3.147 hektare hutan-lahan Riau terbakar sejak Januari hingga Juni
25 Juni 2019 17:00 WIB
Petugas Manggala Agni Daops Pekanbaru menyemprotkan air ke lahan gambut yang terbakar di Desa Karya Indah, Kabupaten Kampar, Riau, Rabu (3/4/2019). Satgas Karhutla Riau terus melakukan upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan agar bencana kabut asap dampak dari karhutla tidak terulang kembali di Provinsi Riau. ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Pekanbaru (ANTARA) - Luas area hutan dan lahan di wilayah Provinsi Riau yang terbakar sejak Januari sampai pekan terakhir Juni 2019 mencapai 3.147 hektare menurut data satuan tugas pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Satgas Karhutla).
Wakil Komandan Satgas Karhutla Provinsi Riau Edwar Sanger kepada ANTARA di Pekanbaru, Selasa, mengatakan 12 kabupaten dan kota yang ada di Bumi Lancang Kuning tidak luput dari bencana kebakaran hutan dan lahan.
"Kebakaran terluas terjadi di wilayah Bengkalis dengan total luas mencapai 1.426,84 hektare," kata Edwar, yang juga menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau.
Sepanjang Januari--Juni 2019, kebakaran hutan dan lahan paling parah terjadi di Bengkalis, utamanya di Pulau Rupat.
Pulau di bibir Selat Malaka yang berbatasan langsung dengan negara tetangga itu menghadapi kebakaran lahan dan hutan sejak awal tahun, sampai mendorong Panglima TNI seribuan anggota Komando Strategis Angkatan Darat untuk membantu pemadaman.
Meski kondisinya sekarang sudah membaik, personel gabungan TNI, Polri, BPBD, dan Manggala Agni serta warga setempat tetap siaga mengantisipasi munculnya titik-titik api di wilayah itu.
Kebakaran juga melanda wilayah Rokan Hilir (485,25 hektare), Siak (343,7 hektare), Dumai (264,75 hektare) dan Meranti (232,7 hektare). Wilayah-wilayah itu secara geografis berdekatan dengan Bengkalis, dan sama-sama berada di wilayah pesisir Riau.
Wilayah pesisir Riau tahun ini menghadapi cuaca yang lebih kering dan lebih sedikit hujan dibandingkan dengan wilayah Riau lainnya.
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan melanda wilayah Pekanbaru (46,51 hektare), Kampar (64,1 hektare), Pelalawan (87 hektare), Indragiri Hilir (118,6 hektare), Indragiri Hulu (71,5 hektare), Kuansing (5 hektare), dan Rokan Hulu (2 hektare).
Edwar menjelaskan sejak awal tahun Satgas Karhutla terus siaga dan menjalankan upaya-upaya untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan. Dengan dukungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Satgas mengerahkan helikopter pengebom air untuk memadamkan kebakaran serta pesawat untuk mendukung upaya modifikasi cuaca.
"Kita berusaha maksimal dalam menanggulangi Karhutla sedini mungkin dengan kolaborasi dan kerja sama yang terus dijaga seluruh personel yang memperkuat Satgas," katanya.
Pemerintah Provinsi Riau mengaktifkan kembali Satgas Karhutla setelah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan mulai dari 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.
Baca juga:
86 titik panas indikasi kebakaran hutan-lahan terdeteksi di Riau
Kabut asap kebakaran lahan-hutan meliputi Pekanbaru
Wakil Komandan Satgas Karhutla Provinsi Riau Edwar Sanger kepada ANTARA di Pekanbaru, Selasa, mengatakan 12 kabupaten dan kota yang ada di Bumi Lancang Kuning tidak luput dari bencana kebakaran hutan dan lahan.
"Kebakaran terluas terjadi di wilayah Bengkalis dengan total luas mencapai 1.426,84 hektare," kata Edwar, yang juga menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau.
Sepanjang Januari--Juni 2019, kebakaran hutan dan lahan paling parah terjadi di Bengkalis, utamanya di Pulau Rupat.
Pulau di bibir Selat Malaka yang berbatasan langsung dengan negara tetangga itu menghadapi kebakaran lahan dan hutan sejak awal tahun, sampai mendorong Panglima TNI seribuan anggota Komando Strategis Angkatan Darat untuk membantu pemadaman.
Meski kondisinya sekarang sudah membaik, personel gabungan TNI, Polri, BPBD, dan Manggala Agni serta warga setempat tetap siaga mengantisipasi munculnya titik-titik api di wilayah itu.
Kebakaran juga melanda wilayah Rokan Hilir (485,25 hektare), Siak (343,7 hektare), Dumai (264,75 hektare) dan Meranti (232,7 hektare). Wilayah-wilayah itu secara geografis berdekatan dengan Bengkalis, dan sama-sama berada di wilayah pesisir Riau.
Wilayah pesisir Riau tahun ini menghadapi cuaca yang lebih kering dan lebih sedikit hujan dibandingkan dengan wilayah Riau lainnya.
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan melanda wilayah Pekanbaru (46,51 hektare), Kampar (64,1 hektare), Pelalawan (87 hektare), Indragiri Hilir (118,6 hektare), Indragiri Hulu (71,5 hektare), Kuansing (5 hektare), dan Rokan Hulu (2 hektare).
Edwar menjelaskan sejak awal tahun Satgas Karhutla terus siaga dan menjalankan upaya-upaya untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan. Dengan dukungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Satgas mengerahkan helikopter pengebom air untuk memadamkan kebakaran serta pesawat untuk mendukung upaya modifikasi cuaca.
"Kita berusaha maksimal dalam menanggulangi Karhutla sedini mungkin dengan kolaborasi dan kerja sama yang terus dijaga seluruh personel yang memperkuat Satgas," katanya.
Pemerintah Provinsi Riau mengaktifkan kembali Satgas Karhutla setelah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan mulai dari 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.
Baca juga:
86 titik panas indikasi kebakaran hutan-lahan terdeteksi di Riau
Kabut asap kebakaran lahan-hutan meliputi Pekanbaru
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: