Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Belanda Bruno Bruins dan Ketua Delegasi Jerman menyampaikan kesiapan kerja sama dan dukungannya kepada Pemerintah Indonesia dalam upaya memerangi resistensi antibiotik (Antimicrobial Resistance/AMR) melalui Program Twining AMR.

Berdasarkan siaran pers Kementerian Kesehatan yang diterima di Jakarta, Sabtu, Menkes Belanda dalam kesempatan menutup Konferensi Tingkat Menteri Resistensi Antimikroba ke-2 di Noordwijk Belanda menyampaikan dukungannya terhadap Indonesia yang juga telah dituangkan dalam nota kesepahaman dan rencana aksi.

"Belanda mengapresiasi kinerja Indonesia dalam penanganan AMR dan dengan telah ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) Bidang Kesehatan dengan Plan of Action (PoA) yang mencakup program kerja sama AMR, Belanda siap menyelenggarakan Program Twinning AMR dengan Indonesia," kata Bruno Bruins.

Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua Delegasi Jerman pada Working Luncheon konferensi bahwa Jerman sangat mengharapkan kerja sama konkret dengan Indonesia melalui Program Twining AMR.

Program Twinning AMR merupakan salah satu capaian Konferensi Tingkat Menteri AMR ke-2 yang diciptakan sebagai sarana untuk memungkinkan negara-negara dapat mengadakan kerja sama bilateral dalam penanggulangan AMR.

Implementasi Program Twinning dapat berupa dukungan sumber daya baik perencanaan program, bantuan teknis dan pembangunan kapasitas atau membangun inisiatif bersama pada tingkat global.

Baca juga: Tema pertemuan Majelis Kesehatan Dunia sejalan dengan program JKN

Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek menyambut baik tawaran Program Twinning AMR dari Belanda dan Jerman tersebut dan mengharapkan bahwa program ini dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan untuk memajukan dan meningkatkan koordinasi multi-sektor dalam memerangi AMR di Indonesia.

Lebih lanjut Menkes RI mengharapkan bahwa Program Twinning AMR Indonesia dengan Belanda dan juga Jerman bisa menjadi momentum peningkatan upaya penanggulangan AMR di Tanah Air.

Menkes Nila juga menjabarkan meskipun terdapat kemajuan yang diapresiasi oleh sejumlah negara, namun Indonesia masih harus bekerja keras untuk menangani AMR yang masih cenderung meningkat.

"Diperlukan kerja sama multi-sektor dengan pendekatan One-Health mulai dari peningkatan kepedulian tenaga kesehatan, baik kesehatan manusia dan hewan serta lingkungan dan pangan," kata Nila.

Selain itu juga perlu kepedulian masyarakat, penguatan legislasi dan penegakan hukum, peningkatan dukungan anggaran yang berkelanjutan, laboratorium dan surveillance, serta fasilitas pelayanan kesehatan.

Konferensi Tingkat Menteri Resistensi Antimikroba ke-2 diselenggarakan di Noordwijk, Belanda, pada tanggal 19-20 Juni 2019.

Konferensi membahas tema “Accelerating Ambitions for Future Health” dan menjadi platform bagi para pemangku kebijakan dari berbagai negara dan pemangku kepentingan lainnya.

Konferensi membahas kemajuan implementasi WHO Global Action Plan on AMR (GAP-AMR), upaya tripartite WHO, FAO dan OIE dalam mendukung implementasi GAP-AMR, upaya percepatan dan peningkatan kolaborasi lintas sektoral, serta penguatan kerja sama internasional dan peningkatan saling berbagi praktik terbaik dari masing-masing negara dalam mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pengendalian Antimikroba.

Baca juga: Indonesia-Belanda bahas kerja sama bidang kesehatan