Pengiriman material jadi tantangan bangun infrastruktur PON 2020
21 Juni 2019 14:46 WIB
Kepala Satuan Kerja Pengembangan Pelaksanaan Penataan Bangunan Strategi 3 Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR Anggoro Putro memberikan penjelasan seputar pembangunan infrastruktur PON 2020 di Sentani, Papua, Jumat (21/6/2019) ANTARA/Bayu Kuncahyo
Jayapura (ANTARA) - Pembangunan infrastruktur yang bakal digunakan untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 Papua bukan tanpa tantangan, di antaranya adalah pengiriman material yang harus didatangkan dari luar Papua bahkan dari luar negeri.
"Waktu Asian Games, jika kita tanya material sudah ada di Tanjung Priok, kita tenang. Kalau sekarang masih butuh waktu dua pekan hingga sebulan untuk tiba di sini (Papua)," kata Kepala Satuan Kerja Pengembangan Pelaksanaan Penataan Bangunan Strategi 3 Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) di Sentani, Papua, Jumat.
Saat ini, Kemepupera kembali mendapat tugas selain membangun Stadion Papua Bangkit yaitu membangun Istora Papua, kolam akuatik, lapangan kriket dan hoki. Pembangunan kolam dan istora sendiri saat ini dalam progres.
Anggoro menjelaskan jika banyak material yang harus didatangkan dari Jawa sedangkan untuk pendukung harus impor dari luar negeri. Dengan demikian membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendatangkannya.
"Mungkin hanya beton yang dibuat di sini. Untuk sisanya harus didatangkan dari Jawa seperti besi maupun baja. Itu yang menjadi tantangan. Solusinya kami harus berusaha mendatangkan barang lebih cepat sebelum Natal," katanya menambahkan.
Baja yang digunakan baik untuk Istora maupun kolam akuatik, kata dia, harus didatangkan dari Krakatau Steel Banten. Bahkan khusus untuk atap Istora membutuhkan 1.000 ton. Dengan demikian butuh banyak kapal untuk membawanya ke Papua.
"Untuk pembangunan lapangan kriket dan hoki tantangannya adalah infrastruktur jalan menuju Doyo Baru. Kami masih menunggu status jalan yang ada apakah jalan nasional ataui jalan provinsi," kata pria yang juga menjadi ujung tombak saat pembangunan lokasi pertandingan Asian Games 2018 itu.
Meski banyak tantangan, Anggoro menegaskan jika pembangunan lokasi pertandingan kejuaraan empat tahunan yang diikuti atlet dari 34 provinsi ini tetap sesuai dengan tahapan dan bakal tuntas Juli 2020.
"Tantangan yang lebih berat justru setelah PON, yaitu perawatan. Seperti kolam, itu tidak boleh berhenti perawatannya. Estimasi untuk tiga kolam antara Rp500-600 juta per bulan. Jika kolam GBK sekitar Rp1 miliar," kata Anggoro menjelaskan.
Untuk itu pihaknya berharap pemerintah provinsi Papua segera membentuk lembaga khusus untuk mengelola komplek Stadion Papua Bangkit secara profesional.
Harapan yang sama juga disampaikan oleh Menpora Imam Nahrawi. Pria kelahiran Bangkalan Madura itu juga berharap infrastruktur baru harus dimaksimalkan setelah PON 2020. Apalagi PON Papua menjadi PON terakhir sebelum kejuaraan empat tahunan ini dibuat dua tahun sekali.
Baca juga: Menpora jajal lapangan Stadion Papua Bangkit
Baca juga: Stadion Papua Bangkit 100 persen siap untuk PON
Baca juga: Disorda klaim pembangunan Stadion Papua Bangkit capai 97 persen
"Waktu Asian Games, jika kita tanya material sudah ada di Tanjung Priok, kita tenang. Kalau sekarang masih butuh waktu dua pekan hingga sebulan untuk tiba di sini (Papua)," kata Kepala Satuan Kerja Pengembangan Pelaksanaan Penataan Bangunan Strategi 3 Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) di Sentani, Papua, Jumat.
Saat ini, Kemepupera kembali mendapat tugas selain membangun Stadion Papua Bangkit yaitu membangun Istora Papua, kolam akuatik, lapangan kriket dan hoki. Pembangunan kolam dan istora sendiri saat ini dalam progres.
Anggoro menjelaskan jika banyak material yang harus didatangkan dari Jawa sedangkan untuk pendukung harus impor dari luar negeri. Dengan demikian membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendatangkannya.
"Mungkin hanya beton yang dibuat di sini. Untuk sisanya harus didatangkan dari Jawa seperti besi maupun baja. Itu yang menjadi tantangan. Solusinya kami harus berusaha mendatangkan barang lebih cepat sebelum Natal," katanya menambahkan.
Baja yang digunakan baik untuk Istora maupun kolam akuatik, kata dia, harus didatangkan dari Krakatau Steel Banten. Bahkan khusus untuk atap Istora membutuhkan 1.000 ton. Dengan demikian butuh banyak kapal untuk membawanya ke Papua.
"Untuk pembangunan lapangan kriket dan hoki tantangannya adalah infrastruktur jalan menuju Doyo Baru. Kami masih menunggu status jalan yang ada apakah jalan nasional ataui jalan provinsi," kata pria yang juga menjadi ujung tombak saat pembangunan lokasi pertandingan Asian Games 2018 itu.
Meski banyak tantangan, Anggoro menegaskan jika pembangunan lokasi pertandingan kejuaraan empat tahunan yang diikuti atlet dari 34 provinsi ini tetap sesuai dengan tahapan dan bakal tuntas Juli 2020.
"Tantangan yang lebih berat justru setelah PON, yaitu perawatan. Seperti kolam, itu tidak boleh berhenti perawatannya. Estimasi untuk tiga kolam antara Rp500-600 juta per bulan. Jika kolam GBK sekitar Rp1 miliar," kata Anggoro menjelaskan.
Untuk itu pihaknya berharap pemerintah provinsi Papua segera membentuk lembaga khusus untuk mengelola komplek Stadion Papua Bangkit secara profesional.
Harapan yang sama juga disampaikan oleh Menpora Imam Nahrawi. Pria kelahiran Bangkalan Madura itu juga berharap infrastruktur baru harus dimaksimalkan setelah PON 2020. Apalagi PON Papua menjadi PON terakhir sebelum kejuaraan empat tahunan ini dibuat dua tahun sekali.
Baca juga: Menpora jajal lapangan Stadion Papua Bangkit
Baca juga: Stadion Papua Bangkit 100 persen siap untuk PON
Baca juga: Disorda klaim pembangunan Stadion Papua Bangkit capai 97 persen
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019
Tags: