OPIC Amerika jajaki investasi pembangkit listrik tenaga surya di Bali
24 Juni 2019 21:54 WIB
Kepala Staf Badan Kerja Sama Investasi Swasta Luar Negeri (OPIC) Amerika Serikat Eric Jones (kanan) dan Direktur Pelaksana OPIC Asia-Pasifik Geoffrey Tan menjawab pertanyaan wartawan di Kediaman Duta Besar AS di Jakarta, Senin (24/6/2019). ANTARA/Azizah Fitriyanti/pri
Jakarta (ANTARA) - Badan Kerja Sama Investasi Swasta Luar Negeri (OPIC) Amerika Serikat tengah menjajaki penanaman modal untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di Bali.
"Saat ini kami tengah menjajaki pembangunan pembangkit listrik tenaga surya, tapi karena masih rahasia, saya tidak akan mengemukakan terlalu banyak detailnya, yang jelas kami akan mengumumkannya dalam waktu dekat," kata Kepala Staf OPIC Eric Jones di Kediaman Duta Besar AS di Jakarta, Senin.
Proyek pembangkit listrik tenaga surya itu akan menjadi investasi kedua OPIC di bidang energi Indonesia setelah pembangkit listrik tenaga angin di Sulawesi.
Meskipun menolak membocorkan detail rencana investasi di Bali, sebagai gambaran investasi di sektor energi di Indonesia, OPIC menanamkan modal sebesar 120 juta dolar AS (setara sekitar Rp1.7 triliun) untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 75 megawatt di Sulawesi.
"Kami yakin dalam tahun ini, atau paling lambat akhir tahun ini, kami akan dapat mengumumkan proyek-proyek yang akan kami biayai, termasuk proyek peningkatan kapasitas bagi pengguna internet di Indonesia dan Asia Tenggara," kata Jones.
Selain di bidang energi terbarukan, OPIC juga tengah menjajaki potensi untuk ikut serta dalam proyek Mode Raya Terpadu (MRT) Jakarta tahap kedua.
Ketertarikan itu dikonfirmasi oleh Direktur Pelaksana OPIC Asia-Pasifik Geoffrey Tan yang turut mendampingi Eric Jones dalam kunjungannya di Jakarta.
"Pada dasarnya kami tertarik. Kami mengunjungi proyek MRT tahun lalu dan mengerti bahwa rencana yang ditawarkan adalah fase kedua, karena itu kami menunggu pihak MRT untuk melanjutkan pembicaraan karena kami hanya bekerja di sektor swasta, sementara MRT saat ini dikerjakan publik-swasta," kata dia.
Saat ini, OPIC memiliki portofolio investasi sebesar 3.1 miliar dolar AS untuk 75 proyek di kawasan Indo-Pasifik, termasuk di Indonesia.
Indonesia menjadi negara ketiga yang dikunjungi Eric Jones dalam lawatannya ke wilayah Indo-Pasifik setelah Malaysia dan Singapura.
Dari Indonesia, kepala staf OPIC akan bertolak ke Laos, masih dalam kapasitasnya untuk mempromosikan investasi swasta AS sebagai alternatif untuk pembiayaan proyek-proyek berkesinambungan.
"Saat ini kami tengah menjajaki pembangunan pembangkit listrik tenaga surya, tapi karena masih rahasia, saya tidak akan mengemukakan terlalu banyak detailnya, yang jelas kami akan mengumumkannya dalam waktu dekat," kata Kepala Staf OPIC Eric Jones di Kediaman Duta Besar AS di Jakarta, Senin.
Proyek pembangkit listrik tenaga surya itu akan menjadi investasi kedua OPIC di bidang energi Indonesia setelah pembangkit listrik tenaga angin di Sulawesi.
Meskipun menolak membocorkan detail rencana investasi di Bali, sebagai gambaran investasi di sektor energi di Indonesia, OPIC menanamkan modal sebesar 120 juta dolar AS (setara sekitar Rp1.7 triliun) untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 75 megawatt di Sulawesi.
"Kami yakin dalam tahun ini, atau paling lambat akhir tahun ini, kami akan dapat mengumumkan proyek-proyek yang akan kami biayai, termasuk proyek peningkatan kapasitas bagi pengguna internet di Indonesia dan Asia Tenggara," kata Jones.
Selain di bidang energi terbarukan, OPIC juga tengah menjajaki potensi untuk ikut serta dalam proyek Mode Raya Terpadu (MRT) Jakarta tahap kedua.
Ketertarikan itu dikonfirmasi oleh Direktur Pelaksana OPIC Asia-Pasifik Geoffrey Tan yang turut mendampingi Eric Jones dalam kunjungannya di Jakarta.
"Pada dasarnya kami tertarik. Kami mengunjungi proyek MRT tahun lalu dan mengerti bahwa rencana yang ditawarkan adalah fase kedua, karena itu kami menunggu pihak MRT untuk melanjutkan pembicaraan karena kami hanya bekerja di sektor swasta, sementara MRT saat ini dikerjakan publik-swasta," kata dia.
Saat ini, OPIC memiliki portofolio investasi sebesar 3.1 miliar dolar AS untuk 75 proyek di kawasan Indo-Pasifik, termasuk di Indonesia.
Indonesia menjadi negara ketiga yang dikunjungi Eric Jones dalam lawatannya ke wilayah Indo-Pasifik setelah Malaysia dan Singapura.
Dari Indonesia, kepala staf OPIC akan bertolak ke Laos, masih dalam kapasitasnya untuk mempromosikan investasi swasta AS sebagai alternatif untuk pembiayaan proyek-proyek berkesinambungan.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019
Tags: