Balikpapan (ANTARA) - Pengembangan Bandar Udara Internasional Syamsudin Noor, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ditargetkan Oktober 2019 sudah bisa dioperasikan untuk menggantikan terminal lama yang dinilai sudah tidak mampu menampung jumlah penumpang.

"Saat ini pembangunan pengembangan bandara terus dikerjakan agar pada Oktober nanti sudah bisa dioperasikan," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B. Pramesti kepada pers di Balikpapan, Sabtu.

Hal tersebut disampaikan Polana saat dirinya Jumat (7/6) meninjau progres pembangunan pengembangan terminal Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, yang memiliki luas bangunan 77.569 meter persegi.

Dikatakan, terminal lama bandara tersebut saat ini mampu menampung 1,5 juta orang, sementara terminal baru bisa menampung tujuh juta orang. Dibangunnya terminal baru antara lain disebabkan dalam tahun-tahun mendatang Bandara Syamsudin Noor akan banyak didatangi penumpang sehingga sejak kini perlu diantisipasi.

Apalagi, katanya, saat ini bandara tersebut selain melayani penerbangan domestik dan internasional, khususnya ke Kuala Lumpur, juga melayani penerbangan haji dan umrah sehingga memerlukan terminal yang layak dan memadai.

Selain itu juga untuk mengantisipasi adanya permintaan dari maskapai penerbangan asing yang menginginkan melakukan penerbangan langsung ke Banjarmasin.

Lingkup pekerjaan pengembangan terminal baru Bandara Syamsudin Noor, katanya, terdiri dari dua paket, yaitu paket pertama merupakan pekerjaan pembangunan gedung terminal dan fasilitas penunjang, dan paket kedua merupakan pembangunan infrastruktur, bangunan penunjang, serta perluasan "apron".

"Nantinya bandara akan mampu menampung 24 pesawat di lokasi 'apron', kalau sekarang hanya mampu menampung delapan pesawat di 'apron'," tutur Polana.

Per 19 Mei 2019, progres pembangunan Paket 1 sudah mencapai 65,28 persen, sementara progres Paket 2 mencapai 85 persen.

Total nilai investasi untuk pengembangan Bandar Udara Internasional Syamsudin Noor, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mencapai Rp2,3 triliun.