Denpasar (ANTARA) - Putri Suastini Koster, istri Gubernur Bali yang juga dikenal sebagai seniman multitalenta itu, membacakan puisi berjudul "Aku Papua", berkolaborasi dengan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua di ajang Pesta Kesenian Bali 2019.

"Kami sangat mengapresiasi keikutsertaan ISBI Tanah Papua untuk meramaikan Pesta Kesenian Bali Ke-41 Tahun 2019 ini. Ini adalah momentum untuk mempererat rasa persaudaraan dan kebhinekaan di Indonesia," kata Gubernur Bali Wayan Koster yang menyaksikan pergelaran kolaborasi tersebut di Panggung Ayodya Taman Budaya Provinsi Bali di Denpasar, Minggu (16/6) malam.

Ia tampil dalam pergelaran musik, tari, dan puisi pada PKB 2019 tersebut, berkolaborasi dengan ISBI Tanah Papua.

Pergelaran bertajuk "Nggo Wor Bai Do Na Nggomar" yang berarti "Kalau Tidak Menyanyi dan Menari Kami Akan Mati" tersebut, tampak menyedot penasaran pengunjung Taman Budaya malam itu.

Apalagi, ketika orang-orang berpakaian khas Papua menarik rakit di sepanjang sungai di Taman Budaya, sedangkan di atas rakit duduk Putri Suastini Koster.

Pementasan kemudian beralih ke Panggung Ayodya dengan dibuka oleh Tarian Isosolo. Tarian khas Sentani, Papua itu menggambarkan suka cita sebagai simbol kerukunan antarsuku di Papua. Pergelaran yang berlangsung selama dua jam itu mengundang decak kagum para penonton. Mereka memberikan aplaus kepada para seniman.

Puisi "Aku Papua" karya putra asli Bali Profesor Doktor I Wayan Rai yang saat ini duduk sebagai Rektor ISBI Tanah Papua.

Profesor Rai mengatakan pementasan 29 mahasiswa dan dosen ISBI Tanah Papua ke Bali kali ini bagian dari kunjungan balasan atas lawatan Putri Koster ke Papua beberapa waktu lalu.

Meskipun baru akan berumur lima tahun, ISBI Tanah Papua berusaha menunjukkan penampilan terbaik seni dan budaya Papua.

Gubernur Koster menambahkan lahirnya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pemajuan Kebudayaan yang digagas dirinya saat menjadi anggota DPR, di antaranya untuk menggairahkan pembangunan seni dan budaya di seluruh Indonesia dengan karakter seni dan budaya yang menjadi kekayaan daerah masing-masing.

"Karena dulunya Indonesia sebelum dijajah oleh Belanda dan Jepang, Indonesia sangat kuat dengan tradisi dan budayanya," kata dia.

Sayangnya, katanya, setelah merdeka, seni dan budaya pun tidak mendapat ekosistem yang baik.

Menurut dia, hal itu pula sebabnya banyak terjadi kekerasan, radikalisme, dan terorisme di sejumlah daerah di Tanah Air.

Oleh karena itu, Koster mengaku menata kembali Pesta Kesenian Bali pada awal pemerintahannya.

Ia menginginkan PKB benar-benar menjadi ajang pesta yang sesungguhnya bagi masyarakat Bali.

Baca juga: Gubernur Koster: tebarkan spirit toleransi lewat Pesta Kesenian
Baca juga: "Dua hari" Sang Presiden untuk Bali
Baca juga: Teater tari Yunnan-Tiongkok meriahkan Pesta Kesenian Bali 2019