Pemerintah Indonesia dukung Colombo Plan lewat sekolah lapang iklim
17 Juni 2019 19:02 WIB
(Kiri-kanan) Sekretaris Jenderal The Colombo Plan Phan Kieu Thu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal dan Staf Ahli Bidang Politik, Pertahanan, dan Keamanan Kementerian Sekretariat Negara Gogor Oko Nurharyoko dalam konferensi pers usai pembukaan pelatihan teknis "Pertanian Responsif" di Jakarta, Senin (17/6/2019). (ANTARA/Azizah Fitriyanti)
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mendukung Colombo Plan (organisasi regional untuk memperkuat ekonomi dan sosial negara-negara anggotanya di wilayah Asia-Pasifik) lewat Sekolah Lapang Iklim (SLI) untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
"Sekolah Lapang Iklim bertujuan membantu petani dalam merencanakan kegiatan pertanian untuk meningkatkan produktivitas," kata Deputi Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Dukungan tersebut dilakukan dalam bentuk pelatihan internasional dalam rangka Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) yang diselenggarakan Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melalui Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri bekerja sama dengan BMKG dan Colombo Plan pada 16-23 Juni 2019 di Jakarta dan Pusdiklat BMKG di Bogor.
Pelatihan internasional itu dihadiri 19 peserta dari negara-negara anggota Colombo Plan, antara lain Bangladesh, Indonesia, Laos, Myanmar, Nepal, Papua Nugini, dan Sri Lanka.
Herizal mengatakan, Sekolah Lapang Iklim atau Climate Field School (CFS) dirancang sebagai responsive farming dimana petani dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan tentang pengaruh perubahan iklim terhadap semua kegiatan pertanian.
BMKG sendiri menurut Herizal telah melaksanakan Sekolah Lapang Iklim bekerja sama dengan Kementerian Pertanian sejak 2011.
Kegiatan itu sangat penting karena informasi iklim atau cuaca bersifat teknis dan sulit untuk dipahami oleh petani. Sehingga, penyuluh pertanian yang telah dilatih di CFS/SLI ini dapat menyampaikan informasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh petani.
"Keberhasilan kegiatan CFS/SLI di Indonesia telah dijadikan sebagai percontohan dan telah dilaksanakan Training of Trainers untuk negara-negara Asia Pasifik, Timor Leste, dan Pakistan," kata Herizal.
Sekjen Colombo Plan Phan Kieu Thu mengatakan bahwa Indonesia telah menjadi pemain penting dalam skema KSST.
"Pelatihan kali ini merupakan bentuk nyata partisipasi aktif pemerintah Indonesia dalam mendukung Colombo Plan sejak menjadi anggota pada 1953," ujar Phan Kieu Thu.
Baca juga: BMKG: Pertanian responsif tingkatkan produktivitas hingga 30 persen
Baca juga: Indonesia latih 7 negara "Colombo Plan" soal pertanian responsif
Baca juga: Peran aktif Indonesia dalam kerja sama "Colombo Plan" diakui
"Sekolah Lapang Iklim bertujuan membantu petani dalam merencanakan kegiatan pertanian untuk meningkatkan produktivitas," kata Deputi Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Dukungan tersebut dilakukan dalam bentuk pelatihan internasional dalam rangka Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) yang diselenggarakan Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melalui Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri bekerja sama dengan BMKG dan Colombo Plan pada 16-23 Juni 2019 di Jakarta dan Pusdiklat BMKG di Bogor.
Pelatihan internasional itu dihadiri 19 peserta dari negara-negara anggota Colombo Plan, antara lain Bangladesh, Indonesia, Laos, Myanmar, Nepal, Papua Nugini, dan Sri Lanka.
Herizal mengatakan, Sekolah Lapang Iklim atau Climate Field School (CFS) dirancang sebagai responsive farming dimana petani dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan tentang pengaruh perubahan iklim terhadap semua kegiatan pertanian.
BMKG sendiri menurut Herizal telah melaksanakan Sekolah Lapang Iklim bekerja sama dengan Kementerian Pertanian sejak 2011.
Kegiatan itu sangat penting karena informasi iklim atau cuaca bersifat teknis dan sulit untuk dipahami oleh petani. Sehingga, penyuluh pertanian yang telah dilatih di CFS/SLI ini dapat menyampaikan informasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh petani.
"Keberhasilan kegiatan CFS/SLI di Indonesia telah dijadikan sebagai percontohan dan telah dilaksanakan Training of Trainers untuk negara-negara Asia Pasifik, Timor Leste, dan Pakistan," kata Herizal.
Sekjen Colombo Plan Phan Kieu Thu mengatakan bahwa Indonesia telah menjadi pemain penting dalam skema KSST.
"Pelatihan kali ini merupakan bentuk nyata partisipasi aktif pemerintah Indonesia dalam mendukung Colombo Plan sejak menjadi anggota pada 1953," ujar Phan Kieu Thu.
Baca juga: BMKG: Pertanian responsif tingkatkan produktivitas hingga 30 persen
Baca juga: Indonesia latih 7 negara "Colombo Plan" soal pertanian responsif
Baca juga: Peran aktif Indonesia dalam kerja sama "Colombo Plan" diakui
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: