Indonesia Festival di Norwegia ajang promosi produk pangan nusantara
24 Juni 2019 20:57 WIB
Sejumlah pembicara paparkan kegiatan Indonesia Festival 'Food Diversity Tropical Forest and Peatlands" yang akan diselenggarakan di Oslo, Norwegia pada tanggal 29 dan 30 Juni 2019. Para pembincara ini berasal dari Kementerian Luar Negeri, KLHK, Kemitraan, Javara, dan Badan Restorasi Gambut, di Jakarta, Senin. ANTARA/ (Laily Rahmawaty)
Jakarta (ANTARA) - Indonesia Festival yang akan diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Kerajaan Norwegia di Oslo pada tanggal 29 dan 30 Juni 2019 menjadi ajang untuk memperkenalkan keanekaragaman hayati Indonesia sekaligus mempromosi produk-produk pangan nusantara.
"Norwegia salah satu mitra penting dari Indonesia di bidang lingkungan dan perikanan. Indonesia Festival di Oslo ini menjadi yang pertama, dan akan menjadi festival rutin, serta terbesar di kawasan Nordik," kata Direktur Eropa II Kementerian Luar Negeri RI, Hendra Halim dalam acara konferensi pers menuju penyelenggaraan "Food Diversity from Tropical Forest and Peatland" Indonesia Festival di Graha BS, Jakarta Selatan, Senin.
Pameran ini akan menghadirkan produk-produk pangan nusantara dari hasil sumberdaya alam maupun produksi masyarakat lokal dan adat yang tinggal di sekitar kawasan hutan serta gambut. Selain itu, juga akan ditampilkan produk-produk pangan organik karya seniman pangan Javara yang telah menembus standar internasional Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang.
Ia menjelaskan hubungan perdagangan Indonesia dengan Norwegia tidak begitu besar. Jika ditotal nilai perdagangan untuk semua produk totalnya masih di bawah angka satu miliar dolar. Dilihat dari trennya produk-produk Indonesia yang banyak masuk atau dieksport ke Norwegia seperti furnitur dan tekstil.
Menurut dia, festival ini menjadi pameran yang strategis untuk mempromosikan produk-produk Indonesia ke wilayah-wilayah kawasan Nordik. Terlebih Norwegia menjadi bagian dari perjanjian kemitraan ekonomi EFTA sehingga menjadi peluang untuk masuk ke pasar Norwegia. Pameran ini juga akan dihadiri oleh negara Swiss, Finlandia, dan Selandia.
"Kita berharap EFTA berlaku tahun depan, sehingga akses pasar produk Indonesia ke Norwegia menjadi terbuka," lanjutnya.
Salah satu produk pangan Indonesia yang cukup potensial untuk dipasarkan di Norwegia adalah kopi, mengingat negara ini termasuk sebagai terbesar konsumsi kopi per kapita di dunia. Seperti halnya Finlandia dan Swedia yang juga menjadi negara-negara pasar yang menggemari kopi.
"Ini salah satu peluang menarik selain produk lain. Banyak produk pangan lain yang bisa dipasarkan seperti kelapa dan rempah-rempah," tambahnya.
Hendra mengatakan dalam rangkaian Indonesia Festival selain pameran produk pangan Indonesia juga akan diadakan pertemuan bisnis yang akan dihadiri 30 perusahaan dari Norwegia yang telah diundang oleh KBRI.
"Dalam kegiatan ini kita bisa mempromosikan Indonesia ke perusahaan-perusahaan itu," ujarnya.
Norwegia salah satu negara yang memiliki komitmen tinggi terhadap upaya perlindungan lingkungan hidup dan kehutanan. Sejak 2010, Norwegia telah menjalin kerja sama bilateral strategis di bidang pengendalian perubahan iklim serta lingkungan hidup dengan Indonesia.
Yang menarik dari Indonesia Festival ini adalah produk-produk yang akan ditampilkan adalah produk pangan yang bersumber dari hasil hutan dan pangan organik lainnya. Akan ada demo kopi gratis oleh petani Indonesia yang sudah mempraktekkan pendekatan konservasi dalam pengelolaan budidaya kopi.
"Norwegia salah satu mitra penting dari Indonesia di bidang lingkungan dan perikanan. Indonesia Festival di Oslo ini menjadi yang pertama, dan akan menjadi festival rutin, serta terbesar di kawasan Nordik," kata Direktur Eropa II Kementerian Luar Negeri RI, Hendra Halim dalam acara konferensi pers menuju penyelenggaraan "Food Diversity from Tropical Forest and Peatland" Indonesia Festival di Graha BS, Jakarta Selatan, Senin.
Pameran ini akan menghadirkan produk-produk pangan nusantara dari hasil sumberdaya alam maupun produksi masyarakat lokal dan adat yang tinggal di sekitar kawasan hutan serta gambut. Selain itu, juga akan ditampilkan produk-produk pangan organik karya seniman pangan Javara yang telah menembus standar internasional Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang.
Ia menjelaskan hubungan perdagangan Indonesia dengan Norwegia tidak begitu besar. Jika ditotal nilai perdagangan untuk semua produk totalnya masih di bawah angka satu miliar dolar. Dilihat dari trennya produk-produk Indonesia yang banyak masuk atau dieksport ke Norwegia seperti furnitur dan tekstil.
Menurut dia, festival ini menjadi pameran yang strategis untuk mempromosikan produk-produk Indonesia ke wilayah-wilayah kawasan Nordik. Terlebih Norwegia menjadi bagian dari perjanjian kemitraan ekonomi EFTA sehingga menjadi peluang untuk masuk ke pasar Norwegia. Pameran ini juga akan dihadiri oleh negara Swiss, Finlandia, dan Selandia.
"Kita berharap EFTA berlaku tahun depan, sehingga akses pasar produk Indonesia ke Norwegia menjadi terbuka," lanjutnya.
Salah satu produk pangan Indonesia yang cukup potensial untuk dipasarkan di Norwegia adalah kopi, mengingat negara ini termasuk sebagai terbesar konsumsi kopi per kapita di dunia. Seperti halnya Finlandia dan Swedia yang juga menjadi negara-negara pasar yang menggemari kopi.
"Ini salah satu peluang menarik selain produk lain. Banyak produk pangan lain yang bisa dipasarkan seperti kelapa dan rempah-rempah," tambahnya.
Hendra mengatakan dalam rangkaian Indonesia Festival selain pameran produk pangan Indonesia juga akan diadakan pertemuan bisnis yang akan dihadiri 30 perusahaan dari Norwegia yang telah diundang oleh KBRI.
"Dalam kegiatan ini kita bisa mempromosikan Indonesia ke perusahaan-perusahaan itu," ujarnya.
Norwegia salah satu negara yang memiliki komitmen tinggi terhadap upaya perlindungan lingkungan hidup dan kehutanan. Sejak 2010, Norwegia telah menjalin kerja sama bilateral strategis di bidang pengendalian perubahan iklim serta lingkungan hidup dengan Indonesia.
Yang menarik dari Indonesia Festival ini adalah produk-produk yang akan ditampilkan adalah produk pangan yang bersumber dari hasil hutan dan pangan organik lainnya. Akan ada demo kopi gratis oleh petani Indonesia yang sudah mempraktekkan pendekatan konservasi dalam pengelolaan budidaya kopi.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019
Tags: