Ankara (ANTARA) - Turki pada Sabtu (22/6) menyatakan "munafik" untuk menyebut ketua Organisasi Teroris Fetullah (FETO) -- kelompok di belakang upaya kudeta yang gagal 2016 di Turki -- sebagai "ulama agama Islam dan tokoh politik" di dalam satu laporan yang disiarkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

"Di dalam laporan 2018 mengenai Kebebasan Agama Internasional ... fakta bahwa pemimpin FETO dirujuk kepada ulama agama Islam dan tokoh politik adalah petunjuk jelas mengenai motif tersembunyi dan lingkaran di belakangnya," kata Hami Aksoy, juru bicara bagi Kementerian Luar Negeri Turki, di dalam satu pernyataan.

"Penggambaran semacam itu untuk pemimpin organisasi teroris yang membunuh 251 warga negara kami sama dengan menutup mata terhadap upaya kudeta keji 15 Juli atau mendukungnya," tambah Aksoy, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad.

Departemen Luar Negeri AS pada Jumat mengeluarkan Laporan Kebebasan Agama Internasional untuk tahun 2018.

"Itu adalah contoh yang sangat jelas mengenai pendekatan munafik buat satu negara yang berpura-pura menjadi pembela demokrasi di dunia untuk mendefinisikan mereka yang berada di belakang upaya kudeta terhadap satu sekutu demokrasi sebagai tokoh agama yang tidak bersalah," kata pernyataan tersebut.

FETO dan pemimpinnya Fetullah Gulen yang berpusat di AS, mendalangi kudeta yang gagal pada 15 Juli 2016, yang menewaskan 251 orang dan melukai hampir 2.200 orang lagi.

Turki menuduh FETO berada di belakang kegiatan lama untuk menggulingkan negara dengan cara menyusupi lembaga Turki, terutama militer, polisi dan lembaga kehakiman.

Baca juga: Turki perintahkan lagi penangkapan 128 personel militer terkait Gulen
Baca juga: Turki tangkap 249 personel Kemlu terkait Gulen
Baca juga: PM Turki akan kunjungi AS, bahas ekstradisi Gulen
Baca juga: Gedung Putih: Trump tidak janjikan Erdogan untuk ekstradisi Gulen

Sumber: Reuters