Jakarta (ANTARA) - Salah satu lembaga pemeringkat utama global Standard and Poor’s (S&P) meningkatkan peringkat kredit Indonesia dari BBB minus (BBB-) dengan prospek stabil (Outlook Stabil) menjadi BBB prospek stabil (Outlook Stabil).

Dalam laporan yang dikutip di Jakarta, Jumat, S&P menyebutkan salah satu faktor kunci peningkatan peringkat Indonesia itu adalah prospek pertumbuhan ekonomi Tanah Air yang kuat. Prospek itu juga didukung kebijakan otoritas atau pemerintahan yang diperkirakan terus berlanjut pasca-keputusan Komisi Pemilihan Umum bahwa petahana Presiden Joko Widodo memenangi Pemilihan Umum Presiden dan akan melanjutkan pemerintahan.

Selain itu, perbaikan peringkat kredit atau utang Indonesia itu juga didukung oleh rasio utang pemerintah yang dinilai terkendali dan pengelolaan anggaran fiskal yang baik.

"Ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang memiliki tingkat pendapatan yang sama (peers). Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah telah efektif mendukung pembiayaan publik yang berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi yang berimbang," tulis S&P.

Menyikapi kenaikan peringkat dari S&P itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan Indonesia kini memperoleh status layak investasi (Investment Grade) dengan level yang sama dari ketiga lembaga pemeringkat utama global, yaitu S&P, Moody’s Service dan Fitch Ratings.

Hal ini, kata Perry, menunjukkan bahwa lembaga-lembaga pemeringkat tersebut memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap prospek perekonomian Indonesia.

Perekonomian Indonesia, ujarnya, didukung oleh koordinasi kebijakan moneter, sektor keuangan, dan fiskal yang diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi, dengan tetap mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

"Bank Indonesia dan Pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan reformasi struktural untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, berimbang, dan inklusif," ujar Perry.

Menurut laporan S&P, secara rata-rata dalam 10 tahun terakhir, pendapatan riil per kapita Indonesia tumbuh sebesar 4,1 persen. Angka itu lebih tinggi daripada negara-negara ekonomi sepadan yang tercatat rata-rata sebesar 2,2 persen.

Hal ini menunjukkan dinamika ekonomi Indonesia yang konstruktif di tengah lingkungan eksternal yang penuh tantangan dalam beberapa tahun terakhir.

"Tren ini dinilai akan terus berlanjut jika pemerintahan Presiden Joko Widodo melanjutkan komitmennya untuk meningkatkan investasi di bidang infrastruktur dan sumber daya manusia," ujar S&P.

Di sisi fiskal, rasio utang Pemerintah diperkirakan stabil selama beberapa tahun ke depan sebagai cerminan dari proyeksi keseimbangan fiskal. Rasio utang pemerintah terhadap PDB diperkirakan tetap di bawah 30 persen seiring dengan terjaganya defisit fiskal dan pertumbuhan PDB.

S&P sebelumnya mempertahankan peringkat Indonesia pada level BBB- prospek stabil (outlook Stabil) pada 31 Mei 2018.

Baca juga: Moody`s Revisi Peringkat Kredit Indonesia Positif
Baca juga: Indonesia akan raih "investment grade"