BNP2TKI akan tingkatkan kemampuan bahasa peserta G to G Jepang
18 Juni 2019 22:04 WIB
Direktur Pelayanan Penempatan Pemerintah BNP2TKI Arini Rahyuwati (kedua kiri) dan Direktur Urusan Ekonomi Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia Tadayuki Miyashita (pertama kiri) bersalaman dengan para calon perawat dan perawat lansia Indonesia dalam acara pelepasan keberangkatan ke Jepang, di Hotel Ibis Jakarta, Selasa (18/6/2019). (ANTARA/Suwanti)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pelayanan Penempatan Pemerintah Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BPN2TKI), Arini Rahyuwati, menyatakan akan meningkatkan kemampuan bahasa Jepang calon peserta program “G to G” Jepang.
Program “G to G” atau antarpemerintah Indonesia-Jepang dilakukan dengan pengiriman calon perawat dan perawat lansia Indonesia ke Jepang. Tahun ini, program tersebut memasuki gelombang ke-12.
"Akan perbaikan dari segi kemampuan bahasa, karena ini menjadi penting untuk target ujian nasional (perawat di Jepang), jadi kami mensyaratkan dimulai tahun 2019 yang nanti batch ke 13 itu mereka harus punya sertifikat N5,” kata Arini di Jakarta, Selasa.
Dia menambahkan bahwa kemampuan berbahasa Jepang belum dimiliki oleh kebanyakan pendaftar. Hal itu merupakan kesulitan dalam memenuhi kuota yang disediakan Jepang yaitu sebanyak 550 perawat dan perawat lansia tiap tahun.
Dalam program ini, peserta dengan spesifikasi pendidikan minimum D3 keperawatan menjalani pelatihan bahasa Jepang selama satu tahun, enam bulan di Indonesia dan enam bulan di Osaka, Nagoya, dan Tokyo, Jepang.
Nantinya, mereka akan mengikuti ujian nasional perawat di Jepang yang mengharuskan standar kemampuan berbahasa berada pada level N3 atau N2.
Untuk diketahui, sistem level dalam kemampuan bahasa Jepang dimulai dari yang terendah adalah N5 dan yang tertinggi adalah N1.
Jika lulus ujian, para peserta akan dikontrak bekerja selama tiga tahun untuk perawat dan empat tahun untuk perawat lansia dengan gaji pokok 100 sampai 200 ribu Yen (sekitar Rp13 juta) per bulan.
Mengenai kualitas para peserta, Direktur Urusan Ekonomi Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Tadayuki Miyashita, mengaku ada perbaikan setiap tahunnya, termasuk dalam hal kemampuan berbahasa.
”Jadi setiap tahun, kemampuan bahasa Jepang mereka meningkat,” kata dia.
Program “G to G” atau antarpemerintah Indonesia-Jepang dilakukan dengan pengiriman calon perawat dan perawat lansia Indonesia ke Jepang. Tahun ini, program tersebut memasuki gelombang ke-12.
"Akan perbaikan dari segi kemampuan bahasa, karena ini menjadi penting untuk target ujian nasional (perawat di Jepang), jadi kami mensyaratkan dimulai tahun 2019 yang nanti batch ke 13 itu mereka harus punya sertifikat N5,” kata Arini di Jakarta, Selasa.
Dia menambahkan bahwa kemampuan berbahasa Jepang belum dimiliki oleh kebanyakan pendaftar. Hal itu merupakan kesulitan dalam memenuhi kuota yang disediakan Jepang yaitu sebanyak 550 perawat dan perawat lansia tiap tahun.
Dalam program ini, peserta dengan spesifikasi pendidikan minimum D3 keperawatan menjalani pelatihan bahasa Jepang selama satu tahun, enam bulan di Indonesia dan enam bulan di Osaka, Nagoya, dan Tokyo, Jepang.
Nantinya, mereka akan mengikuti ujian nasional perawat di Jepang yang mengharuskan standar kemampuan berbahasa berada pada level N3 atau N2.
Untuk diketahui, sistem level dalam kemampuan bahasa Jepang dimulai dari yang terendah adalah N5 dan yang tertinggi adalah N1.
Jika lulus ujian, para peserta akan dikontrak bekerja selama tiga tahun untuk perawat dan empat tahun untuk perawat lansia dengan gaji pokok 100 sampai 200 ribu Yen (sekitar Rp13 juta) per bulan.
Mengenai kualitas para peserta, Direktur Urusan Ekonomi Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Tadayuki Miyashita, mengaku ada perbaikan setiap tahunnya, termasuk dalam hal kemampuan berbahasa.
”Jadi setiap tahun, kemampuan bahasa Jepang mereka meningkat,” kata dia.
Pewarta: Suwanti
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019
Tags: