Menteri Perdagangan kunjungi Pasar Tradisional Sindhu Sanur-Denpasar
3 Juni 2019 15:37 WIB
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (ketiga kanan) berbincang dengan pedagang saat mengunjungi Pasar Tradisional Sindhu, Denpasar, Bali, Senin (3/6/2019). Inspeksi tersebut untuk memastikan stabilitas harga bahan pokok selama bulan Ramadan serta memeriksa pengelolaan pasar tradisional percontohan tersebut. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym/foc.
Denpasar (ANTARA) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengunjungi Pasar Tradisional Sindhu di Sanur, Denpasar, untuk memeriksa sistem pengolahan air limbah, memperhatikan ruang bagi pedagang musiman dan mengoptimalkan penggunaan "e-payment" bagi para pedagang.
"Disini, pengolahan air limbah, biaya tidak terlalu jauh tinggi kalau dibandingkan dengan hasilnya, air limbah itu tidak dibuang begitu saja, melainkan diolah dan dimanfaatkan kembali," katanya disela-sela kunjungan ke pasar tradisional itu, Senin.
Kedua adalah menyiapkan satu "ruang" untuk pedagang kaki lima atau disebutnya disini pedagang musiman, dan ketiga terkait masih sebagian dari mereka yang sudah melakukan penjualan melalui online yaitu e-payment.
"Ini akan menjadi pasar rakyat percontohan. Untuk penjualan dan pembelian menggunakan sistem online yang akan beroperasi, baik melalui sisi pembayaran maupun penjualannya, dengan demikian akan jauh lebih meningkat, dan menjadi 'tren' pasar tradisional kedepannya, khususnya di Pasar Tradisional Sindhu sudah mengikuti perkembangan teknologi," katanya.
Menurutnya, keberadaan dari beberapa kios di Pasar Tradisional Sindhu sangat menguntungkan karena sudah memasok bahan - bahan pokok makanan ke perumahan, restoran dan hotel. Para pembeli juga tidak hanya dari warga lokal, melainkan ada juga warga asing yang kerap membeli kebutuhan pokok di Pasar Sindhu.
"Yang harus dicatat adalah konsistensi dari kualitas dan jumlah untuk pasokan barang itu sendiri, di pasar nanti rutin pasti akan dilakukan transaksi jual beli bahan pokok dengan pedagang, untuk itu para pedagang bisa menjaga kualitas dan jaminan ketersediaannya," katanya.
Secara terpisah, Kepala Pengelola Pasar Tradisional Sindhu, I Made Sudaba, menjelaskan terkait dengan dilakukannya revitalisasi kembali dikarenakan pada musim hujan daerah pasar sempat mengalami banjir hingga selutut.
Untuk itu, pihaknya pada tahun 2009 merencakan dan mengoordinasikan untuk membuat rancangan yang baru yang mencakup semua isi dan sesuai dengan wilayahnya.
Ia juga mengatakan posisi dari Pasar Tradisional Sindhu yang berada di daerah wisata, jadi sebagai destinasi wisata baru, naka dibentuklah pasar tradisional ini dengan pengelolaan dan pemeliharaan yang modern.
Khusus di Pasar Tradisional Sindhu, terdapat sekitar 300 lebih yang lapak yang ditampung di area pasar yang terdiri dari 150 Los, 78 toko, 34 pedagang musiman dan sekitar 64 pedagang night market.
"Semua dibangun kan sesuai dengan yayasan, jadi yayasan itu dimiliki oleh enam desa, diantaranya tiga desa dinas yakni desa Sanur Kaja, Sanur Kauh dan Kelurahan Sanur dan tiga desa adat, yakni Desa Adat Intaran, Adat Sanur dan Adat penyaringan," kata I Made Sudana.
Baca juga: Kunjungan wisatawan mancanegara di Bali meningkat jelang libur Lebaran
Baca juga: H-4 Lebaran, 12.458 penumpang pesawat domestik tinggalkan Bali
"Disini, pengolahan air limbah, biaya tidak terlalu jauh tinggi kalau dibandingkan dengan hasilnya, air limbah itu tidak dibuang begitu saja, melainkan diolah dan dimanfaatkan kembali," katanya disela-sela kunjungan ke pasar tradisional itu, Senin.
Kedua adalah menyiapkan satu "ruang" untuk pedagang kaki lima atau disebutnya disini pedagang musiman, dan ketiga terkait masih sebagian dari mereka yang sudah melakukan penjualan melalui online yaitu e-payment.
"Ini akan menjadi pasar rakyat percontohan. Untuk penjualan dan pembelian menggunakan sistem online yang akan beroperasi, baik melalui sisi pembayaran maupun penjualannya, dengan demikian akan jauh lebih meningkat, dan menjadi 'tren' pasar tradisional kedepannya, khususnya di Pasar Tradisional Sindhu sudah mengikuti perkembangan teknologi," katanya.
Menurutnya, keberadaan dari beberapa kios di Pasar Tradisional Sindhu sangat menguntungkan karena sudah memasok bahan - bahan pokok makanan ke perumahan, restoran dan hotel. Para pembeli juga tidak hanya dari warga lokal, melainkan ada juga warga asing yang kerap membeli kebutuhan pokok di Pasar Sindhu.
"Yang harus dicatat adalah konsistensi dari kualitas dan jumlah untuk pasokan barang itu sendiri, di pasar nanti rutin pasti akan dilakukan transaksi jual beli bahan pokok dengan pedagang, untuk itu para pedagang bisa menjaga kualitas dan jaminan ketersediaannya," katanya.
Secara terpisah, Kepala Pengelola Pasar Tradisional Sindhu, I Made Sudaba, menjelaskan terkait dengan dilakukannya revitalisasi kembali dikarenakan pada musim hujan daerah pasar sempat mengalami banjir hingga selutut.
Untuk itu, pihaknya pada tahun 2009 merencakan dan mengoordinasikan untuk membuat rancangan yang baru yang mencakup semua isi dan sesuai dengan wilayahnya.
Ia juga mengatakan posisi dari Pasar Tradisional Sindhu yang berada di daerah wisata, jadi sebagai destinasi wisata baru, naka dibentuklah pasar tradisional ini dengan pengelolaan dan pemeliharaan yang modern.
Khusus di Pasar Tradisional Sindhu, terdapat sekitar 300 lebih yang lapak yang ditampung di area pasar yang terdiri dari 150 Los, 78 toko, 34 pedagang musiman dan sekitar 64 pedagang night market.
"Semua dibangun kan sesuai dengan yayasan, jadi yayasan itu dimiliki oleh enam desa, diantaranya tiga desa dinas yakni desa Sanur Kaja, Sanur Kauh dan Kelurahan Sanur dan tiga desa adat, yakni Desa Adat Intaran, Adat Sanur dan Adat penyaringan," kata I Made Sudana.
Baca juga: Kunjungan wisatawan mancanegara di Bali meningkat jelang libur Lebaran
Baca juga: H-4 Lebaran, 12.458 penumpang pesawat domestik tinggalkan Bali
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: