Tual (ANTARA) - Wali Kota Tual, Provinsi Maluku, Adam Rahayaan di Pendopo Yarler Un-Tual, Senin, melepas sebanyak 115 santri dan mahasantri untuk menempuh pendidikan Agama Islam di pondok pesantren yang berada di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Acara pelepasan tersebut dihadiri santri dan mahasantri dan orang tua, sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Tual, anggota DPRD kota maupun Provinsi Maluku, dan perwakilan lembaga yang kompeten dalam pengiriman santri ke Jawa, di antaranya Yayasan Maren Sejahtera Tual, Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Cabang Tual Malra, Salimah Maluku, dan lembaga Republik Cahaya Dakwah.

Wali Kota Tual Adam Rahayaan dalam arahan singkatnya mengapresiasi orang tua santri dan mahasantri yang dapat memberangkatkan anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan di pesantren-pesantren di wilayah Jawa.

“Saya mengapresiasi orang tua santri dan mahasantri yang memberangkatkan anaknya untuk menuntut ilmu di pesantren, dan juga terima kasih kepada semua yang terlibat untuk program yang baik ini”, katanya.

Program itu, kata dia, sejalan dengan visi misi dan sekaligus mewujudkan cita-cita besar Wali Kota Tual terdahulu yakni menciptakan Tual kota yang religius di wilayah Maluku, dan satu programnya juga terkait keagamaan, yakni pembangunan "Rumah Tahfidz" senilai Rp 2 miliar pada tahun anggaran ini.

“Kepada santri dan mahasantri yang akan berangkat, saya harapkan dapat menuntut ilmu dengan baik, gapai cita-cita, dan selesai nanti dapat membanggakan orang tua serta daerah ini," kata Adam.

Ketua koordinator program itu untuk Indonesia bagian timur, Ahmad Kabir Prakon mengemukakan pihaknya baru saja menyelesaikan pelepasan santri dan mahasantri dari Tual dan Maluku Tenggara sebanyak 115 orang, dan pastinya program ini akan berjalan terus.

“Ke-115 santri dan mahasantri ini merupakan hasil seleksi, di mana kita menjaring melalui tes secara langsung maupun 'online;. Selain itu, untuk program ini kita juga melihat kondisi orang tua, seandainya orang tua yang tidak memiliki kemampuan finansial kita tetap rekrut," ujar Ahmad.

Terkait kendala, diakui pendanaan menjadi kendala. Namun melalui program ini ada keringanan, di mana santri dan mahasantri hanya dibebankan biaya transportasi dan akomodasi.

Sementara itu, koordinator pengiriman santri dan mahasantri Kota Tual , Rusli Badmas menjelaskan pengiriman santri dan mahasantri dari daerah ini sudah pada tahun ke-4.

"Tahun 2016 hanya beberapa orang yang kita kirim karena peminatnya sedikit, tahun 2017 sebanyak 20 orang, tahun 2018 sebanyak 49 orang, dan tahun 2019 ini sebanyak 115 orang, sehingga minat dan dukungan masyarakat makin meningkat," katanya.

Sejauh ini, kata dia, program itu dapat berjalan berkat kerja sama dengan pihak-pihak pesantren di Jawa yang bisa menampung anak-anak dari wilayah timur yang hendak menuntut ilmu di pesantren-pesantren yang menyediakan beasiswa bagi para dhuafa, fakir miskin dan yang tidak mampu.

"Pemerintah Kota Tual merespon baik program ini, dan tahun ini merupakan tahun kedua Wali Kota Tual Adam Rahayaan berkesempatan melepas langsung santri dan mahasantri dari daerah ini. Kami mengapresiasi pemkot yang sudah merespon program yang kita gagas yakni adanya 'Rumah Tahfidz' di daerah ini," kata Rusli.

Baca juga: Lembaga internasional Jerman bantu pesantren di Ambon

Baca juga: Maluku Bangun Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional

Baca juga: Budpar Maluku Siapkan Festival Budaya Islam