Bandung (ANTARA) - Bank Dunia akan mengucurkan dana bantuan sebesar 100 Juta dolar Amerika Seikat (AS) atau Rp1,4 triliun untuk mengatasi persoalan sampah di sungai Citarum dan sekitar 80 persen dari total dana pinjaman Bank Dunia dipergunakan untuk mengatasi persoalan sampah di Bandung Raya.

Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa 80 persen sampah di sungai Citarum berasal dari kawasan Bandung Raya. Sedangkan, 20 persen berasal dari luar Bandung Raya, seperti Bekasi, Karawang, dan Purwakarta.

Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil dalam siaran persnya, Jumat, menjelaskan, dana tersebut akan digunakan sebagai investasi pembangunan infrastruktur, pengelolaan sampah sampai ke level RT atau RW, serta untuk membangun atau mengubah pola pikir masyarakat tentang persampahan.

Baca juga: Bank Dunia bantu penanganan sampah Sungai Citarum

"Tadi (dalam rapat koordinasi), menyepakati caranya (penggunaan dana). Kita sudah menyepakati 80 persen mengatasi sampah di Bandung Raya dan 20 persen di Non-Bandung Raya," kata Emil seusai menghadiri rapat koordinasi bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Panjaitan terkait penggunaan dana pinjaman dari Bank Dunia tersebut di kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Jakarta, Jumat.

"Kemudian kita akan fokus dana itu akan dipergunakan untuk menyelesaikan sampah dengan cara meng-upgrade pola pikir masyarakat juga," lanjutnya.

Teknologi yang akan diterapkan adalah teknologi rumahan, seperti biodigester dan TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Dengan memperbanyak upaya di tingkat rumah tangga, ujar dia diharapkan sampah akan terjaring hingga akhirnya tidak ada sampah di Sungai Citarum.

"Maka, teknologi-teknologi rumahan level RT/RW itu akan banyak dibiayai oleh anggaran (dari Bank Dunia) ini," katanya.

"Makanya, dana ini bukan soal ngangkut-ngangkut sampah, kita mau berinvestasi di level rumah-rumah. Seperti bikin biodigester, di level RT kita bikin TPS 3R, kalau masih belum cukup, di Kecamatan bikin skala kawasan, sampai akhirnya betul-betul yang menjelang ke sungainya itu (kuantitas sampah) mendekati nol," jelas dia.

Baca juga: Tak ada tempat sampah, 53 mobil dilarang masuk Balaikota Bandung

Baca juga: Karton bekas minuman kini laku di Bandung