Warga Palu berdoa untuk korban likuifaksi Balaroa
5 Juni 2019 19:47 WIB
Dipimpin Habib Soleh bin Abu Bakar Alaydrus atau Habib Rotan, jamaah memanjataka doa dan zikir bersama untuk korban likuefaksi di Kelurahan Balaroa yang telah meninggal di ruas jalan Manggis, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Rabu sore (5/6). (Antaranews Sulteng/Muh. Arsyandi)
Palu (ANTARA) - Ratusan warga Palu, Sulawesi Tengah menghadiri kegiatan Gema Do'a Arwah untuk korban likuifaksi di Kelurahan Balaroa di ruas Jalan Manggis, Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat Kota Palu, Rabu sore (5/6).
Kegiatan yang dipimpin Habib Soleh bin Abu Bakar Alaydrus atau Habib Rotan itu dirangkaikan dengan zikir, doa dan shalat magrib bersama. Tampak warga di sekitar kawasan bencana likuifaksi dan pengungsi yang hadir memanjatkan doa dengan khusyuk dan penuh keikhlasan untuk para korban yang meninggal.
"Kita niatkan mengirimkan doa-doa yang kita panjatkan untuk para korban yang meninggal saat bencana di Balaroa," ujar Habib Rotan
Menurutnya, kegiatan semacam itu penting dilakukan sesering mungkin bahkan dijadwalkan setiap hari raya Idul Fitri pada tahun-tahun berikutnya.
"Jangan hanti-henti kita kirimkan doa. Tiap Lebaran kita adakan doa bersama untuk para korban bencana. Tempat ini kita akan selalu pakai untuk doa bersama,"u
Ulama kharismatik yang juga pimpinan Majelis Zikir Nurul Khairat itu menjelaskan jika para korban bencana yang meninggal kini hanya membutuhkan kiriman doa dari masyarakat terutama dari keluarga yang masih hidup.
Dalam kesempatan itu ia juga mengajak seluruh lapisan masyarakat di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu untuk aktif berperan menjaga keamanan Kota Palu dan mencegah perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma agama.
"Ada kata-kata dari paranormal katanya Palu mau tenggelam. Jangan dihiraukan. Di manapun kita akan mati. Saya minta tolong kepada semuanya kita cegah perbuatan maksiat di daerah kita agar daerah kita terhindar dari azab Allah SWT," tuturnya.
Sementara itu salah satu jamaah, Sandi mengatakan sangat bersyukur dapat menghadiri kegiatan tersebut. Apalagi pascabencana 28 September 2018 makin banyak kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan di Kota Palu.
"Saya bersyukur melihat makin banyak masyarakat yang antusias hadir dan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan seperti kegiatan ini," katanya.
Dia berharap pascamusibah 28 September 2018 itu, memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat dan para pemangku kebijakan agar makin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat yang dapat mengundang datangnya bala.
Kegiatan yang dipimpin Habib Soleh bin Abu Bakar Alaydrus atau Habib Rotan itu dirangkaikan dengan zikir, doa dan shalat magrib bersama. Tampak warga di sekitar kawasan bencana likuifaksi dan pengungsi yang hadir memanjatkan doa dengan khusyuk dan penuh keikhlasan untuk para korban yang meninggal.
"Kita niatkan mengirimkan doa-doa yang kita panjatkan untuk para korban yang meninggal saat bencana di Balaroa," ujar Habib Rotan
Menurutnya, kegiatan semacam itu penting dilakukan sesering mungkin bahkan dijadwalkan setiap hari raya Idul Fitri pada tahun-tahun berikutnya.
"Jangan hanti-henti kita kirimkan doa. Tiap Lebaran kita adakan doa bersama untuk para korban bencana. Tempat ini kita akan selalu pakai untuk doa bersama,"u
Ulama kharismatik yang juga pimpinan Majelis Zikir Nurul Khairat itu menjelaskan jika para korban bencana yang meninggal kini hanya membutuhkan kiriman doa dari masyarakat terutama dari keluarga yang masih hidup.
Dalam kesempatan itu ia juga mengajak seluruh lapisan masyarakat di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu untuk aktif berperan menjaga keamanan Kota Palu dan mencegah perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma agama.
"Ada kata-kata dari paranormal katanya Palu mau tenggelam. Jangan dihiraukan. Di manapun kita akan mati. Saya minta tolong kepada semuanya kita cegah perbuatan maksiat di daerah kita agar daerah kita terhindar dari azab Allah SWT," tuturnya.
Sementara itu salah satu jamaah, Sandi mengatakan sangat bersyukur dapat menghadiri kegiatan tersebut. Apalagi pascabencana 28 September 2018 makin banyak kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan di Kota Palu.
"Saya bersyukur melihat makin banyak masyarakat yang antusias hadir dan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan seperti kegiatan ini," katanya.
Dia berharap pascamusibah 28 September 2018 itu, memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat dan para pemangku kebijakan agar makin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat yang dapat mengundang datangnya bala.
Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: