Jakarta (ANTARA) - Direktur Rumah Sakit (RS) Pelni, dr Dewi Fankhuningdyah mengatakan sebagian korban setelah kericuhan 21-22 Mei 2019 masih melakukan kontrol pascaoperasi di RS Pelni, Jakarta.

“Mereka yang masih kontrol kesehatan itu setelah sebelumnya dilakukan tindakan operasi,” kata Dewi yang dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Setelah kericuhan tersebut, RS Pelni menerima pasien korban sebanyak 82 orang, dua orang di antaranya meninggal dunia.

Ia menjelaskan jumlah korban itu yang dilakukan klaim pembayaran sesuai arah dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

“Kami yang memberikan berapa jumlah pasiennya, berapa jumlah rupiah dan Dinas Kesehatan yang membayarnya,” katanya.

Terkait dengan jumlah rupiah yang diklaim ke pihak Dinkes, ia belum memberikan angka pasti karena masih dalam proses dan belum selesai.

“Belum selesai untuk proses penagihan, karena masih ada pasien yang melakukan kotrol kesehatan,” kata Dewi Fangkunigdyah .

RS Pelni ditunjuk oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta sebagai salah satu rumah sakit rujukan untuk menangani korban aksi protes usai Pemilu 2019.

Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyebutkan jumlah korban setelah kericuhan 22 Mei mencapai angka 900-an orang.

Dinkes DKI Jakarta menerbitkan surat edaran ke seluruh rumah sakit untuk menangani korban kericuhan.

Menurut Widyastuti, ada ketentuan dalam perundang-undangan dan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur hal tersebut.


Baca juga: Aktivitas pasien RS Pelni mulai ramai usai aksi 22 Mei

Baca juga: RS Pelni terus berinovasi dalam layanan kesehatan