Menteri Perdagangan Jepang undang Jonan bahas investasi EBT
30 Mei 2019 13:09 WIB
Dokumentasi Menteri ESDM Ignasius Jonan bertemu dengan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda di Tokyo sepakat kembangkan Blok Masela. (Kementerian ESDM)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan bertemu Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang, Hiroshige Seko, bersama Duta Besar Kekaisaran Jepang untuk Indonesia, Ishii Masadumi, guna membahas investasi Energi Baru Terbarukan (EBT).
Hal ini dikemukakan oleh Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi, dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Kamis
"Kita mengundang para investor asal Jepang untuk menanamkan modalnya di bidang EBT di tanah air. Intinya, Kementerian ESDM mengundang Jepang untuk investasi di EBT," ungkap Yudo di Gedung Kementerian ESDM.
Pada pertemuan tersebut akan membuka peluang bagi kedua negara untuk berkolaborasi mengembangkan kerja sama energi di bidang investasi ketenagalistrikan, supply LNG, kendaraan listrik dan hibrida, Blok Masela serta lebih fokus ke pembangkit EBT di Indonesia.
"Jepang siap menawarkan diri untuk membantu Indonesia dalam pengembangan pembangkit EBT ," ujar Yudo.
Secara khusus, Hiroshige juga mengundang kehadiran Jonan pada acara energy transition ministerial meeting di Jepang bulan Juni nanti. "Menteri Jepang mengundang Pak Jonan untuk hadir dalam acara energy transition saat G-20 nanti di Jepang pada 15 Juni hingga 16 Juni 2019," jelas Yudo.
Transisi energi, imbuh Yudo, menjadi salah satu agenda penting yang diulas oleh para anggota G-20. Bahkan, di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi nanti dimemungkinkan akan ada penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di bidang energi.
Setiap negara akan mengusung konsep energi baru terbarukan. Indonesia sendiri mengusung biofuel khususnya B20 (Pencampuran 20 persen biodiesel dan 80 persen solar).
Langkah Indonesia sejauh ini mendapatkan dukungan positif dari Brasil dan Italia. Meski begitu, penggunaan biofuel sawit sebagai bahan bakar sejatinya masih menjadi polemik khususnya bagi negara-negara di Eropa.
Hal ini dikemukakan oleh Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi, dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Kamis
"Kita mengundang para investor asal Jepang untuk menanamkan modalnya di bidang EBT di tanah air. Intinya, Kementerian ESDM mengundang Jepang untuk investasi di EBT," ungkap Yudo di Gedung Kementerian ESDM.
Pada pertemuan tersebut akan membuka peluang bagi kedua negara untuk berkolaborasi mengembangkan kerja sama energi di bidang investasi ketenagalistrikan, supply LNG, kendaraan listrik dan hibrida, Blok Masela serta lebih fokus ke pembangkit EBT di Indonesia.
"Jepang siap menawarkan diri untuk membantu Indonesia dalam pengembangan pembangkit EBT ," ujar Yudo.
Secara khusus, Hiroshige juga mengundang kehadiran Jonan pada acara energy transition ministerial meeting di Jepang bulan Juni nanti. "Menteri Jepang mengundang Pak Jonan untuk hadir dalam acara energy transition saat G-20 nanti di Jepang pada 15 Juni hingga 16 Juni 2019," jelas Yudo.
Transisi energi, imbuh Yudo, menjadi salah satu agenda penting yang diulas oleh para anggota G-20. Bahkan, di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi nanti dimemungkinkan akan ada penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di bidang energi.
Setiap negara akan mengusung konsep energi baru terbarukan. Indonesia sendiri mengusung biofuel khususnya B20 (Pencampuran 20 persen biodiesel dan 80 persen solar).
Langkah Indonesia sejauh ini mendapatkan dukungan positif dari Brasil dan Italia. Meski begitu, penggunaan biofuel sawit sebagai bahan bakar sejatinya masih menjadi polemik khususnya bagi negara-negara di Eropa.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019
Tags: