Sleman (ANTARA) - Personel di Pangkalan TNI AU Adisutjipto, Yogyakarta, menyita dua balon udara liar yang jatuh, salah satu balon udara liar itu jatuh di zona militer pangkalan udara TNI AU atau di sekitar landasan pacu pesawat udara.

"Jaraknya bahkan hanya sekitar 1,5 kilometer dari landas pacu Untuk diketahui, di sekitar landas pacu merupakan fase paling kritis, lepas-landas dan mendarat pesawat terbang," kata Kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto, Kolonel Penerbang Feri Yunaldi, di Yogyakarta, Senin.

Sama seperti banyak yang lain, landas pacu di Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto itu dipergunakan bersama antara TNI AU dengan penerbangan sipil, namun landas parkir dan fasilitas hanggar, dan sarana lain-lainnya terpisah. Di Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto terdapat beberapa skuadron udara pendidikan, Sekolah Penerbang TNI, serta satuan-satuan lain TNI AU.

Menurut dia, balon udara liar itu terpantau terbang di wilayah lanud pada sekitar pukul 10.42 WIB Minggu (16/6). Personel TNI AU yang mengetahui langsung mengecek keberadaan balon udara itu.

"Saat ditemukan balon udara liar tersebut tersangkut pada ranting pohon di area lapangan golf Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto," katanya.

Ia mengatakan, ukuran balon yang disita dari lapangan golf itu memiliki diameter dua meter, dengan panjang 3,5 meter, dan berbahan dari plastik dengan warna lorek hijau, kuning, dan putih.

"Berdasarkan informasi saksi, balon diketahui terbang dari arah utara. Namun dia tidak mengetahui secara pasti dari mana asal balon udara liar itu," katanya.

Ia mengatakan, pada waktu yang hampir bersamaan, petugas menara pengatur lalu-lintas udara Bandara Internasional Adisutjipto juga melaporkan ada satu balon udara terbang liar di utara kompleks Pangkalan TNI AU Adisutjipto. Balon udara itu akhirnya ditemukan dengan posisi tersangkut di tiang listrik persisnya di depan pos satpam Hotel Grand Quality, Jalan Jogja-Solo.

"Balon kedua berdiameter 2 meter, panjang 3,5 meter, berbahan plastik dan berwarna hitam," katanya.

Ia mengatakan, penerbangan balon udara liar ini membahayakan keselamatan penerbangan, karena bisa menutupi kokpit pesawat, bisa masuk mesin pesawat yang menyebabkan mesin mati secara mendadak.

Baca juga: Balon udara liar berukuran besar jatuh timpa rumah warga di Sleman

Baca juga: Festival balon udara meriahkan Wonosobo

Sudah ada total empat balon udara liar yang mendarat di DIY. Pertama kali balon udara liar diketahui mendarat yaitu di Sendangadi, Mlati Rabu (12/6). Lalu temuan selanjutnya di Lendah, Kulonprogo, DIY, Minggu (16/6), pada hari yang sama juga ditemukan di Sleman.

General Manager Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Cabang Yogyakarta, Nono Sunariyadi, menjelaskan, dari 5 Juni 2019 hingga 16 Juni 2019, sudah ada 25 laporan balon udara dari pilot.

"Menerbangkan balon udara sebenarnya tidak dilarang selama mengikuti aturan sesuai dengan Permenhub No 40/2018 tentang Penggunaan Balon Udara Pada Kegiatan Budaya Masyarakat," katanya.

Baca juga: AirNav Yogyakarta terima 14 laporan dari pilot adanya balon udara liar

Baca juga: Menhub sebut tradisi terbangkan balon agar sesuai aturan

Baca juga: Polisi sempat razia balon udara di Trenggalek

Ia mengatakan, aturan yang benar yaitu ukuran balon 7x4 meter dan diterbangkan maksimal ketinggian 150 meter dengan ditambatkan pada tali minimal tiga tali dan balon udara berwarna mencolok.

"Selama ini kami kesulitan mengidentifikasi arah balon udara liar. Sebab hal tergantung arah angin, jika balon udara mengarah ke utara, maka akan mengganggu penerbangan dari Jakarta, Semarang dan Surabaya. Jika mengarah ke selatan maka akan mengganggu penerbangan yang menuju arah Yogyakarta," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya meminta ATC agar meningkatkan kewaspadaan terhadap pergerakan atau peluncuran balon udara liar dengan memberikan informasi kepada pesawat berdasarkan laporan pilot sebelumnya.

"Kami juga telah menyiapkan alternatif rute yang aman untuk penerbangan pesawat udara," katanya.