Balai Arkeologi gelar pameran arkeologi di Limboto
23 Juni 2019 19:30 WIB
Ilustrasi : Pameran Cagar Budaya Pengunjung pameran cagar budaya melihat temuan kerangka manusia di situs Oluhuta, Kab Bolango, Kabupaten Gorontalo, jumat (28/6). Pameran yang di gelar dalam rangka memperingati 100 tahun lembaga purbakala ini bertemakan "penguatan citra kebudayaan bangsa". pameran ini diikuti oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya se Indonesia, Balai Arkeologi se Indonesia dan Balai Pelestarian Nilai Budaya Manado. (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)
Gorontalo (ANTARA) - Balai Arkeologi Manado akan menyajikan sejumlah artefak dan dokumen penelitian arkeologi di Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah dalam sebuah pameran dan penyuluhan di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo.
Temuan arkeologi menarik di Gorontalo akan disajikan lebih rinci sebagai menu utama pameran itu.
Artefak tersebut antara lain gerabah, kerangka manusia Oluhuta, kapak batu dan temuan pada masa kolonial.
Kepala Balai Arkeologi Manado Wuri Handoko, Minggu, mengatakan budaya megalitikum yang telah berusia ribuan tahun juga akan menjadi sajian yang menarik.
Juga arca-arca batu dari Sulawesi Tengah akan berbicara dalam narasi dan dokumentasi yang apik, serta waruga atau kubur batu masyarakat Minahasa masa lalu.
Pameran arkeologi ini akan digelar pada Kamis-Jumat (27-28 Juni 2018) di rumah adat Bantayo Poboide Limboto.
Selain pameran, dalam kegiatan ini juga akan disajikan film dokumenter yang akan diputar oleh bioskop keliling milik Balai Pelestarian Cagar Budaya.
“Kami sudah melakukan survei lokasi dan berkomunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Gorontalo,” kata Wuri.
Dalam pameran ini juga akan digelar sosialisasi potensi arkeologi di Kabupaten Gorontalo dan manfaatnya bagi masyarakat.
Balai Arkeologi Manado merupakan lembaga penelitian arkeologi yang memiliki wilayah kerja di tiga provinsi, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah.
Dari tiga daerah tersebuy artefak diperoleh dan informasinya akan dipamerkan.
Dipilihnya rumah adat Bantayo Pobooide sebagai lokasi pameran arkeologi itu, katanya, tidak lepas dari peran Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang memberi perhatian lebih pada kebudayaan.
Bahkan di lokasi ini juga telah dibangun Taman Budaya sebagai wahana pemajuan kebudayaan dan pusat kegiatan masyarakat Gorontalo.
“Pameran dan sosialisasi arkeologi ini sebagai sarana penyebarluasan informasi, pengembangan arkeologi dan pembangunan karakter bangsa,” ujar Wuri.
Pameran itu terbuka untuk masyarakat umum, terutama pelajar yang ingin mengetahui lebih dalam tentang dunia arkeologi dan perannya dalam masyarakat.
Warga juga dapat menyaksikan temuan-temuan para peneliti di Gorontalo.
“Kegiatan ini juga untuk memperingati Hari Purbakala ke-106, kami mengundang masyarakat untuk menyaksikan pameran ini,” kata Ketua Panitia Pameran Lodewyk Mamahani.
Baca juga: Balai Arkeologi Maluku telusuri tradisi megalitik di Halmahera
Baca juga: Balai Arkeologi Sulut cari 3 bastion Benteng Maas
Temuan arkeologi menarik di Gorontalo akan disajikan lebih rinci sebagai menu utama pameran itu.
Artefak tersebut antara lain gerabah, kerangka manusia Oluhuta, kapak batu dan temuan pada masa kolonial.
Kepala Balai Arkeologi Manado Wuri Handoko, Minggu, mengatakan budaya megalitikum yang telah berusia ribuan tahun juga akan menjadi sajian yang menarik.
Juga arca-arca batu dari Sulawesi Tengah akan berbicara dalam narasi dan dokumentasi yang apik, serta waruga atau kubur batu masyarakat Minahasa masa lalu.
Pameran arkeologi ini akan digelar pada Kamis-Jumat (27-28 Juni 2018) di rumah adat Bantayo Poboide Limboto.
Selain pameran, dalam kegiatan ini juga akan disajikan film dokumenter yang akan diputar oleh bioskop keliling milik Balai Pelestarian Cagar Budaya.
“Kami sudah melakukan survei lokasi dan berkomunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Gorontalo,” kata Wuri.
Dalam pameran ini juga akan digelar sosialisasi potensi arkeologi di Kabupaten Gorontalo dan manfaatnya bagi masyarakat.
Balai Arkeologi Manado merupakan lembaga penelitian arkeologi yang memiliki wilayah kerja di tiga provinsi, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah.
Dari tiga daerah tersebuy artefak diperoleh dan informasinya akan dipamerkan.
Dipilihnya rumah adat Bantayo Pobooide sebagai lokasi pameran arkeologi itu, katanya, tidak lepas dari peran Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang memberi perhatian lebih pada kebudayaan.
Bahkan di lokasi ini juga telah dibangun Taman Budaya sebagai wahana pemajuan kebudayaan dan pusat kegiatan masyarakat Gorontalo.
“Pameran dan sosialisasi arkeologi ini sebagai sarana penyebarluasan informasi, pengembangan arkeologi dan pembangunan karakter bangsa,” ujar Wuri.
Pameran itu terbuka untuk masyarakat umum, terutama pelajar yang ingin mengetahui lebih dalam tentang dunia arkeologi dan perannya dalam masyarakat.
Warga juga dapat menyaksikan temuan-temuan para peneliti di Gorontalo.
“Kegiatan ini juga untuk memperingati Hari Purbakala ke-106, kami mengundang masyarakat untuk menyaksikan pameran ini,” kata Ketua Panitia Pameran Lodewyk Mamahani.
Baca juga: Balai Arkeologi Maluku telusuri tradisi megalitik di Halmahera
Baca juga: Balai Arkeologi Sulut cari 3 bastion Benteng Maas
Pewarta: Debby H. Mano
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: