Sukabumi dijadikan proyek percontohan program swasembada bawang putih
29 Mei 2019 22:13 WIB
Bawang putih hasil produksi PT Agri Muda Indonesia di Desa Langeunsari, Kecamatan Sukaraja, kabupaten Sukabumi, Jabar yang sedang dalam masa penggantangan usai panen untuk dijadikan benih dalam upaya penyediaan benih dalam program swasembada bawang putih 2021. (Foto: Aditya Rohman/Antaranews).
Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Kementerian Pertanian RI menjadikan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat sebagai daerah proyek percontohan program swasembada bawang putih karena telah berhasil memproduksi komoditas ini untuk dijadikan benih dengan rata-rata setiap hektarenya mencapai 12 ton.
"Kami sangat optimis pada 2021 Indonesia bisa swasembada bawang putih seperti lahan pertanian bawang putih yang ada Desa Langeunsari, Kecamatan Sukaraja ini yang telah berhasil mengembangkan komoditas penting ini," kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan, Mohamad Ismail Wahab di Sukabumi, Rabu.
Menurut Ismail, sebenarnya beberapa tahun silam Indonesia pernah surplus bawang putih, namun karena harganya murah akhirnya petani enggan menanamnya lagi. Maka dari itu, pihaknya ingin mengembalikan lagi kejayaan komoditas ini.
Bahkan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaeman menargetkan dua tahun Indonesia harus bisa berswasembada bawang putih, apalagi melihat potensinya yang cukup baik seperti di lahan bawang putih yang digarap PT Agri Muda Indonesia ini.
Sehingga dengan sikap pihaknya yang optimis diharapkan pada 2021 bisa berswasembada. Namun bukan berarti swasembada ini harus 100 persen, tetapi dengan capaian 90 persen sesuai Food and Agriculture Organization (FAO) sudah masuk swasembada.
Ia mengungkapkan bahwa untuk mendongkrak produksi bawang putih ini harus ada penyediaan lahan. Namun dari hasil pemetaan yang dilakukan pihaknya, luas lahan di Indonesia yang sesuai dengan pertumbuhan bawang putih dengan ketinggian 800 Mdpl ada sekitar 600 ribu hektare.
"Untuk mencapai swasembada bawang putih ini hanya membutuhkan sekitar 80 ribu hektare lahan pertanian dan saat ini sudah ada ratusan kota dan kabupaten yang mulai mengembangkannya salah satunya Kabupaten Sukabumi dan hasilnya sangat memuaskan dan bisa dijadikan percontohan," ucap Ismail.
Ismail mengatakan untuk sementara pengembangan bawang putih ini dilakukan oleh importir karena mereka wajib menanam lima persen dari jumlah rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH). Tetapi ke depannya importir ini pun wajib melibatkan petani setempat agar bisa membuat kantong-kantong produksi bawang putih lainnya.
Sementara, Direktur Utama PT Agri Muda Indonesia Arief Widya mengatakan pihaknya optimis dengan hasil produksi bawang putihnya yang ditanam di Desa Langeunsari ini bisa membantu program pemerintah swasembada bawang putih di 2021.
Namun demikian, pihaknya masih mempunyai tugas berat untuk bisa membantu program swasembada ini, karena tidak hanya pemerintah yang harus melaksanakannya tetapi seluruh pihak mulai dari petani hingga importir atau swasta.
"Masyarakat luas harus termotivasi dengan bisnis yang menjanjikan ini dan sangat prospektif. Sehingga sayang jika kita tidak melanjutkannya sebab peluang sangat terbuka lebar," kata Arief.
Ia menambahkan pihaknya menanam bawang putih ini untuk pembenihan dan kedepannya benih hasil dari produksinya akan diperluas lahannya dengan perhitungan jika dari 20 hektare ini minimalnya menghasilkan 200 ton, maka lahan yang akan ditambah seluas 200 hektare.
Sehingga, program swasembada bawang putih ini dengan mudah tercapai karena yang terpenting adalah ketersediaan benihnya terlebih dahulu. Sebab dengan tersedianya benih itu tentunya pengusaha khususnya petani bisa secara kontinyu memproduksi untuk konsumsi.
Baca juga: Peneliti: target swasembada bawang putih hadapi banyak keterbatasan
Baca juga: DPR ingin stok ketersediaan bawang putih terus dijaga
"Kami sangat optimis pada 2021 Indonesia bisa swasembada bawang putih seperti lahan pertanian bawang putih yang ada Desa Langeunsari, Kecamatan Sukaraja ini yang telah berhasil mengembangkan komoditas penting ini," kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan, Mohamad Ismail Wahab di Sukabumi, Rabu.
Menurut Ismail, sebenarnya beberapa tahun silam Indonesia pernah surplus bawang putih, namun karena harganya murah akhirnya petani enggan menanamnya lagi. Maka dari itu, pihaknya ingin mengembalikan lagi kejayaan komoditas ini.
Bahkan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaeman menargetkan dua tahun Indonesia harus bisa berswasembada bawang putih, apalagi melihat potensinya yang cukup baik seperti di lahan bawang putih yang digarap PT Agri Muda Indonesia ini.
Sehingga dengan sikap pihaknya yang optimis diharapkan pada 2021 bisa berswasembada. Namun bukan berarti swasembada ini harus 100 persen, tetapi dengan capaian 90 persen sesuai Food and Agriculture Organization (FAO) sudah masuk swasembada.
Ia mengungkapkan bahwa untuk mendongkrak produksi bawang putih ini harus ada penyediaan lahan. Namun dari hasil pemetaan yang dilakukan pihaknya, luas lahan di Indonesia yang sesuai dengan pertumbuhan bawang putih dengan ketinggian 800 Mdpl ada sekitar 600 ribu hektare.
"Untuk mencapai swasembada bawang putih ini hanya membutuhkan sekitar 80 ribu hektare lahan pertanian dan saat ini sudah ada ratusan kota dan kabupaten yang mulai mengembangkannya salah satunya Kabupaten Sukabumi dan hasilnya sangat memuaskan dan bisa dijadikan percontohan," ucap Ismail.
Ismail mengatakan untuk sementara pengembangan bawang putih ini dilakukan oleh importir karena mereka wajib menanam lima persen dari jumlah rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH). Tetapi ke depannya importir ini pun wajib melibatkan petani setempat agar bisa membuat kantong-kantong produksi bawang putih lainnya.
Sementara, Direktur Utama PT Agri Muda Indonesia Arief Widya mengatakan pihaknya optimis dengan hasil produksi bawang putihnya yang ditanam di Desa Langeunsari ini bisa membantu program pemerintah swasembada bawang putih di 2021.
Namun demikian, pihaknya masih mempunyai tugas berat untuk bisa membantu program swasembada ini, karena tidak hanya pemerintah yang harus melaksanakannya tetapi seluruh pihak mulai dari petani hingga importir atau swasta.
"Masyarakat luas harus termotivasi dengan bisnis yang menjanjikan ini dan sangat prospektif. Sehingga sayang jika kita tidak melanjutkannya sebab peluang sangat terbuka lebar," kata Arief.
Ia menambahkan pihaknya menanam bawang putih ini untuk pembenihan dan kedepannya benih hasil dari produksinya akan diperluas lahannya dengan perhitungan jika dari 20 hektare ini minimalnya menghasilkan 200 ton, maka lahan yang akan ditambah seluas 200 hektare.
Sehingga, program swasembada bawang putih ini dengan mudah tercapai karena yang terpenting adalah ketersediaan benihnya terlebih dahulu. Sebab dengan tersedianya benih itu tentunya pengusaha khususnya petani bisa secara kontinyu memproduksi untuk konsumsi.
Baca juga: Peneliti: target swasembada bawang putih hadapi banyak keterbatasan
Baca juga: DPR ingin stok ketersediaan bawang putih terus dijaga
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: