Wisatawan padati sejumlah obyek wisata di Lebak
9 Juni 2019 21:48 WIB
Ribuan wisatawan bermain di pantai Tanjung Layar, Sawarna, Lebak, Banten, Minggu (9/6/19). Kondisi wisata di sejumlah pesisir pantai di Banten kembali ramai dengan hadirnya ribuan warga dari berbagai daerah yang memanfaatkan libur Lebaran yang berkunjung ke kawasan tersebut setelah dilanda tsunami Desember 2018. ANTARA FOTO/Weli Ayu Rejeki/af/hp. (ANTARA FOTO/WELI AYU REJEKI)
Lebak (ANTARA) - Wisatawan dari berbagai daerah di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, memadati sejumlah destinasi wisata Kabupaten Lebak untuk menikmati liburan Lebaran 2019.
"Kami memperkirakan wisatawan yang memadati obyek wisata Pantai Sawarna sejak H+2 sampai H+4 mencapai 50.000 orang," kata Koordinator Balawista Kabupaten Lebak, AM Erwin di Lebak, Minggu (9/6).
Kunjungan wisatawan liburan Lebaran tahun 2019 meningkat dibandingkan tahun 2018 mencapai 35.000 orang.
Peningkatan kunjungan wisatawan itu setelah pemerintah daerah mengoptimalkan promosi destinasi wisata. Selain itu juga dampak membaiknya sarana prasarana jalan dan jembatan, sehingga memudahkan akses lalu lintas.
"Kami mendorong obyek wisata itu berkembang karena menyumbangkan pertumbuhan ekonomi masyarakat juga pemerintah daerah," kata mantan anggota DPRD Kabupaten Lebak itu pula.
Ia menyebutkan, selama ini, destinasi wisata kawasan Pantai Sawarna diserbu wisatawan selama lebaran. Sebab, wisata Pantai Sawarna memiliki panorama alam yang indah dengan deburan ombak yang tinggi.
Mereka wisatawan juga memadati Pantai Bagedur, Ciantir, Tanjung Layar dan Pulo Manuk.
"Kami mengapresiasi Lebaran tahun ini tidak terjadi kecelakaan laut karena petugas penyelamat pantai terus melakukan imbauan melalui pengeras suara agar pengunjung menaati aturan dengan tidak berenang," katanya.
Mandala, seorang pengunjung dari Bogor mengatakan dirinya bersama anggota keluarga mendatangi obyek wisata budaya masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak.
Kunjungan itu, kata dia, untuk mengetahui kehidupan masyarakat Badui secara langsung di permukiman mereka. Sebab, dirinya mengetahui kehidupan masyarakat Badui hanya dari informasi media.
Dimana kehidupan masyarakat Badui menolak kehidupan modernisasi, seperti di permukiman tidak diperbolehkan jalan aspal, jaringan listrik dan penggunaan peralatan elektronika.
Selain itu juga masyarakat Badui Dalam jika berpergian harus berjalan kaki tanpa menggunakan angkutan kendaraan.
"Kami sangat senang bisa bertemu masyarakat Badui yang masih mempertahankan adat leluhur mereka itu," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak Plh Imam mengatakan selama ini pariwisata Lebak mulai menggeliat dengan andalan Pantai Sawarna dan budaya masyarakat Badui. Bahkan, wisata budaya Badui menjadikan ikon Kabupaten Lebak karena tidak terdapat suku asing di Pulau Jawa.
Karena itu, pemerintah daerah terus membangun jalan menuju objek wisata budaya Badui dari Rangkasbitung hingga Ciboleger atau pintu gerbang masuk kawasan Badui. Para pengunjung ke kawasan permukiman Badui tidak dibebani retribusi oleh pemerintah daerah.
"Kami memberikan kemudahan bagi wisatawan yang berkunjung ke Badui dengan tidak memungut biaya," katanya.
"Kami memperkirakan wisatawan yang memadati obyek wisata Pantai Sawarna sejak H+2 sampai H+4 mencapai 50.000 orang," kata Koordinator Balawista Kabupaten Lebak, AM Erwin di Lebak, Minggu (9/6).
Kunjungan wisatawan liburan Lebaran tahun 2019 meningkat dibandingkan tahun 2018 mencapai 35.000 orang.
Peningkatan kunjungan wisatawan itu setelah pemerintah daerah mengoptimalkan promosi destinasi wisata. Selain itu juga dampak membaiknya sarana prasarana jalan dan jembatan, sehingga memudahkan akses lalu lintas.
"Kami mendorong obyek wisata itu berkembang karena menyumbangkan pertumbuhan ekonomi masyarakat juga pemerintah daerah," kata mantan anggota DPRD Kabupaten Lebak itu pula.
Ia menyebutkan, selama ini, destinasi wisata kawasan Pantai Sawarna diserbu wisatawan selama lebaran. Sebab, wisata Pantai Sawarna memiliki panorama alam yang indah dengan deburan ombak yang tinggi.
Mereka wisatawan juga memadati Pantai Bagedur, Ciantir, Tanjung Layar dan Pulo Manuk.
"Kami mengapresiasi Lebaran tahun ini tidak terjadi kecelakaan laut karena petugas penyelamat pantai terus melakukan imbauan melalui pengeras suara agar pengunjung menaati aturan dengan tidak berenang," katanya.
Mandala, seorang pengunjung dari Bogor mengatakan dirinya bersama anggota keluarga mendatangi obyek wisata budaya masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak.
Kunjungan itu, kata dia, untuk mengetahui kehidupan masyarakat Badui secara langsung di permukiman mereka. Sebab, dirinya mengetahui kehidupan masyarakat Badui hanya dari informasi media.
Dimana kehidupan masyarakat Badui menolak kehidupan modernisasi, seperti di permukiman tidak diperbolehkan jalan aspal, jaringan listrik dan penggunaan peralatan elektronika.
Selain itu juga masyarakat Badui Dalam jika berpergian harus berjalan kaki tanpa menggunakan angkutan kendaraan.
"Kami sangat senang bisa bertemu masyarakat Badui yang masih mempertahankan adat leluhur mereka itu," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak Plh Imam mengatakan selama ini pariwisata Lebak mulai menggeliat dengan andalan Pantai Sawarna dan budaya masyarakat Badui. Bahkan, wisata budaya Badui menjadikan ikon Kabupaten Lebak karena tidak terdapat suku asing di Pulau Jawa.
Karena itu, pemerintah daerah terus membangun jalan menuju objek wisata budaya Badui dari Rangkasbitung hingga Ciboleger atau pintu gerbang masuk kawasan Badui. Para pengunjung ke kawasan permukiman Badui tidak dibebani retribusi oleh pemerintah daerah.
"Kami memberikan kemudahan bagi wisatawan yang berkunjung ke Badui dengan tidak memungut biaya," katanya.
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019
Tags: