Pertamina diminta pemudik jual premium dan pertalite di JTTS
4 Juni 2019 10:34 WIB
Pemudik tengah mengisi bahan bakar minyak di rest area jalan tol trans Sumatera (JTTS) ruas Bakauheni Lampung-Kayu Agung, Sumsel. (FOTO ANTARA/Agus Wira Sukarta)
Lampung Selatan (ANTARA) - Pemudik yang melintasi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTT), ruas Bakauheni, Lampung hingga Kayu Agung, Sumtera Selatan meminta Pertamina untuk menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan pertalite.
"Saya berharap Pertamina dapat menyediakan BBM jenis premium dan pertalite di titik penjualan BBM yang disediakan Pertamina," kata Budi, salah seorang pemudik dari Surabaya, di rest area Km33 JTTS, Lampung Selatan, Selasa.
Menurut dia, SPBU modular maupun kios yang disediakan Pertamina di sejumlah titik penjualan Jalan Tol Trans Sumatera, hanya menjual BBM jenis pertamax.
BBM jenis pertamax, lanjutnya, harganya cukup mahal dibandingkan premium maupun pertalite.
"Pemudik yang melintasi jalan tol, sebagian besar dari kalangan menengah menggunakan mobil berkuatan 1.200 hingga 1.500 cc. Sehingga tak semua kendaraan yang digunakan melintasi jalan tol harus menggunakan pertamax," ujarnya.
Budi yang mengaku akan berlebaran di Pematang Panggang, Mesuji itu menambahkan, pada arus balik nanti diharapkan Pertamina menyediakan BBM jenis premium maupun pertalite agar terjangkau oleh pemudik.
Haris (30) pemudik lainnya asal Bandung juga mengatakan hal yang sama, yakni meminta Pertamina menyediakan BBM jenis premium dan pertalite di sejumlah titik di JTTS ini.
"Harga premium dan pertalite kan lebih murah dibandingkan pertamax. Karena itu saya berharap Pertamina menjualnya untuk mengurangi biaya perjalanan mudik," tambahnya.
Sementara itu, sejak Satuan Tugas Ramadhan Idul Fitri (Satgas Rafi) 1440 H dimulai tanggal 21 Mei 2019, tren konsumsi bahan bakar minyak (BBM) menunjukan peningkatan siginifikan, terutama BBM jenis pertamax yang naik hingga 19,1 persen untuk produk gasoline dan bio dolar 31,9 persen untuk gasoil.
Satgas Rafi yang bertugas memastikan kelancaran distribusi dan keamanan stok BBM serta elpiji ini akan bertugas hingga H+15, yaitu tanggal 21 Juni 2019.
"Dari rata-rata harian normal, ada peningkatan sekitar 19,1 persen untuk produk pertamax, disusul pertalite naik 11,4 persen, kemudian premium 5,9 persen," kata Region Manager Communication & CSR, Pertamina Sumabgsel, Rifky Rakhman Yusuf.
Namun, lanjut dia, pertamax turbo mengalami penurunan sekitar 6,4 persen. Sedangkan untuk gasoil, bio solar masih berada di peringkat tertinggi yaitu naik 31,9 persen, disusul pertamina dex 25 persen dan dexlite 17, 2 persen.
Puncak konsumsi BBM tertinggi terjadi pada 30 Mei 2019, berdasarkan data yang kami terima juga peningkatan konsumsi ini juga dikarenakan jumlah kendaraan yang masuk melalui ruas jalan Bakauheuni - Terbanggi Besar mencapai 18 ribuan kendaraan.
Baca juga: Kementerian ESDM : penyalur BBM siap distribusikan premium untuk mudik
Baca juga: Arus mudik, konsumsi pertamax naik 19,1 persen
"Saya berharap Pertamina dapat menyediakan BBM jenis premium dan pertalite di titik penjualan BBM yang disediakan Pertamina," kata Budi, salah seorang pemudik dari Surabaya, di rest area Km33 JTTS, Lampung Selatan, Selasa.
Menurut dia, SPBU modular maupun kios yang disediakan Pertamina di sejumlah titik penjualan Jalan Tol Trans Sumatera, hanya menjual BBM jenis pertamax.
BBM jenis pertamax, lanjutnya, harganya cukup mahal dibandingkan premium maupun pertalite.
"Pemudik yang melintasi jalan tol, sebagian besar dari kalangan menengah menggunakan mobil berkuatan 1.200 hingga 1.500 cc. Sehingga tak semua kendaraan yang digunakan melintasi jalan tol harus menggunakan pertamax," ujarnya.
Budi yang mengaku akan berlebaran di Pematang Panggang, Mesuji itu menambahkan, pada arus balik nanti diharapkan Pertamina menyediakan BBM jenis premium maupun pertalite agar terjangkau oleh pemudik.
Haris (30) pemudik lainnya asal Bandung juga mengatakan hal yang sama, yakni meminta Pertamina menyediakan BBM jenis premium dan pertalite di sejumlah titik di JTTS ini.
"Harga premium dan pertalite kan lebih murah dibandingkan pertamax. Karena itu saya berharap Pertamina menjualnya untuk mengurangi biaya perjalanan mudik," tambahnya.
Sementara itu, sejak Satuan Tugas Ramadhan Idul Fitri (Satgas Rafi) 1440 H dimulai tanggal 21 Mei 2019, tren konsumsi bahan bakar minyak (BBM) menunjukan peningkatan siginifikan, terutama BBM jenis pertamax yang naik hingga 19,1 persen untuk produk gasoline dan bio dolar 31,9 persen untuk gasoil.
Satgas Rafi yang bertugas memastikan kelancaran distribusi dan keamanan stok BBM serta elpiji ini akan bertugas hingga H+15, yaitu tanggal 21 Juni 2019.
"Dari rata-rata harian normal, ada peningkatan sekitar 19,1 persen untuk produk pertamax, disusul pertalite naik 11,4 persen, kemudian premium 5,9 persen," kata Region Manager Communication & CSR, Pertamina Sumabgsel, Rifky Rakhman Yusuf.
Namun, lanjut dia, pertamax turbo mengalami penurunan sekitar 6,4 persen. Sedangkan untuk gasoil, bio solar masih berada di peringkat tertinggi yaitu naik 31,9 persen, disusul pertamina dex 25 persen dan dexlite 17, 2 persen.
Puncak konsumsi BBM tertinggi terjadi pada 30 Mei 2019, berdasarkan data yang kami terima juga peningkatan konsumsi ini juga dikarenakan jumlah kendaraan yang masuk melalui ruas jalan Bakauheuni - Terbanggi Besar mencapai 18 ribuan kendaraan.
Baca juga: Kementerian ESDM : penyalur BBM siap distribusikan premium untuk mudik
Baca juga: Arus mudik, konsumsi pertamax naik 19,1 persen
Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: