Jakarta (ANTARA News) - Markas Besar TNI menyatakan hampir sekitar 70 persen persenjataannya sudah berusia di atas 20 tahun. "Namun begitu, apakah seluruh persenjataan itu akan langsung dikandangkan dan tidak digunakan lagi, itu perlu kajian dan penelitian lebih lanjut," kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen kepada ANTARA News di Jakarta, Selasa. Bagaimana pun, tambah Sagom, TNI tetap membutuhkan peralatan dan persenjataan untuk latihan dan melaksanakan operasi sesuai tugas pokok, peran dan fungsi TNI. Jika, semua peralatan dan persenjataan yang telah berusia diatas 20 tahun langsung dikandangkan, TNI tidak dapat melaksanakan latihan rutin untuk memelihara kesiapan operasional dan profesionalitasnya. "Jadi, masih akan kita teliti dan kaji lagi seluruh peralatan dan persenjataan TNI, terutama yang telah berusia 20 tahun ke atas. Toh, dari semua peralatan dan persenjataan TNI yang berusia lebih dari 20 tahun, sebagian telah mengalami peremajaan ("retrovit") atau "repowering". "Sehingga masih tetap kita pakai," tuturnya. Sagom mencontohkan, pesawat angkut berat C-130 Hercules TNI Angkatan Udara yang dibuat pada 1960 hingga kini masih digunakan untuk berbagai keperluan, baik operasi militer maupun non-militer. "Mungkin rangkanya buatan 1960-an, namun mesin dan sistem avioik sudah kita remajakan dengan sistem yang baru sehingga tetap akan kita gunakan. Demikian juga untuk peralatan dan persenjataan lain yang berusia 20 tahun. Jadi, meski rangka sudah di atas 20 tahun, jika usia pakai masih masih memungkinkan, akan tetap kita pakai dengan tetap menomorsatukan faktor keselamatan. TNI kan juga tidak mau kehilangan prajuritnya begitu saja," tutur Kapuspen. Ia menambahkan, saat ini rata-rata kesiapan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI hanya berkisar antara 40-70 persen dari kebutuhan ideal. Sebagian peralatan dan persenjataan TNI merupakan "sisa" pengadaan pada era 1960-an, 1980-an dan periode 1990 hingga 2000. Era 1960-an boleh dikatakan sebagai masa puncak kejayaan TNI tidak saja di kawasan ASEAN, tetapi juga belahan bumi Selatan. Sayang masa kejayaan itu tidak bertahan lama. Pada era 1970-an kondisi dan tingkat kesiapan alutsista yang dimiliki TNI cenderung menurun. Pesawat, kapal dan kendaraan tempur asal negara Timur banyak yang harus diistirahatkan dan diganti buatan negara negara barat. Kebangkitan TNI baru terasa kembali pada 1980-an. Saat itu TNI diperkuat dengan beberapa persenjataan dan peralatan baru meski tidak terlalu siginfikan. Kondisi ini mengalami sedikit perbaikan di era 1990-2000 dengan penambahan dua Sukhoi, dua Korvet dan panser VAB. "Selain itu, sebagian besar peralatan TNI atau sekitar 70 persen telah berusia diatas 20 tahun," kata Sagom.(*)