Kediri (ANTARA) - Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Kediri, Jawa Timur, menganjurkan agar warga tidak melakukan takbiran keliling dengan pertimbangan lebih banyak mudaratnya.
"Jadi takbiran keliling itu positif untuk siar hari kebesaran Idul Fitri, cuma manfaatnya dengan mudaratnya banyak mudhorot, misalnya akan menghambat arus lalu lintas," kata Ketua DMI Kota Kediri KH Abu Bakar Abdul Djalil di Kediri, Selasa malam.
Ia mengatakan selain bisa menghambat arus lalu lintas ternyata izin takbir yang direalisasikan justru kebanyakan musik dangdut. Hal ini tentunya bisa mencederai yang harusnya siar Islam justru bukan.
"Kami menganjurkan agar takbir di masjid, mushala, itu lebih banyak positifnya," kata Gus Ab, sapaan akrabnya.
Sementara itu, Kepala Polresta Kediri AKBP Anthon Haryadi mengatakan pihaknya memang mengimbau agar warga tidak melakukan takbir keliling dengan model konvoi dengan kendaraan umum.
"Kami antisipasi untuk takbir keliling. Kami imbau tidak dilaksanakan takbir keliling," kata dia.
Pihaknya mengatakan, di Kota Kediri arus lalu lintas mendekati Hari Raya Idul Fitri 2019 juga semakin padat. Bukan hanya sebelumnya, bahkan saat hari H Lebaran juga padat.
Polisi sudah mengantisipasi titik yang rawan macet, misalnya di simpang empat alun-alun, karena ada peningkatan volume dari arah Tulungagung, lalu simpang empat mrican, termasuk di Jalan Hayam Wuruk, Kota Kediri.
"Kerawanan saat Ramadhan dan kemacetan saat Hari Raya Idul Fitri beda dan kami evaluasi. Nanti bisa buka tuutp jika ada peningkatan volume," kata dia.
Untuk pengamanan, selama Lebaran 2019, Polresta Kediri telah mendirikan tujuh pos, dimana enam pos adalah pengamanan dan satu pos pelayanan. Ada lebih dari 400 personel dari berbagai unsur dilibatkan dalam pengamanan ini baik dari jajaran TNI/polri, tim kesehatan dan organisasi masyarakat lainnya.
Dewan Masjid Kediri anjurkan tidak takbiran keliling
4 Juni 2019 20:09 WIB
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Kediri KH Abu Bakar Abdul Djalil . Foto Asmaul Chusna/Antara
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019
Tags: