasi ilmiah itu tentunya merupakan salah satu bentuk kontribusi untuk mencerdaskan bangsa.
"Harapannya makin luas orang yang akan tahu tentang Indonesia, banyak hal tentang Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Kolaborasi LIPI dan Springer tingkatkan aksesibilitas publikasi ilmiah
Baca juga: LIPI dan Springer kerja sama penerbitan 12 buku karya LIPI
Baca juga: KITLV ingin perluas kerja sama lintas ilmu dengan LIPI
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: