Jakarta (ANTARA) - Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa mendiang sang istri Kristiani Herawati atau Ani Yudhoyono telah pasrah menghadapi penyakit kanker darah yang diderita, namun meski demikian, dia tidak pernah menyerah untuk berjuang melawan penyakit ganasnya tersebut.

"Ibu Ani tahu bahwa penyakitnya sangat agresif, tetapi dia mengatakan kepada saya 'saya pasrah tetapi tidak akan pernah menyerah', dia never give up," ujar SBY dalam sambutannya dalam acara penghormatan terakhir terhadap mendiang istrinya di Pendopo Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu.

SBY kemudian mengisahkan tentang perjuangan sang istri saat satu hari sebelum wafat. Pada 31 Mei, kondisi tubuh Ani mengalami penurunan yang sangat drastis.

Saat itu, kata dia, sejumlah perawat yang menangani Ani memprediksi bahwa sang istri tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi.

"Sebagian mengatakan dia tidak akan bertahan, dia akan pergi dalam waktu dekat. Itu menurut sejumlah perawat dan petugas medis," ucap SBY

Namun di luar dugaan, Ani ternyata mampu bertahan hingga lebih dari 24 jam. SBY mengatakan dia melihat sang istri terus berjuang hingga batas maksimal melawan penyakitnya.

"Dari hati, mata, wajahnya Ibu Ani mencoba bertahan sampai batas terakhir yang bisa dilakukan manusia, manusia yang kuat dan tangguh. Dia mencoba untuk bertahan. Saya mengerti nafasnya, saya mengerti apa yang tersirat dalam wajahnya," tutur SBY.

Ani Yudhoyono kemudian menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu (1/6) sekitar pukul 10.30 WIB. SBY mengatakan kepergian sang istri merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia pun mengambil hikmah dari peristiwa tersebut.

"Saya yakin keputusan itu tepat. Kalau Ibu Ani masih bertahan dalam kondisi seperti itu, saya kira itu akan sangat berat," ujar SBY.

"Terima kasih Tuhan terima kasih ya Allah karena telah membebaskan Ibu Ani dari penderitaan yang tidak sepatutnya dia tanggung," tambahnya.