Menteri LHK ajak masyarakat galakkan penanaman bambu
23 Juni 2019 16:17 WIB
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar berdialog dengan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum di acara gotong royong Bebersih Ciliwung 2019 bertempat di Yayasan Bambu Indonesia, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (23/6/2019). (ANTARA/Laily Rahmawaty)
Bogor (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengajak masyarakat untuk menggalakkan penanaman bambu khususnya di wilayah sepadan sungai untuk mencegah terjadinya bencana banjir dan longsor.
"Soal bambu juga sudah kita berbicara untuk mendorong terus penyelesaian rekonstruksi bencana alam Palu lewat bambu, Bupati Sigi juga sudah kita lakukan pembicaraan," kata Siti di sela-sela kegiatan Bebersih Sungai Ciliwung 2019 di kantor Yayasan Bambu Indonesia, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Siti mengakui manfaat bambu besar untuk manusia dan alam, menyerap air paling tinggi dan menghasilkan oksigen paling banyak, sebagaimana yang disampaikan tokoh Komunitas Ciliwung yang juga Ketua Yayasan Bambu Indonesia Jatnika Nanggamiharja.
Siti mengapresiasi upaya Abah Jatnika merawat DAS Ciliwung lewat penanaman bambu yang dilakukannya di saung bambu miliknya.
Langkah yang dilakukan oleh Abah Jatnika dengan konsep Ekoriparian perlu dikembangkan di kawasan lainnya. Ekoriparian adalah kawasan wisata di pinggir sungai dengan konsep edukasi lingkungan.
Baca juga: Menteri LHK ingin pemulihan DAS konsep ekoriparian diperluas
Selain menanam dan mengolah bambu, Yayasan Bambu Indonesia juga melakukan penyemaian dan penyediaan bibit bambu.
Pada acara tersebut Menteri LHK bersama Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK M.R Karliansyah, Sekjen KLHK Bambang Hendroyono, Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum melakukan penanaman bambu di pinggir DAS Ciliwung.
Peraih Anugerah Kalpataru 2015, Abah Jatnika mengatakan, satu batang bambu berdiameter delapan sentimeter dan berat 1,2 kilogram menghasilkan oksigen untuk dua orang. Jika menanam satu rumpun bambu berkisar antara 300 batang berarti menghasilkan oksigen untuk 600 orang.
"Jika satu tabung oksigen harganya Rp1 juta, maka satu rumpun bambu bisa menghasilkan oksigen seharga Rp600 juta. Kalau menanam 10 rumpun berarti kita menyumbang enam miliar rupiah per hari," kata Jatnika.
Lebih lanjut, Abah Jatnika mengatakan bambu menyimpan air, dimana ketika hujan turun bambu mampu menyimpan air sampai 90 persen. Pada saat air kering, bambu mengeluarkan air.
"Kalau kita tanam bambu Insyaallah akan keluar air, kalau tidak menanam yang akan keluar air mata penyesalan," kata Jatnika.
Bambu memiliki dua jenis akar salah satunya akar serabut berfungsi untuk menjernihkan air karena kemampuan akar bisa menjalar hingga 50 meter.
"Akar serabut bambu juga bisa menyaring sampah-sampah di sungai, meredam hawa panas bumi, mencegah bencana banjir dan longsor," kata Jatnika.
Baca juga: 9.300 orang ikut aksi Bebersih Ciliwung2019
Baca juga: Ekowisata Boonpring kembangkan wisata edukasi bambu
"Soal bambu juga sudah kita berbicara untuk mendorong terus penyelesaian rekonstruksi bencana alam Palu lewat bambu, Bupati Sigi juga sudah kita lakukan pembicaraan," kata Siti di sela-sela kegiatan Bebersih Sungai Ciliwung 2019 di kantor Yayasan Bambu Indonesia, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Siti mengakui manfaat bambu besar untuk manusia dan alam, menyerap air paling tinggi dan menghasilkan oksigen paling banyak, sebagaimana yang disampaikan tokoh Komunitas Ciliwung yang juga Ketua Yayasan Bambu Indonesia Jatnika Nanggamiharja.
Siti mengapresiasi upaya Abah Jatnika merawat DAS Ciliwung lewat penanaman bambu yang dilakukannya di saung bambu miliknya.
Langkah yang dilakukan oleh Abah Jatnika dengan konsep Ekoriparian perlu dikembangkan di kawasan lainnya. Ekoriparian adalah kawasan wisata di pinggir sungai dengan konsep edukasi lingkungan.
Baca juga: Menteri LHK ingin pemulihan DAS konsep ekoriparian diperluas
Selain menanam dan mengolah bambu, Yayasan Bambu Indonesia juga melakukan penyemaian dan penyediaan bibit bambu.
Pada acara tersebut Menteri LHK bersama Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK M.R Karliansyah, Sekjen KLHK Bambang Hendroyono, Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum melakukan penanaman bambu di pinggir DAS Ciliwung.
Peraih Anugerah Kalpataru 2015, Abah Jatnika mengatakan, satu batang bambu berdiameter delapan sentimeter dan berat 1,2 kilogram menghasilkan oksigen untuk dua orang. Jika menanam satu rumpun bambu berkisar antara 300 batang berarti menghasilkan oksigen untuk 600 orang.
"Jika satu tabung oksigen harganya Rp1 juta, maka satu rumpun bambu bisa menghasilkan oksigen seharga Rp600 juta. Kalau menanam 10 rumpun berarti kita menyumbang enam miliar rupiah per hari," kata Jatnika.
Lebih lanjut, Abah Jatnika mengatakan bambu menyimpan air, dimana ketika hujan turun bambu mampu menyimpan air sampai 90 persen. Pada saat air kering, bambu mengeluarkan air.
"Kalau kita tanam bambu Insyaallah akan keluar air, kalau tidak menanam yang akan keluar air mata penyesalan," kata Jatnika.
Bambu memiliki dua jenis akar salah satunya akar serabut berfungsi untuk menjernihkan air karena kemampuan akar bisa menjalar hingga 50 meter.
"Akar serabut bambu juga bisa menyaring sampah-sampah di sungai, meredam hawa panas bumi, mencegah bencana banjir dan longsor," kata Jatnika.
Baca juga: 9.300 orang ikut aksi Bebersih Ciliwung2019
Baca juga: Ekowisata Boonpring kembangkan wisata edukasi bambu
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: