Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta tetap akan menyiagakan seluruh petugas kebersihan yang dimiliki selama libur Lebaran untuk memastikan agar wilayah Kota Yogyakarta tetap bersih sehingga nyaman untuk masyarakat dan wisatawan.

“Tidak ada petugas kebersihan yang cuti selama libur Lebaran. Tinggal diatur saja bagaimana jadwalnya. Ada sekitar 360 petugas kebersihan yang akan tetap bekerja,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Suyana di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, selain menjalankan tugas keseharian untuk membersihkan jalan dan lingkungan, DLH Kota Yogyakarta membentuk satuan tugas kebersihan yang sewaktu-waktu siap diterjunkan membantu membersihkan tempat-tempat wisata.

“Misalnya di Malioboro. Meskipun Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro memiliki petugas kebersihan sendiri, namun mereka kerap meminta bantuan kami di saat-saat tertentu seperti saat libur Lebaran atau hari libur panjang karena banyaknya pengunjung sehingga potensi timbunan sampah pun meningkat,” katanya.

Potensi tambahan timbunan sampah dari tempat-tempat wisata selama libur Lebaran diperkirakan mencapai sekitar 10 persen dibanding hari biasa.

“Penambahan timbulan sampah tersebut akan terjadi mulai awal pekan ini hingga akhir pekan,” kata Suyana.

Sedangkan selama Lebaran, Suyana memperkirakan terjadi penurunan volume sampah yang diangkut dari permukiman ke tempat pembuangan akhir sampah Piyungan karena banyak petugas gerobak sampah memilih libur.

“Setelah penggerobak kembali bekerja, baru akan terjadi kenaikan volume sampah yang dibawa ke TPA Piyungan. Dimungkinkan kenaikan ini baru akan terjadi awal pekan depan,” katanya.

Jika terjadi kenaikan volume sampah di Kota Yogyakarta, Suyana mengatakan, akan meningkatkan intensitas pengangkutan sampah ke TPA Piyungan.

Sedangkan untuk pelaksanaan salat Idul Fitri yang digelar di lapangan, DLH Kota Yogyakarta sudah memberikan surat edaran ke kecamatan hingga Dewan Masjid dan mengimbau panitia penyelenggara untuk menginformasikan ke jemaah agar tidak menggunakan kertas koran sebagai alas.

“Lebih baik membawa tikar dan dibawa pulang kembali jika sudah selesai. Jika terpaksa memakai koran, maka panitia diminta menyiapkan tempat untuk mengumpulkan sampah dan petugas kebersihan,” katanya.