"Itu hasil dari persaingan, kalau ada yang kalah dalam bersaing, itu normal," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Senin.
Darmin mengatakan saat ini persaingan bisnis ritel modern sangat ketat, karena pelaku industri saling berlomba-lomba untuk menawarkan layanan terbaik kepada konsumen.
Untuk itu, ia meminta tidak ada hal yang dirisaukan dari persaingan bisnis ritel tersebut, karena ini merupakan bagian dari dinamika kegiatan ekonomi.
"Jangan dirisaukan, karena yang sana ada yang naik, sini ada yang turun," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengaku belum mendapatkan keterangan resmi dari Giant mengenai rangkaian penutupan beberapa gerai.
Namun, menurut dia, penutupan supermarket Giant di enam lokasi ini lebih karena alasan efisiensi agar korporasi dapat terus berusaha dan menghidupi bisnisnya.
Keenam gerai yang akan ditutup, kata Roy, akan direlokasi terhadap lokasi yang baru, yang lebih strategis dan memiliki potensi pendapatan lebih baik daripada gerai yang saat ini masih beroperasi.
Selain itu, ia menilai bahwa telah terjadi perubahan perilaku konsumen dari yang biasanya memasak di rumah dan berbelanja bahan pangan di supermarket, kini mereka lebih memilih untuk berkuliner.
"Adanya penurunan transaksi pangan, baik makanan dan minuman, akibat bergesernya perilaku konsumen. Konsumen lebih memilih kuliner di luar rumah sebagai gaya hidup masyarakat global," kata Roy.
Seperti diketahui, enam supermarket Giant dikabarkan tutup pada 28 Juli 2019. Keenam gerai tersebut, yakni Giant Ekspres Cinere Mall, Giant Ekspres Mampang, Giant Ekspres Pondok Timur, Giant Ekstra Jatimakmur, Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur, dan Giant Ekstra Wisma Asri.
Sebelum tutup, Giant akan memberikan diskon ke masyarakat dari lima persen hingga 50 persen.
Baca juga: Aprindo: Penutupan Giant tidak berkaitan dengan transaksi "online"
Baca juga: Hero: 92 persen karyawan terdampak efisiensi sepakat PHK
Baca juga: Darmin sambut baik surplus neraca perdagangan pada Mei 2019