Semarang (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengingatkan bahwa kekerasan, anarkisme, menebar ketakutan, dan menebar teror bukanlah bagian dari ajaran Islam.

"Muslim sejati adalah orang yang selalu menebar kasih sayang," kata Nasir dalam khutbah shalat Idul Fitri 1440 Hijriah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang, Rabu.

Umat Muslim, kata dia, semestinya juga selalu hati-hati dan berpikir seribu kali dalam berucap dan berbuat sehingga tak ada yang menyakiti, melukai, serta menciderai hati dan fisik orang lain.

Nasir mengajak umat Muslim untuk meneladani Nabi Muhammad SAW yang memiliki kepribadian memesona, akhlak luhur dan mulia yang menjadi salah satu faktor kesuksesan dakwahnya.

"Semua orang merasa senang dan damai berada di sisinya atau di majelisnya. Beliau adalah penebar kasih sayang dan kedamaian," katanya.

Pluralitas, kata dia, harus diterima karena Allah SWT sengaja menciptakan keberagaman agar manusia saling menghormati dan menghargai, dan inklusivitas menjadi keharusan.

Seraya mengutip Alquran Surat Al Hujurat: 13, Nasir menyebutkan bahwa menjadi Muslim yang seutuhnya maka secara aksiomatis juga menjadi seorang nasionalis dan pluralis seutuhnya.

Kebhinnekaan Indonesia, lanjut dia, merupakan keajaiban dunia yang selama ini telah dirawat dengan susah payah sehingga tidak sepatutnya dikoyak-koyak oleh kekerasan verbal dan tindakan radikal atau anarkis.

Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang itu menyebutkan setidaknya ada enam prinsip yang selalu diajarkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya untuk membamgin Islam yang rahmatan lil alamin.

Pertama, "at-tawassuth" atau sikap di tengah-tengah, moderat, dalam bjdang akidah, syariah, dan akhlak yang mengharuskan umat Islam menjadi panutan atau ukuran penilaian atas sikap dan perbuatan.

Kedua, "at-tawazun" atau seimbang dalam segala hal, ketiga "al-i'tidal" yakni tegak lurus atau adil karena Islam datang untuk menyamakan kedudukan manusia dalam peradilan dan hukum.

"Keempat, tasamuh atau toleransi. Menghargai perbedaan dan menghormati orang yang memiliki prinsip hidup tidak sama. Namun, bukan berarti mengakui atau meneguhkan keyakinan yang berbeda itu," katanya.

Prinsip kelima, ta'awun yaitu tolong menolong, dan keenam adalah akhlak mulia dalam berinteraksi dengan orang-orang yang sejalan dan berselisih.

Sebelum mengakhiri khutbahnya yang mengangkat tema "Islam Rahmatan lil Alamin dan Kualitas Sumber Daya Manusia", ia kembali mengingatkan umat untuk mewaspadai tumbuhnya sikap radikalisme yang memaksakan kehendak dengan cara kekerasan.

Islam, tegas Nasir, merupakan agama damai yang memiliki karakter antikekerasan dan antikerusakan, termasuk pula dalam dakwahnya yang mengajak dengan hikmah dan nasihat yang baik.

Baca juga: Prabowo sampaikan selamat Idul Fitri

Baca juga: Mahfud MD: Kelola perbedaan dengan cara demokratis