Harga bahan makanan di NTT selama Ramadhan sangat terkendali
10 Juni 2019 15:53 WIB
Kepala BPS Nusa Tenggara Timur, Maritje Pattiwaellapea (kiri), menyampaikan kondisi indeks harga konsumen (IHK) pada Mei 2019 dalam konferensi pers, di Kupang, Senin. (ANTARA/Aloysius Lewokeda)
Kupang (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur, Maritje Pattiwaellapea, mengemukakan, kondisi harga bahan makanan di provinsi setempat selama Ramadhan pada Mei hingga memasuki Juni 2019 sangat terkendali.
"Inflasi yang terbentuk dari kelompok pengeluaran bahan makanan selama Ramadhan atau Mei sebesar 0,04 persen, angka ini menunjukkan harga sangat terkendali karena kerja keras semua pihak," katanya, di Kupang, Senin.
Pada Mei 2019, mereka mencatat indeks harga konsumen (IHK) di provinsi berbasiskan kepulauan itu mengalami inflasi sebesar 0,30 persen.
Ia menyebut dari tiga kelompok pengeluaran penyumbang inflasi, bahan makanan merupakan yang terendah sebesar 0,04 persen. Sedangkan penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran transportasi sebesar 1,68 persen menyusul kelompok sandang sebesar 0,42 persen.
Menurut dia, komoditi yang memberikan andil terbesar bagi inflasi bahan makanan seperti bawang putih dengan andil 0,10 persen. "Memang sempat ramai juga harga bawang putih di pasaran menembus hingga Rp80.000 per kilogram tapi sudah terkendali," kata Pattiwaellapea.
Ia mengatakan, upaya pengendalian harga bahan pangan ini tidak terlepas dari peranan tim pengendali inflasi daerah (TPID) bersama Satuan tugas (Satgas) Pangan setempat. "Berbagai upaya untuk menjaga stabilitas harga dilakukan melalui kegiatan seperti operasi pasar dan pasar murah menjelang Idul Fitri," katanya.
Ia menambahkan, kondisi inflasi di NTT pada Mei cukup terkendali dengan angka secara tahun kalender sebesar 0,21 persen, sedangkan year on year (yoy) sebesar 2,29 persen atau masih di bawah nasional sebesar 3,32.
"Inflasi yang terbentuk dari kelompok pengeluaran bahan makanan selama Ramadhan atau Mei sebesar 0,04 persen, angka ini menunjukkan harga sangat terkendali karena kerja keras semua pihak," katanya, di Kupang, Senin.
Pada Mei 2019, mereka mencatat indeks harga konsumen (IHK) di provinsi berbasiskan kepulauan itu mengalami inflasi sebesar 0,30 persen.
Ia menyebut dari tiga kelompok pengeluaran penyumbang inflasi, bahan makanan merupakan yang terendah sebesar 0,04 persen. Sedangkan penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran transportasi sebesar 1,68 persen menyusul kelompok sandang sebesar 0,42 persen.
Menurut dia, komoditi yang memberikan andil terbesar bagi inflasi bahan makanan seperti bawang putih dengan andil 0,10 persen. "Memang sempat ramai juga harga bawang putih di pasaran menembus hingga Rp80.000 per kilogram tapi sudah terkendali," kata Pattiwaellapea.
Ia mengatakan, upaya pengendalian harga bahan pangan ini tidak terlepas dari peranan tim pengendali inflasi daerah (TPID) bersama Satuan tugas (Satgas) Pangan setempat. "Berbagai upaya untuk menjaga stabilitas harga dilakukan melalui kegiatan seperti operasi pasar dan pasar murah menjelang Idul Fitri," katanya.
Ia menambahkan, kondisi inflasi di NTT pada Mei cukup terkendali dengan angka secara tahun kalender sebesar 0,21 persen, sedangkan year on year (yoy) sebesar 2,29 persen atau masih di bawah nasional sebesar 3,32.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019
Tags: