Usai shalat Idul Fitri digelar upacara HUT Boyolali
31 Mei 2019 19:43 WIB
Sejumlah warga tergabung Forum Umat Islam Boyolali (FUIB) saat melakukan dialog dengan Pemkab Boyolali terkait upacara HUT Boyolali pada Hari Raya Idul Fitri, di ruang Sekda Boyolali, Jumat. (Foto:Bambang Dwi Marwoto)
Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menjadwalkan upacara peringatan HUT ke-172 kabupaten itu yang bersamaan Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah pada 5 Juni 2019.
Usai pelaksanaan Shalat Idul Fitri di depan Pendopo Alit Rumah Dinas Bupati Boyolali, pada Rabu(5/6) selanjutnya digelar upacara HUT Kabupaten Boyolali ke-172, kata Sekretaris Daerah Boyolali, Masruri di Boyolali, Jumat.
Upacara digelar di halaman rumah dinas bupati, dan peserta menggunakan pakaian adat Jawa.
Peserta upacara hanya pejabat eselon II, III dan IV serta perwakilan guru. Namun, bagi pejabat tidak ada keharusan untuk mengikuti upacara.
"Jika ada yang berhalangan hadir, juga tidak masalah. Mereka diberikan kebebasan untuk tidak ikut upacara," ujar Sekda.
Pejabat Boyolali yang ada kesulitan, kaitannya dengan jarak dan sebagainya diberikan kebebasan untuk tidak ikut upacara. Untuk izin bisa menelpon panitia sebagai pemberitahuan.
Pelaksanaan Shalat Idul Fitri pukul 06.15 WIB dan sekitar pukul 07.00 WIB sudah selesai. Bagi pejabat Pemkab Boyolali bisa langsung menuju lokasi upacara untuk persiapan ganti baju dan sebagainya. Panitia sudah menyiapkan tempat di SMPN 1 Boyolali untuk ganti pakaian adat Jawa.
Pemkab Boyolali yang akan menggelar upacara HUT Boyolali bersamaan Hari Raya Idul Fitri sempat mendapat protes Forum Umat Islam Boyolali (FUIB). Sejumlah orang dari FUIB mendatangi kantor Sekretariat Daerah (Setda) Boyolali mempertanyakan keputusan Bupati Boyolali itu.
Menurut Ketua FUIB Hufron Rofa’I pihaknya mengajukan keberatan atas pelaksanaan upacara HUT Boyolali yang bertepatan dengan 1 Syawal 1440 Hijriyah.
Selain itu, FUIB juga meminta kalau bisa upacara peringatan HUT ke-172 Kabupaten Boyolali itu, diundur di hari yang lain atau usai Lebaran.
Menurut dia, pihaknya memberikan saran tersebut dengan alasan, karena 1 Syawal adalah Hari Raya Umat Islam dan merupakan hari yang sangat sakral.
Hari untuk bersilaturahmi. Jika disibukan dengan acara kenegaraan, dikawatirkan mengurangi kesakralan itu.
"Warga sudah terbiasa, setelah salat Idul Fitri berkumpul bersama keluarga besar untuk saling maaf memaafkan, saling bersilaturahmi dan dari tetangga ke tetangga lain," katanya.
Pada rangkaian peringatan HUT Boyolali juga diawalai dengan Niti Tilas Ki Ageng Pandan Arang. Seperti lazim dilakukan setiap tahun, untuk acara Niti Tilas tetap digelar di Kali Gedhe dengan berbagai acara.
Bahkan HUT Boyolali kali ini juga ada acara budaya dan pengiriman doa bagi Ki Ageng Pandan Arang dari Pondok Pesantren Sunan Pandan Arang, Tanduk, Ampel diikuti 172 santri.
Usai pelaksanaan Shalat Idul Fitri di depan Pendopo Alit Rumah Dinas Bupati Boyolali, pada Rabu(5/6) selanjutnya digelar upacara HUT Kabupaten Boyolali ke-172, kata Sekretaris Daerah Boyolali, Masruri di Boyolali, Jumat.
Upacara digelar di halaman rumah dinas bupati, dan peserta menggunakan pakaian adat Jawa.
Peserta upacara hanya pejabat eselon II, III dan IV serta perwakilan guru. Namun, bagi pejabat tidak ada keharusan untuk mengikuti upacara.
"Jika ada yang berhalangan hadir, juga tidak masalah. Mereka diberikan kebebasan untuk tidak ikut upacara," ujar Sekda.
Pejabat Boyolali yang ada kesulitan, kaitannya dengan jarak dan sebagainya diberikan kebebasan untuk tidak ikut upacara. Untuk izin bisa menelpon panitia sebagai pemberitahuan.
Pelaksanaan Shalat Idul Fitri pukul 06.15 WIB dan sekitar pukul 07.00 WIB sudah selesai. Bagi pejabat Pemkab Boyolali bisa langsung menuju lokasi upacara untuk persiapan ganti baju dan sebagainya. Panitia sudah menyiapkan tempat di SMPN 1 Boyolali untuk ganti pakaian adat Jawa.
Pemkab Boyolali yang akan menggelar upacara HUT Boyolali bersamaan Hari Raya Idul Fitri sempat mendapat protes Forum Umat Islam Boyolali (FUIB). Sejumlah orang dari FUIB mendatangi kantor Sekretariat Daerah (Setda) Boyolali mempertanyakan keputusan Bupati Boyolali itu.
Menurut Ketua FUIB Hufron Rofa’I pihaknya mengajukan keberatan atas pelaksanaan upacara HUT Boyolali yang bertepatan dengan 1 Syawal 1440 Hijriyah.
Selain itu, FUIB juga meminta kalau bisa upacara peringatan HUT ke-172 Kabupaten Boyolali itu, diundur di hari yang lain atau usai Lebaran.
Menurut dia, pihaknya memberikan saran tersebut dengan alasan, karena 1 Syawal adalah Hari Raya Umat Islam dan merupakan hari yang sangat sakral.
Hari untuk bersilaturahmi. Jika disibukan dengan acara kenegaraan, dikawatirkan mengurangi kesakralan itu.
"Warga sudah terbiasa, setelah salat Idul Fitri berkumpul bersama keluarga besar untuk saling maaf memaafkan, saling bersilaturahmi dan dari tetangga ke tetangga lain," katanya.
Pada rangkaian peringatan HUT Boyolali juga diawalai dengan Niti Tilas Ki Ageng Pandan Arang. Seperti lazim dilakukan setiap tahun, untuk acara Niti Tilas tetap digelar di Kali Gedhe dengan berbagai acara.
Bahkan HUT Boyolali kali ini juga ada acara budaya dan pengiriman doa bagi Ki Ageng Pandan Arang dari Pondok Pesantren Sunan Pandan Arang, Tanduk, Ampel diikuti 172 santri.
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019
Tags: