Tanah Datar, Sumbar (ANTARA) - Warga Andaleh, Nagari Bungo di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat tetap mempertahankan tradisi 'Malamang' atau membuat lemang menjelang Lebaran.

"Malamang merupakan rutinitas tahunan jelang Lebaran tiba yang rutin kami laksanakan di sini," kata salah seorang warga Nagari Bungo, Agusman, di Tanah Datar, Selasa.

Menurut dia, Malamang merupakan salah satu tradisi turun temurun yang selalu dilaksanakan warga.

"Saya dan beberapa anak nagari selalu mempertahankan tradisi Malamang, selain ingin ketemu ibu dan keluarga," ujarnya.

Bahkan tradisi Malamang merupakan salah satu penyemangat Agusman menempuh perjalanan mudik dari Bekasi ke kampung halamannya melewati jalan darat sepanjang 1.350 kilometer.

Lemang yang dibuat biasanya dimakan bersama sanak famili untuk buka bersama di hari terakhir Ramadhan,.

"Menikmati lemang hangat saat berbuka terasa nikmat karena masaknya jelang maghrib," ujarnya.

Selain itu, lemang menjadi salah satu makanan yang dibawa ke rumah sanak saudara saat berlebaran hingga ke rumah mertua.

Untuk memasak penganan yang terbuat dari beras ketan itu, dilakukan dimulai dari mencuci sipuluik atau beras ketan, kemudian dikeringkan, lalu dimasukkan ke dalam bambu sepanjang 60 sentimeter yang sebelumnya telah diberi alas daun pisang muda.

Setelah itu, diberi santan, garam dan vanila secukupnya, kemudian dimasak menggunakan kayu bakar.

Proses membuat lemang hingga matang bisa memakan waktu sekitar lima jam dengan api kecil.

Lemang yang dibuat Agusman memiliki rasa original karena tidak ditambah bahan lainnya.