Jakarta (ANTARA) - Peran Indonesia sebagai Presiden Dewan Keamanan (DK) PBB pada Mei 2019, termasuk upaya Indonesia memimpin berbagai sidang DK dan memfasilitasi sejumlah kesepakatan antar seluruh anggota DK hingga tercapai konsensus, diapresiasi para duta besar negara anggota PBB.

“Presidensi Indonesia berjalan lancar dengan program-program yang sangat baik, dan kami apresiasi kepemimpinan Indonesia sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB yang tegas dan berwibawa pada bulan ini,” ujar Wakil Tetap Rusia untuk PBB di New York Duta Besar Vassily Nebenzia.

Apresiasi juga datang dari kalangan media di PBB serta organisasi masyarakat madani, yang memandang kepemimpinan Indonesia dijalankan sangat terbuka, profesional, produktif dan objektif.

Sejak 1 Mei 2019, Presidensi DK PBB telah menghasilkan berbagai dokumen atau produk DK PBB yaitu empat resolusi, satu Presidential Statement, tiga Pernyataan Pers, dan tiga Elemen bagi Pers.

Di bawah Presidensi Indonesia juga telah dilaksanakan dua sidang terbuka tentang Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB dan Perlindungan Warga Sipil; 15 briefing terbuka; 14 konsultasi tertutup; dan tiga pertemuan dengan format Arria. Terdapat total 45 kegiatan dalam kurun waktu 22 hari kerja PBB.

Tema Presidensi Indonesia “Menabur Benih Perdamaian” selalu digaungkan dalam berbagai pernyataan posisi Indonesia di DK.

Komitmen kuat Indonesia sangat nampak dengan hadirnya Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam sejumlah pertemuan DK PBB bulan ini, khususnya terkait Palestina.

“Selain berbagai pertemuan formal DK PBB, Indonesia juga adakan sejumlah pertemuan dengan Sekjen PBB, LSM, Uni Eropa, termasuk menginisiasi pertemuan Sofa Talk di PTRI New York, dimana seluruh dubes anggota DK PBB dapat membahas secara informal berbagai isu yang dianggap sensitif,” ujar Wakil Tetap RI untuk PBB di New York Dubes Dian Triansyah Djani melalui keterangan tertulisnya, Sabtu.

Dubes Djani menambahkan bahwa Indonesia sangat menghargai apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak selama bulan presidensi ini.

"Selain memperjuangkan kepentingan nasional kita, peran presidensi ini juga kita gunakan untuk menjembatani perbedaan posisi negara anggota DK PBB demi tercapainya perdamaian dan keamanan dunia," kata dia.

Presidensi Indonesia juga digunakan untuk mempromosikan kekayaan budaya bangsa Indonesia, melalui diplomasi batik dan diplomasi kuliner (gastro diplomacy).

Seluruh duta besar negara DK PBB mendukung diplomasi batik Indonesia, dan dengan kompak memakai batik dalam berbagai pertemuan DK PBB, termasuk pada resepsi akhir Presidensi Indonesia di Markas Besar PBB di New York, 30 Mei lalu.

Resepsi akhir presidensi diwarnai kombinasi pagelaran budaya tradisional dan modern dengan penampilan Tari Saman dari Sanggar Saman Kecapi Leuser Gayo dan band mahasiswa Indonesia dari Berklee School of Music di Boston.

Lagu populer Indonesia mengiringi tari poco-poco serta line dance, dan mengajak seluruh undangan untuk berpartisipasi, dipimpin oleh Yanti Djani dan Dharma Wanita Persatuan PTRI New York.
Baca juga: Sekjen PBB puji keterlibatan Indonesia dalam pemeliharaan perdamaian
Baca juga: Di DK PBB, Indonesia tegas dukung perlindungan warga sipil
Baca juga: Indonesia berupaya tingkatkan atmosfer kemitraan DK PBB