Medan (ANTARA News) - Harga ekspor karet terus naik hingga mencapai 2,66 dolar AS per kg akibat banyaknya permintaan di pasar internasional dan bertahan mahalnya harga minyak mentah. Harga itu langsung mempengaruhi harga bahan olah karet (bokar) di Sumut yang mulai naik Senin ini Rp200 per kg atau menjadi Rp21.600 per kg dari sebelumnya Rp21.400 per kg, kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Eddy Irwansyah, di Medan, Senin. Harga eskpor diduga terus menguat karena pasokan dari negara produsen, khususnya dari Indonesia, diprediksi semakin ketat menyusul musim trek. Di Sumut yang menjadi salah satu sentra karet terbesar di Indonesia, kata dia, musim trek atau gugur daun berlangsung mulai Februari hingga Juni 2008 . Harga karet itu terus bergerak naik sejak akhir tahun lalu. Dari pertengahan Desember 2007 yang sebesar 2,47 dolar AS per kg, terus naik menjadi 2, 59 dolar As pada akhir Januari 2008 dan naik lagi menjadi 2,62 dolar AS per kg pada akhir pekan lalu dan untuk kemudian melonjak lagi menjadi 2,66 dolar AS pada awal pekan ini. Harga Bokar yang mencapai Rp21.600 per kg itu juga merupakan harga tertinggi dibandingkan harga tahun lalu yang rata-rata masih Rp18 ribuan per kg, kata Eddy yang juga dosen di salah satu universitas swasta di Medan itu. Dia mengakui, kenaikan harga Bokar maupun harga karet ekspor itu tidak dinikmati sepenuhnya oleh petani dan eksportir karena keterbatasan bahan baku. Dia menyebutkan, dari kapasitas pabrik crumb rubber di Sumut per tahunnya yang mencapai 765.432 ton dengan kebutuhan Bokar yang seharusnya sebanyal 127.572 ton per bulan, nyatanya produksi Bokar di Sumut hanya 29.715 ton sehingga ada kekurangan pasokan setiap tahun sekitar 76,7 persen atau 97.857 ton. Kekurangan Bokar itu, membuat pengusaha pabrikan tergantung dengan pasokan dari Riau, Bengkulu dan Jambi . Akibat ketergantungan dengan pasokan Bokar dari daerah lain, volume ekspor dari Sumut tidak tetap. Tahun lalu, volume ekspor karet Sumut mengalamai penurunan hingga 1,23 persen akibat pasokan yang berkurang dari daerah pemasok Riau, Jambi dan Bengkulu. Tahun 2007, ekspor karet Sumut tinggal 506.036, 05 ton dari realisasi 2006 yang mencapai 512.267, 63 ton. Pedagang karet di Medan, M.Harahap, mengakui sulitnya mendapatkan Bokar. Kesulitan pasokan paling terasa ketika musim trek, atau menjelang Hari Raya Idul Fitri dimana karet petani sudah habis diborong pedagang besar dengan cara memberi uang panjar pembelian ketika petani membutuhkan uang pada Bulan Ramadhan, kata Harahap.(*)