Gangguan atmosfer sebabkan hujan ekstrem di wilayah Indonesia Timur
13 Juni 2019 14:40 WIB
Foto udara ratusan rumah yang terendam banjir di sepanjang bantaran Sungai Pohara, Konawe, Sulawesi Tenggara, Rabu (12/6/2019). Kecamatan Sampara, Bondoala, Batu Gong dan Morosi di Kabupaten Konawe terendam banjir, yang juga memutuskan jalan Trans Sulawesi penghubung Sulawesi Tenggara-Sulawesi Tengah. ANTARA FOTO/Jojon
Jakarta (ANTARA) - Gangguan atmosfer dalam bentuk Osilasi Madden Julian menyebabkan hujan ekstrem yang menimbulkan banjir di wilayah Indonesia Timur, kata Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mulyono R Prabowo.
"Secara umum sebetulnya Indonesia, khususnya bagian selatan ekuator, sedang musim kemarau, tetapi ada gangguan atmosfer dalam bentuk Osilasi Madden Julian yang tumbuh dan berkembang dari Samudera Hindia," katanya di Jakarta, Kamis.
Fenomena Osilasi Madden-Julian (Madden Julian Oscillation/MJO) adalah fluktuasi intra-musiman dari tekanan atmosfer di atas Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian barat yang bergerak ke arah timur pada daerah tropis.
Mulyono menjelaskan bahwa musim kemarau ditandai dengan adanya dominasi angin dari timur-tenggara di wilayah Indonesia bagian selatan yang menyerbu wilayah-wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Jawa dan Sumatera bagian selatan yang diprediksi bisa berlangsung hingga September-Oktober.
Di tengah musim kemarau tersebut muncul gangguan atmosfer dalam bentuk MJO yang tumbuh dan berkembang dari Samudera Hindia kemudian merambat ke arah timur di sepanjang ekuator, masuk ke wilayah Indonesia bagian barat dan merambat ke tengah lalu bergeser ke bagian timur.
"Ketika melintasi wilayah-wilayah tersebut potensi pertumbuhan awan dan hujan turun menguat, di sisi lain Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT didominasi oleh aliran udara kering dari timur-tenggara atau Australia sehingga potensi pertumbuhan awannya kecil atau sedikit," katanya.
Karena adanya MJO, konsentrasi pertumbuhan awan kuat sehingga hujan-hujan yang terjadi berintensitas tinggi dan berlangsung lama serta berpotensi menimbulkan banjir serta tanah longsor.
Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi di Kabupaten Konawe Utara, Konawe, Konawe Selatan dan Kolaka Timur di Sulawesi Tenggara serta sebagian wilayah Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah, menimbulkan kerusakan infrastruktur dan rumah warga serta memaksa sebagian warga mengungsi.
Hujan lebat juga menimbulkan banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, dan Kabupaten Kotabaru di Kalimantan Selatan.
Baca juga:
BNPB: Puluhan ribu warga terdampak banjir di Sulawesi
Sulawesi Tenggara tetapkan masa tanggap darurat bencana 14 hari
"Secara umum sebetulnya Indonesia, khususnya bagian selatan ekuator, sedang musim kemarau, tetapi ada gangguan atmosfer dalam bentuk Osilasi Madden Julian yang tumbuh dan berkembang dari Samudera Hindia," katanya di Jakarta, Kamis.
Fenomena Osilasi Madden-Julian (Madden Julian Oscillation/MJO) adalah fluktuasi intra-musiman dari tekanan atmosfer di atas Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian barat yang bergerak ke arah timur pada daerah tropis.
Mulyono menjelaskan bahwa musim kemarau ditandai dengan adanya dominasi angin dari timur-tenggara di wilayah Indonesia bagian selatan yang menyerbu wilayah-wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Jawa dan Sumatera bagian selatan yang diprediksi bisa berlangsung hingga September-Oktober.
Di tengah musim kemarau tersebut muncul gangguan atmosfer dalam bentuk MJO yang tumbuh dan berkembang dari Samudera Hindia kemudian merambat ke arah timur di sepanjang ekuator, masuk ke wilayah Indonesia bagian barat dan merambat ke tengah lalu bergeser ke bagian timur.
"Ketika melintasi wilayah-wilayah tersebut potensi pertumbuhan awan dan hujan turun menguat, di sisi lain Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT didominasi oleh aliran udara kering dari timur-tenggara atau Australia sehingga potensi pertumbuhan awannya kecil atau sedikit," katanya.
Karena adanya MJO, konsentrasi pertumbuhan awan kuat sehingga hujan-hujan yang terjadi berintensitas tinggi dan berlangsung lama serta berpotensi menimbulkan banjir serta tanah longsor.
Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi di Kabupaten Konawe Utara, Konawe, Konawe Selatan dan Kolaka Timur di Sulawesi Tenggara serta sebagian wilayah Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah, menimbulkan kerusakan infrastruktur dan rumah warga serta memaksa sebagian warga mengungsi.
Hujan lebat juga menimbulkan banjir di Samarinda, Kalimantan Timur, dan Kabupaten Kotabaru di Kalimantan Selatan.
Baca juga:
BNPB: Puluhan ribu warga terdampak banjir di Sulawesi
Sulawesi Tenggara tetapkan masa tanggap darurat bencana 14 hari
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: