Tokyo (ANTARA) - Saham-saham Asia mengikuti kerugian Wall Street pada awal perdagangan Kamis pagi, karena retorika dari Beijing dan Washington mengenai masalah perdagangan membuat investor semakin khawatir tentang dampak perang tarif terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Penghindaran risiko menopang aset-aset safe haven global seperti obligasi pemerintah, dengan imbal hasil surat utang Jerman yang dijadikan patokan mendekati rekor terendah.

Pertikaian antara dua ekonomi terbesar di dunia itu menunjukkan sedikit tanda-tanda mereda, dengan surat kabar China melaporkan bahwa Beijing dapat menggunakan rare earths ( (logam tanah jarang) untuk menyerang kembali ke Washington, setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan dia "belum siap" untuk membuat kesepakatan dengan China tentang perdagangan.

Nikkei Jepang turun 0,5 persen dan saham Australia turun 0,66 persen.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang, berdiri sedikit berubah setelah tergelincir ke level terendah empat bulan pada hari sebelumnya.

"Pasar ekuitas berada di tengah-tengah penetapan harga dalam perang dagang jangka panjang, dengan para peserta membentuk portofolio mereka untuk mengantisipasi konflik yang berkepanjangan," kata Soichiro Monji, ahli strategi senior di Sumitomo Mitsui DS Asset Management.

"KTT G20 yang akan datang dapat memberikan bantuan kepada pasar, karena Amerika Serikat dan China dapat menggunakan acara tersebut untuk mulai bernegosiasi lagi mengenai perdagangan."

Pertemuan G20 ditetapkan digelar pada 28-29 Juni di Jepang.

Di tengah pelarian ke aset-aset yang dinilai aman, imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman jatuh ke level terendah tiga tahun minus 0,179 persen semalam. Penurunan di bawah minus 0,200 persen yang ditetapkan pada 2016 akan membawa imbal hasil ke rekor terendah.

Imbal hasil obligasi 10-tahun Spanyol dan Portugal juga jatuh ke rekor terendah karena imbal hasil German Bund yang sangat negatif telah mendorong investor mencari tempat lain untuk pengembalian.

Di tempat lain, imbal hasil obligasi 10-tahun pemerintah AS mencapai 2,267 persen, setelah jatuh ke level terendah 20-bulan di 2,210 persen pada Rabu (29/5/2019).

Imbal hasil surat utang pemerintah yang lebih rendah tidak bertahan, indeks dolar AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya stabil di 98,139, setelah dua hari berturut-turut naik, dengan greenback berfungsi sebagai tempat yang aman.

Euro sedikit lebih tinggi pada 1,1141 dolar AS, mundur sedikit setelah tiga hari berturut-turut melemah.

Dolar AS sedikit berubah pada 109,615 yen setelah bangkit kembali dari level terendah dua minggu di 109,150 yen pada Rabu (29/5/2019).

Harga minyak naik moderat menyusul perdagangan fluktuatif pada Rabu (29/5/2019), ketika mereka jatuh ke posisi terendah tiga bulan pada satu titik, karena kekhawatiran perang perdagangan juga mencengkeram pasar komoditas.

Minyak mentah berjangka AS naik 0,43 persen pada 59,06 dolar AS per barel setelah jatuh ke 56,88 dolar AS pada hari sebelumnya, terendah sejak 12 Maret.

Kekhawatiran perdagangan telah membebani minyak tetapi kendala pasokan yang terkait dengan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan ketegangan politik di Timur Tengah telah menawarkan beberapa dukungan.