Sendratari Kidung Karmawibangga meriahkan kawasan Candi Borobudur
13 Juni 2019 18:34 WIB
Pementasan sendratari Kidung Karmawibangga di panggung permanen Taman Lumbini kawasan Taman Wisata Candi Borobudur. (ANTARA/Heru Suyitno)
Magelang (ANTARA) - Yayasan Brayat Penangkaran bekerja sama dengan Taman Wisata Candi Borobudur mementaskan sendratari Kidung Karmawibangga untuk memeriahkan masa ramai kunjungan wisatawan pada Lebaran 2019 di kawasan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis.
Sendratari yang berlangsung di panggung permanen Taman Lumbini kawasan Taman Wisata Candi Borobudur tersebut menarik banyak wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk menyaksikannya sebelum mereka naik candi.
Pendiri Yayasan Brayat Panangkaran, Sucoro mengatakan pementasan sendratari Kidung Karmawibangga kali ini melibatkan 135 seniman tari dan penabuh gamelan dari Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung.
Ia menyebutkan dalam sendratari tersebut menampilkan dua tarian pokok, yakni Topeng Ireng dari Windusari Kabupaten Magelang dan Kuda Lumping dari Bulu Kabupaten Temanggung.
Ia menuturkan Candi Borobudur sebagai tempat wisata tentunya mempunyai daya tarik yang cukup kuat bagi wisatawan. Pementasan ini menjadi daya dukung pariwisata sehingga karya masyarakat seperti dari Temanggung, Boyolali, dan daerah-daerah lain bisa menampilkan karyanya di sini.
Ia mengatakan Karmawibangga menceritakan relief yang paling bawah di Candi Borobudur. Borobudur mempunyai tiga tataran kehidupan, tataran paling bawah adalah kamadatu atau karmawibangga, kemudian arupadatu, dan rupadatu.
"Kita bicara pada sisi kamadatu atau karmawibangga, di sana menceritakan tentang hukum sebab akibat yang tidak terbatasi oleh apa pun. Dalam tarian ini ada tokoh Dyah Pudya Wardani sebagai sosok perempuan yang sangat kuat perjuangannya untuk menyosialisasikan tentang pemahaman keagamaan waktu itu," katanya.
Ia mengatakan Dyah Pudya Wardani mendorong pada pengikutnya untuk lebih mempertahankan diri sebagai hamba Sang Hyang Widi. "Pesan moral dalam sendratari ini lebih pada penguatan kebersamaan di masyarakat, yang namanya Borobudur ini tidak hanya pada masyarakat Hindu, Buddha dan seterusnya, tetapi penguatan pada sisi kebersamaan dan kerukunan masyarakat," katanya.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan pada masa ramai pengunjung Lebaran 2019 ini pihaknya menyajikan sejumlah kesenian di panggung permanen Taman Lumbini, salah satunya sendratari Kidung Karmawibangga ini. "Pementasan hiburan ini untuk memecah konsentrasi pengunjung agar tidak langsung naik ke candi, karena kapasitasnya terbatas," katanya. *
Baca juga: Saatnya berwisata dengan kepala bernarasi
Baca juga: Pintu masuk Candi Borobudur ditambah antisipasi lonjakan pengunjung
Sendratari yang berlangsung di panggung permanen Taman Lumbini kawasan Taman Wisata Candi Borobudur tersebut menarik banyak wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk menyaksikannya sebelum mereka naik candi.
Pendiri Yayasan Brayat Panangkaran, Sucoro mengatakan pementasan sendratari Kidung Karmawibangga kali ini melibatkan 135 seniman tari dan penabuh gamelan dari Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung.
Ia menyebutkan dalam sendratari tersebut menampilkan dua tarian pokok, yakni Topeng Ireng dari Windusari Kabupaten Magelang dan Kuda Lumping dari Bulu Kabupaten Temanggung.
Ia menuturkan Candi Borobudur sebagai tempat wisata tentunya mempunyai daya tarik yang cukup kuat bagi wisatawan. Pementasan ini menjadi daya dukung pariwisata sehingga karya masyarakat seperti dari Temanggung, Boyolali, dan daerah-daerah lain bisa menampilkan karyanya di sini.
Ia mengatakan Karmawibangga menceritakan relief yang paling bawah di Candi Borobudur. Borobudur mempunyai tiga tataran kehidupan, tataran paling bawah adalah kamadatu atau karmawibangga, kemudian arupadatu, dan rupadatu.
"Kita bicara pada sisi kamadatu atau karmawibangga, di sana menceritakan tentang hukum sebab akibat yang tidak terbatasi oleh apa pun. Dalam tarian ini ada tokoh Dyah Pudya Wardani sebagai sosok perempuan yang sangat kuat perjuangannya untuk menyosialisasikan tentang pemahaman keagamaan waktu itu," katanya.
Ia mengatakan Dyah Pudya Wardani mendorong pada pengikutnya untuk lebih mempertahankan diri sebagai hamba Sang Hyang Widi. "Pesan moral dalam sendratari ini lebih pada penguatan kebersamaan di masyarakat, yang namanya Borobudur ini tidak hanya pada masyarakat Hindu, Buddha dan seterusnya, tetapi penguatan pada sisi kebersamaan dan kerukunan masyarakat," katanya.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan pada masa ramai pengunjung Lebaran 2019 ini pihaknya menyajikan sejumlah kesenian di panggung permanen Taman Lumbini, salah satunya sendratari Kidung Karmawibangga ini. "Pementasan hiburan ini untuk memecah konsentrasi pengunjung agar tidak langsung naik ke candi, karena kapasitasnya terbatas," katanya. *
Baca juga: Saatnya berwisata dengan kepala bernarasi
Baca juga: Pintu masuk Candi Borobudur ditambah antisipasi lonjakan pengunjung
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: