Tanjungpinang (ANTARA) (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepri mencatat selama periode Januari hingga Juni 2019 ini telah terjadi sebanyak 800 kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang tersebar di tujuh kabupaten/kota di wilayah setempat.

"DBD mengakibatkan dua korban meninggal dunia," kata Kepala Dinkes Kepri, dr Tjetjep Yudiana, M.Kes, di Tanjungpinang, Senin.

Tjetjep menyatakan, angka DBD selama periode tersebut juga meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun 2018 yang berjumlah sekitar 300 kasus DBD.

Penyebab naiknya kasus DBD, kata dia, dikarenakan masih banyak masyarakat yang lalai memberantas sarang nyamuk di daerah tempat tinggal masing-masing.

Sarang nyamuk itu, kata dia, ada di bak mandi, tempat penampungan air, dispenser, pendingin, kaleng, ban bekas, serta sampah plastik yang ada di halaman depan rumah.

Ia menyarankan sarang-sarang nyamuk tersebut diberantas rutin sepekan sekali. Sebab, siklus pertumbuhan dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa itu memerlukan waktu tujuh hari.

"Menguras, menutup, dan mengubur (3M) adalah langkah utama untuk membasmi jentik-jentik nyamuk di rumah dan lingkungan tempat tinggal," katanya.

Pemerintah bersama masyarakat, kata dia, dalam waktu dekat akan melakukan gerakan memberantas sarang nyamuk di lingkungan masyarakat mulai tingkat desa hingga perkotaan.

Khusus periode Juni 2019 ini, jumlah kasus DBD di Kepri mencapai 74 kasus, yakni di Kota Batam 31 Kasus, Kabupaten Bintan, 21 kasus, Kota Tanjungpinang 16 kasus, Kabupaten Karimun 4 kasus, Kabupaten Anambas 4 kasus, Kabupaten Natuna 2 kasus, dan Kabupaten Lingga 2 kasus, demikian Tjetjep Yudiana.

Baca juga: Dinkes: 200 Warga Batam Terjangkit DBD

Baca juga: Dinkes Kepri imbau masyarakat tidak khawatirkan cacar monyet

Baca juga: Dinkes Kepri perkuat infrastruktur kesehatan di perbatasan