Saat meninjau lokasi proyek bandara baru yang nantinya jadi kebanggaan masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan karena telah lama memimpikan bandara besar dan megah seperti daerah lain di Indonesia memberi perhatian pada akses jalan utamanya.
"Saya lihat akses jalan utama masuk bandara baru belum juga rampung, bahkan infrastruktur penunjangnya seperti lampu penerangan dan median jalan juga tidak ada," kata Polana, di Banjarbaru, Jumat.
Dia pun meminta segera dapat diselesaikan melalui sinergi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat di dalamnya.
"Segera bersurat ke pemprov. Nanti saya komunikasikan ke Menko Perekonomian juga agar dapat dilaksanakan rapat terpadu. Jangan sampai bandara jadi, tapi akses belum. Pengalaman dari sejumlah bandara, akses jalan selalu ketinggalan," ujar Polana.
Jalan dari arah Banjarmasin menuju bandara berjarak 14 kilometer terhitung mulai persimpangan jalan baru di Km 17, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar. Kondisi jalannya masih ada yang sempit alias tidak standar untuk arus kendaraan yang melintas menuju bandara bertaraf internasional nantinya.
Sedangkan memasuki Jalan Lingkar Utara Tegal Arum dan Guntung Damar Banjarbaru tinggal pengaspalan yang belum dilakukan.
General Manager Bandara Syamsudin Noor Indah Preastuty mengaku terus menjalin komunikasi dengan Pemprov Kalsel.
"Kami berharap Bapak Gubernur bisa meninjau progres pembangunan bandara baru. Yang pasti untuk akses jalan sangat diperlukan untuk kenyamanan dan keamanan penumpang notabene masyarakat Kalsel juga," katanya lagi.
Berdasarkan laporan Project Manager PPBDJ Dadang Dian Hendiana, progres pembangunan pekerjaan paket 2 per 19 Mei 2019 mencapai 85 persen. Sedangkan pekerjaan paket 1 sudah 65 persen.
Paket 1 pembangunan gedung terminal dan fasilitas penunjangnya dengan nilai pekerjaan Rp1.173.113.700.000, dengan waktu pekerjaan 7 Mei 2018 sampai dengan 28 Oktober 2019. Adapun perencana PT Isoplan, kontraktor PP-WIKA Gedung, KSO dan konsultan MK PT Surveyor Indonesia (Persero).
Sedangkan paket 2 pembangunan infrastruktur, bangunan penunjang dan perluasa apron nilainya Rp806.848.900.000, lama pengerjaan 16 Maret 2017 sampai dengan 31 Juli 2019 dengan perencana PT Bina Karya, kontraktor PT Nusa Konstruksi Enjiniring dan konsultan MK PT Prosys Bangun Persada.
Adapun untuk konsep pengembangan dari bandara saat ini luas 9.043 meter persegi dan kapasitas 1,5 juta penumpang per tahun menjadi luas 77.562 meter persegi dan kapasitas 7 juta penumpang per tahun.
Sedangkan untuk desain modern dengan ciri etnik dan keunikan khas lokal Provinsi Kalimantan Selatan, yakni bentuk perahu kecil atau jukung dan intan berlian serta
ornamen motif kain sasirangan dan pohon kayu ulin.
Sementara, untuk area parkir dari sebelumnya hanya luas 4.579 meter persegi dengan kapasitas 250 kendaraan roda empat dan 250 roda dua, menjadi luas 34.360 meter persegi kapasitas 1.524 roda empat dan roda dua luas 2.420 meter persegi kapasitas 720 motor.
Apron (parkir pesawat) sebelumnya luas 80.412 meter persegi kapasitas 8 pesawat, nantinya di bandara yang baru seluas 129.812 meter persegi kapasitas 14 pesawat.
Waiting room (ruang tunggu) juga bakal semakin luas menjadi 5.128 meter persegi, dari sebelumnya hanya 906 meter persegi. Sedangkan check in hall dari luas 800 meter persegi dan konter 20 buah untuk bandara lama, menjadi seluas 5.900 meter persegi dan konter 42 buah.
Bagage claim juga disiapkan seluas dari sebelumnya hanya 2.250 meter persegi dan conveyor belt 3 unit, menjadi domestik luas 5.000 meter persegi dan conveyor belt 3 unit serta internasional luas 1.500 meter persegi dan conveyor belt 1 unit.
Gedung kargo juga menjadi 2.831 meter persegi, dari sebelumnya hanya 972 meter persegi.
"Untuk apron direncanakan tanggal 25 Juni sudah rampung dan verifikasi bandara yang baru direncanakan September 2019 hingga Oktober sudah siap beroperasi," kata Dadang lagi.
.