BNPB imbau warga antisipasi kebakaran hutan dan lahan
15 Juni 2019 09:07 WIB
Arsip Foto. Petugas Manggala Agni Balai KSDA Sumatera Selatan berjaga di posko pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Jln lintas Sumatera Palembang-Indralaya, Kab Ogan Ilir, Sumatera Selatan. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengimbau warga yang tinggal di wilayah rawan mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, yang menurut perkiraan meningkat mulai Juli 2019.
"Upaya pencegahan merupakan cara terbaik dan sangat penting untuk dilakukan karena upaya ini relatif lebih mudah dan murah dibandingkan jika kita melakukan penanggulangan kebakaran yang sudah terjadi," kata Doni dalam siaran pers badan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Doni mengatakan dalam konteks pencegahan, kerja sama berbagai pihak sangat diperlukan sejak dini. Pelibatan satuan tugas gabungan dari pemerintah, TNI/Polri, masyarakat dan dunia usaha dalam mencegah dan menanggulangi merupakan alternatif penguatan.
Ia mengharapkan sinergi semua pihak, khususnya di wilayah Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat, dengan Satuan Tugas Gabungan Kebakaran Hutan dan Lahan TNI.
"BNPB akan memberikan pembekalan yang dilakukan di tiga provinsi tersebut. Melalui pembekalan, sinergi dan kerja sama akan dipersiapkan sejak awal sehingga memberikan pemahaman yang sama terhadap kesiapsiagaan dan pencegahan dalam menghadapi ancaman kebakaran tahun ini," tuturnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan selama Juli hingga Oktober 2019 sejumlah daerah akan menghadapi curah hujan rendah.
BMKG memantau kondisi El Nino lemah yang diperkirakan bertahan sepanjang 2019. Dampak fenomena alam tersebut pada musim kemarau perlu diwaspadai.
Puncak musim kemarau menurut prakiraan terjadi Agustus.
Daerah yang rentan mengalami kekeringan meteorologis meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara; sementara daerah seperti Riau, Palembang, Jambi, serta sebagian besar Kalimantan berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan.
Baca juga:
Pemerintah lanjutkan patroli karhutla antisipasi kedatangan El Nino
Mulai terjadi karhutla, Kalbar bentuk Posko Lapangan Desa
"Upaya pencegahan merupakan cara terbaik dan sangat penting untuk dilakukan karena upaya ini relatif lebih mudah dan murah dibandingkan jika kita melakukan penanggulangan kebakaran yang sudah terjadi," kata Doni dalam siaran pers badan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Doni mengatakan dalam konteks pencegahan, kerja sama berbagai pihak sangat diperlukan sejak dini. Pelibatan satuan tugas gabungan dari pemerintah, TNI/Polri, masyarakat dan dunia usaha dalam mencegah dan menanggulangi merupakan alternatif penguatan.
Ia mengharapkan sinergi semua pihak, khususnya di wilayah Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat, dengan Satuan Tugas Gabungan Kebakaran Hutan dan Lahan TNI.
"BNPB akan memberikan pembekalan yang dilakukan di tiga provinsi tersebut. Melalui pembekalan, sinergi dan kerja sama akan dipersiapkan sejak awal sehingga memberikan pemahaman yang sama terhadap kesiapsiagaan dan pencegahan dalam menghadapi ancaman kebakaran tahun ini," tuturnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan selama Juli hingga Oktober 2019 sejumlah daerah akan menghadapi curah hujan rendah.
BMKG memantau kondisi El Nino lemah yang diperkirakan bertahan sepanjang 2019. Dampak fenomena alam tersebut pada musim kemarau perlu diwaspadai.
Puncak musim kemarau menurut prakiraan terjadi Agustus.
Daerah yang rentan mengalami kekeringan meteorologis meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara; sementara daerah seperti Riau, Palembang, Jambi, serta sebagian besar Kalimantan berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan.
Baca juga:
Pemerintah lanjutkan patroli karhutla antisipasi kedatangan El Nino
Mulai terjadi karhutla, Kalbar bentuk Posko Lapangan Desa
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: