Surabaya (ANTARA News) - Sejumlah pengamat ekonomi yang tergabung dalam Institute for Stategic Economics and Finane (Insef) mendesak pemerintah untuk merevisi asumsi APBN 2008, menyusul terjadinya guncangan ekonomi global yang disebabkan kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) yang memicu terjadinya resesi dunia. Direktur Eksekutif Insef, M Ikhsan Modjo, mengemukakan hal itu pada Konferensi Pers pada Acara Ketahanan Pangan dan Ancaman Resesi 2008 di Surabaya, Senin. Dia mengatakan perubahan asumsi itu diharapkan dapat menjadi langkah antisipasi yang diarahkan untuk menjaga konsistensi pertumbuhan perekonomian nasional. Meski demikian pertumbuhan ekonomi nasional pada 2008 ini akan kesulitan untuk mencapai angka 6,8 persen dan diprediksi mencapai 5,8 persen. "Kebijakan pemerintah AS yang dilakukan dengan menurunkan suku bunganya (Federal Reserve/The Fed Rate) sebesar 0,75 persen menjadi 3,5 persen dilakukan untuk memacu penguatan kondisi pasar modalnya," katanya. Dia mengatakan keadaan ekonomi global itu dipicu oleh kondisi yang dinamakan January Crash, yang ditandai hampir seluruh bursa dunia dalam sepekan turun sebesar 20 persen, bahkan dunia kini dinilai banyak pihak dengan mengacu indikator makro, telah memasuki masa resesi meski belum diketahui kapan segera berakhir. "Kondisi itulah yang memicu pemerintah AS segera berbenah memotong The Fed rate, bahkan asumsi pertumbuhan ekonominya-pun pada 2008 juga direvisi dari 2,9 persen diganti menjadi hanya satu persen. Asumsi melambatnya perekonomian AS itu jelas berkorelasi dengan perekonomian Indonesia sehingga pemerintah perlu segera merevisi asumsi APBN 2008,? kata Ikhsan. Ikhsan menegaskan perubahan asumsi APBN itu tidak bisa dihindari bila menilik kondisi perekonomian dunia yang kini lagi mengalami turbulensi (guncangan), meski kondisi perekonomian nasional pada kuartal IV/2007 sedang dalam kondisi kondusif. "AS beserta Uni Eropa, Jepang dan Singapura merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia dengan kontribusi sekitar 80 persen. Meski ekspor Indonesia pada 2007 cukup bagus, namun dengan melemah maupun melambatnya ekonomi global khususnya dinegara-negara itu maka akan sangat berimbas pada perekonomian nasional. Ini mesti diantisipasi," tegas staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang itu.(*)