Syarif Syaifulloh, petani Philadelpia asal Indonesia
19 Juni 2019 17:27 WIB
Syarif Syaifulloh bersama istrinya Ummu Hani White usai memberikan kelas inspiratif di SMPN 2 Depok, Rabu (18/6/2019). (Megapolitan.antaranews.com/Foto: Feru Lantara)
Depok (ANTARA) - Nama Syarif Syaifulloh di Philadelpia Amerika Serikat cukup dikenal sebagai petani yang memberikan hasil pertanian secara gratis kepada masyarakat setempat dan lahan pertaniannya dijadikan sarana edukasi bertani sayuran organik.
"Jangan pernah malu, kita harus sabar dan tekun. Untuk berhasil itu prosesnya tidak instan. Semua orang itu bisa berhasil dalam bidangnya masing-masing," kata Syarif usai memberikan kelas inspirasi di SMP Negeri 2 Depok, Rabu.
Ia menjelaskan pada tahun pertama, kedua dan ketiga mulai mengembangkan pertanian memang banyak menemui kegagalan, tetapi memasuki tahun keempat mulai membuahkan hasil, dan hasil pertanian berupa sayuran organik ini saya berikan kepada masyarakat setempat secara gratis.
"Saya senang jika hasil jerih payah saya dapat dinikmati oleh teman-teman diaspora," katanya.
Lahan pertanian di samping rumahnya yang dinamakan Haiqal’s Garden ini ramai dikunjungi bukan hanya orang Indonesia saja tetapi juga masyarakat Amerika lainnya. Ada anak-anak SD, SMP, SMA sampai mahasiswa perguruan tinggi, baik orang Indonesia maupun penduduk setempat yang datang untuk belajar bertani.
"Kantor gubernur setempat juga memberikan apresiasi atas hasil dari lahan pertanian saya," kata Syarif yang juga alumni SMPN 2 Depok 1986.
Syarif menceritakan ia sudah tinggal di Philadelpia AS selama 19 tahun dan menekuni pertanian sejak 10 tahun terakhir ini dengan belajar bertani secara otodidak.
Hampir 10 tahun menekuni berkebun di halaman rumah, Syarif Saefulloh ternyata tidak pernah menjual sayuran yang ditanamnya. Secara sukarela ia membagi-bagikan kepada tetangga atau orang lain yang datang mengunjungi kebunnya untuk belajar, selain untuk konsumsi sendiri.
Datang ke Amerika Serikat pertama kali ikut pertukaran kebudayaan. Pekerjaan Syarif sesungguhnya adalah cook atau juru masak di salah satu rumah sakit besar CHOP The Children Hospital of Philadelphia.
Kemudian setelah 9 tahun belajar bercocok tanam saat sebelum dan setelah bekerja di rumah sakit hingga saat ini.
Di negeri Paman Sam ini juga dia bertemu dengan wanita yang bernama Ummu Hani White yang kemudian dinikahinya. Wanita tersebut bekerja sebagai Commissioner Governor’s Advisory Commission on Asian Pacific American Affairs.
Dalam melakukan kegiatan bertani ini pemerintah AS sangat mendukung dan memberi apresiasi yang tinggi kepada petani.
Ia menjelaskan, pasokan benih dan kompos mudah didapat dan gratis, bahkan media tanam juga diberi dari pemerintah secara cuma-cuma. Selain itu, petani juga memiliki budaya yang baik yaitu saling berbagi antarsesama.
Bahkan lanjut Syarif juga sempat diberi tanah seluas 500 meter persegi dari pemerintah setempat untuk diolah, namun ia hanya mengolahnya selama tiga tahun, kemudian dikembalikan lagi ke pemerintah.
"Kalau saya mau sewaktu-waktu lahan 500 meter ini bisa saya minta kembali," jelasnya.
Baca juga: "Amboina Farmers Market" tingkatkan daya jual petani
Baca juga: Petani hidroponik Tulungagung butuh pasar
Baca juga: Hidroponik mulai diminati masyarakat perkotaan
"Jangan pernah malu, kita harus sabar dan tekun. Untuk berhasil itu prosesnya tidak instan. Semua orang itu bisa berhasil dalam bidangnya masing-masing," kata Syarif usai memberikan kelas inspirasi di SMP Negeri 2 Depok, Rabu.
Ia menjelaskan pada tahun pertama, kedua dan ketiga mulai mengembangkan pertanian memang banyak menemui kegagalan, tetapi memasuki tahun keempat mulai membuahkan hasil, dan hasil pertanian berupa sayuran organik ini saya berikan kepada masyarakat setempat secara gratis.
"Saya senang jika hasil jerih payah saya dapat dinikmati oleh teman-teman diaspora," katanya.
Lahan pertanian di samping rumahnya yang dinamakan Haiqal’s Garden ini ramai dikunjungi bukan hanya orang Indonesia saja tetapi juga masyarakat Amerika lainnya. Ada anak-anak SD, SMP, SMA sampai mahasiswa perguruan tinggi, baik orang Indonesia maupun penduduk setempat yang datang untuk belajar bertani.
"Kantor gubernur setempat juga memberikan apresiasi atas hasil dari lahan pertanian saya," kata Syarif yang juga alumni SMPN 2 Depok 1986.
Syarif menceritakan ia sudah tinggal di Philadelpia AS selama 19 tahun dan menekuni pertanian sejak 10 tahun terakhir ini dengan belajar bertani secara otodidak.
Hampir 10 tahun menekuni berkebun di halaman rumah, Syarif Saefulloh ternyata tidak pernah menjual sayuran yang ditanamnya. Secara sukarela ia membagi-bagikan kepada tetangga atau orang lain yang datang mengunjungi kebunnya untuk belajar, selain untuk konsumsi sendiri.
Datang ke Amerika Serikat pertama kali ikut pertukaran kebudayaan. Pekerjaan Syarif sesungguhnya adalah cook atau juru masak di salah satu rumah sakit besar CHOP The Children Hospital of Philadelphia.
Kemudian setelah 9 tahun belajar bercocok tanam saat sebelum dan setelah bekerja di rumah sakit hingga saat ini.
Di negeri Paman Sam ini juga dia bertemu dengan wanita yang bernama Ummu Hani White yang kemudian dinikahinya. Wanita tersebut bekerja sebagai Commissioner Governor’s Advisory Commission on Asian Pacific American Affairs.
Dalam melakukan kegiatan bertani ini pemerintah AS sangat mendukung dan memberi apresiasi yang tinggi kepada petani.
Ia menjelaskan, pasokan benih dan kompos mudah didapat dan gratis, bahkan media tanam juga diberi dari pemerintah secara cuma-cuma. Selain itu, petani juga memiliki budaya yang baik yaitu saling berbagi antarsesama.
Bahkan lanjut Syarif juga sempat diberi tanah seluas 500 meter persegi dari pemerintah setempat untuk diolah, namun ia hanya mengolahnya selama tiga tahun, kemudian dikembalikan lagi ke pemerintah.
"Kalau saya mau sewaktu-waktu lahan 500 meter ini bisa saya minta kembali," jelasnya.
Baca juga: "Amboina Farmers Market" tingkatkan daya jual petani
Baca juga: Petani hidroponik Tulungagung butuh pasar
Baca juga: Hidroponik mulai diminati masyarakat perkotaan
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: