Sepak Bola Dunia
Diwarnai gaduh VAR, Esperance juara Liga Champions Afrika
1 Juni 2019 13:30 WIB
Pemain klub Tunisia, Esperance, Moez ben Cherifia dan Haythem Jouini bersama semua rekannya merayakan sukses Esperance menjuarai Liga Champions Afrika lewat pertandingan kontroversial melawan Wydad Casablanca dari Maroko (REUTERS/ZOUBEIR SOUISSI)
Jakarta (ANTARA) - Esperance dari Tunisia mempertahankan gelar juara Liga Champions Afrika di tengah atmosfer langka ketika lawannya pada final turnamen ini, Wydad Casablanca dari Maroko, menolak melanjutkan pertandingan setelah sebuah golnya dianulir wasit. Mereka bahkan meninggalkan lapangan karena keputusan menganulir itu tidak didukung oleh video pembantu wasit (VAR).
Ketika Esperance tengah memimpin 2-1 dalam agregat, Wydad mengira mereka telah menyamakan kedudukan pada menit ke-59 ketika Ismail El Haddad memasukkan bola ke gawang lawan.
Tetapi wasit Bakary Gassama menganulis gol ini karena terlebih dahulu terjadi pelanggaran. Sang wasit tidak berkonsultasi dengan VAR untuk menguji keputusannya.
Keputusan ini kontan membuat para pemain klub Maroko itu protes dengan para pemain cadangan dan staf pelatih tumpah ruah ke dalam lapangan mengepung wasit, sedangkan para pendukung Esperance melemparkan sesuatu ke arah bangku cadangan Wydad.
Begitu masalah berhasil didinginkan, Wydad malah menolak melanjutkan bermain, dengan terus berbantahan dengan ofisial pertandingan, sedangkan wasit asal Gambia dan tim tuan rumah menunggu mereka saat pertandingan dihentikan sementara.
Baca juga: Teknologi VAR sukses di La Liga
Kebingungan memuncak ketika para pejabat Konfederasi Sepak Bola Afrika berkonsultasi dengan wasit namun tidak ada seorang pun yang bersedia memutuskan apakah pertandingan dilanjutkan.
Akhirnya Presiden CAF Ahmad turun ke lapangan bersama para bos kedua tim tetapi perdebatan terus berlanjut tanpa ada keputusan. Saat penundaan berlangsung sampai 30 menit, Ahmad masuk lapangan untuk berbicara dengan wasit.
Gassama lalu mengingatkan Wydad untuk melanjutkan pertandingan, tetapi klub Maroko itu tetap menolak bertanding di mana para pemain mereka berdiri di pinggir lapangan atau menendang bola di sisi lapangan.
Setelah ditunda hampir satu jam 25 menit, Gassama membunyikan peluit tanpa pertandingan berakhir dan Esperance dinyatakan sebagai pemenang.
Pertandingan ini sendiri baru dimulai pukul 10 malam karena para pemain dan pendukung harus berbuka puasa dahulu.
Esperance unggul lebih dulu lewat Youcef Belaili pada menit ke-41 sehingga agregat menjadi 2-1 karena leg pertama berakhir seri 1-1. Pada leg pertama Esperance ditahan seri 1-1 oleh Wydad yang harus bermain dengan sepuluh pemain yang juga kisruh karena VAR.
Baca juga: PSSI minta bantuan FIFA soal VAR
Ketika Esperance tengah memimpin 2-1 dalam agregat, Wydad mengira mereka telah menyamakan kedudukan pada menit ke-59 ketika Ismail El Haddad memasukkan bola ke gawang lawan.
Tetapi wasit Bakary Gassama menganulis gol ini karena terlebih dahulu terjadi pelanggaran. Sang wasit tidak berkonsultasi dengan VAR untuk menguji keputusannya.
Keputusan ini kontan membuat para pemain klub Maroko itu protes dengan para pemain cadangan dan staf pelatih tumpah ruah ke dalam lapangan mengepung wasit, sedangkan para pendukung Esperance melemparkan sesuatu ke arah bangku cadangan Wydad.
Begitu masalah berhasil didinginkan, Wydad malah menolak melanjutkan bermain, dengan terus berbantahan dengan ofisial pertandingan, sedangkan wasit asal Gambia dan tim tuan rumah menunggu mereka saat pertandingan dihentikan sementara.
Baca juga: Teknologi VAR sukses di La Liga
Kebingungan memuncak ketika para pejabat Konfederasi Sepak Bola Afrika berkonsultasi dengan wasit namun tidak ada seorang pun yang bersedia memutuskan apakah pertandingan dilanjutkan.
Akhirnya Presiden CAF Ahmad turun ke lapangan bersama para bos kedua tim tetapi perdebatan terus berlanjut tanpa ada keputusan. Saat penundaan berlangsung sampai 30 menit, Ahmad masuk lapangan untuk berbicara dengan wasit.
Gassama lalu mengingatkan Wydad untuk melanjutkan pertandingan, tetapi klub Maroko itu tetap menolak bertanding di mana para pemain mereka berdiri di pinggir lapangan atau menendang bola di sisi lapangan.
Setelah ditunda hampir satu jam 25 menit, Gassama membunyikan peluit tanpa pertandingan berakhir dan Esperance dinyatakan sebagai pemenang.
Pertandingan ini sendiri baru dimulai pukul 10 malam karena para pemain dan pendukung harus berbuka puasa dahulu.
Esperance unggul lebih dulu lewat Youcef Belaili pada menit ke-41 sehingga agregat menjadi 2-1 karena leg pertama berakhir seri 1-1. Pada leg pertama Esperance ditahan seri 1-1 oleh Wydad yang harus bermain dengan sepuluh pemain yang juga kisruh karena VAR.
Baca juga: PSSI minta bantuan FIFA soal VAR
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019
Tags: