Wali Kota Surabaya resmikan patung raksasa "Suro" dan "Boyo"
29 Mei 2019 20:51 WIB
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan patung raksasa "Suro" (hiu) dan "Boyo" (buaya) setinggi 25,6 meter di kawasan pesisir utara Kecamatan Bulak, Kota Surabaya, Jatim, Rabu. (ANTARA/HO/istimewa/Abdul Hakim)
Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan patung raksasa "Suro" (hiu) dan "Boyo" (buaya) setinggi 25,6 meter menjelang peringatan HUT ke-726 Surabaya pada 31 Mei di kawasan pesisir utara Kecamatan Bulak, Kota Surabaya, Jatim, Rabu.
"Terima kasih atas kesediaan PT Pelindo III yang sudah berkenan membantu membangun Patung 'Suro' dan 'Boyo' itu," kata Wali Kota Risma saat meresmikan Patung "Suro" dan "Boyo".
Risma mengaku bahwa Patung Suro dan Boyo ini merupakan mimpinya sejak dahulu. Menurutnya patung ini tidak hanya bisa dilihat dari darat saja tapi bisa dari laut jadi maka dari itu patungnya harus tinggi supaya bisa terlihat.
Wali Kota Surabaya itu menjelaskan untuk menaikkan perekonomian warga Kota Surabaya tidaklah mudah. Untuk itu, lanjut dia, pihaknya terus berinovasi menciptakan sesuatu yang baru di setiap tahunnya, agar wisatawan tertarik datang tidak hanya sekali.
"Jadi tiap tahun harus ada yang baru di kota kita ini karena jika tidak ada yang baru orang tidak mau lagi datang. Oleh karena itu saya mencoba tiap tahun ada sesuatu yang baru. Supaya Surabaya menjadi destinasi tujuan wisata," ujarnya.
Proses pengerjaan patung dengan tinggi total 25,6 meter ini, dibangun mulai 26 Februari 2019 dan selesai pada 10 Mei 2019. Dengan tinggi dudukan patung 5 meter dan diameter 15 meter berdiri di area Taman Suroboyo yang memiliki luas 11.900 meter persegi.
Menariknya, Patung Suro dan Boyo ini memiliki bentuk unik berupa rumput laut menyerupai asli di antara kedua patung tersebut. Tak hanya itu, warna dari patung ini berbeda dengan patung Suro dan Boyo yang sudah ada dan menjadi salah satu ikon di Kota Surabaya.
Dengan diresmikannya Patung Suro dan Boyo tersebut, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini optimistis, jika suatu saat Surabaya akan menjadi salah satu destinasi wisata mancanegara. Dengan begitu akan berdampak pada perekonomian warga yang semakin meningkat dan sejahtera.
"Warga di sini udah mulai terasa, saya berharap ini bisa mensejahterakan warga. Namun tidak lupa kita harus kerja keras, harus ramah dan warga daerah sini juga harus menjaga kebersihan," ujarnya.
Kepala Badan Perencanaan Kota (Bappeko) Kota Surabaya Eri Cahyadi, menyampaikan proses pembangunan patung ini tidak ada kendala. Namun, Eri mengaku, jika beberapa kali sempat mengalami revisi di antaranya revisi terkait mewujudkan bentuk anatomi kaki, sirip, ekor dan wajah "Suro" dan "Boyo".
Eri menyebut pengembangan wisata di kawasan pesisir Surabaya akan terus dilakukan. Dalam waktu dekat, pihaknya juga berencana untuk merealisasikan pembangunan Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) yang terkoneksi antara Taman Suroboyo dan Sentra Ikan Bulak (SIB).
"Tidak hanya itu, nanti kami akan terus memperindah dengan menambahkan air mancur, supaya lebih cantik. Khususnya di wilayah pesisir ini agar menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Kota Surabaya," katanya.
"Terima kasih atas kesediaan PT Pelindo III yang sudah berkenan membantu membangun Patung 'Suro' dan 'Boyo' itu," kata Wali Kota Risma saat meresmikan Patung "Suro" dan "Boyo".
Risma mengaku bahwa Patung Suro dan Boyo ini merupakan mimpinya sejak dahulu. Menurutnya patung ini tidak hanya bisa dilihat dari darat saja tapi bisa dari laut jadi maka dari itu patungnya harus tinggi supaya bisa terlihat.
Wali Kota Surabaya itu menjelaskan untuk menaikkan perekonomian warga Kota Surabaya tidaklah mudah. Untuk itu, lanjut dia, pihaknya terus berinovasi menciptakan sesuatu yang baru di setiap tahunnya, agar wisatawan tertarik datang tidak hanya sekali.
"Jadi tiap tahun harus ada yang baru di kota kita ini karena jika tidak ada yang baru orang tidak mau lagi datang. Oleh karena itu saya mencoba tiap tahun ada sesuatu yang baru. Supaya Surabaya menjadi destinasi tujuan wisata," ujarnya.
Proses pengerjaan patung dengan tinggi total 25,6 meter ini, dibangun mulai 26 Februari 2019 dan selesai pada 10 Mei 2019. Dengan tinggi dudukan patung 5 meter dan diameter 15 meter berdiri di area Taman Suroboyo yang memiliki luas 11.900 meter persegi.
Menariknya, Patung Suro dan Boyo ini memiliki bentuk unik berupa rumput laut menyerupai asli di antara kedua patung tersebut. Tak hanya itu, warna dari patung ini berbeda dengan patung Suro dan Boyo yang sudah ada dan menjadi salah satu ikon di Kota Surabaya.
Dengan diresmikannya Patung Suro dan Boyo tersebut, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini optimistis, jika suatu saat Surabaya akan menjadi salah satu destinasi wisata mancanegara. Dengan begitu akan berdampak pada perekonomian warga yang semakin meningkat dan sejahtera.
"Warga di sini udah mulai terasa, saya berharap ini bisa mensejahterakan warga. Namun tidak lupa kita harus kerja keras, harus ramah dan warga daerah sini juga harus menjaga kebersihan," ujarnya.
Kepala Badan Perencanaan Kota (Bappeko) Kota Surabaya Eri Cahyadi, menyampaikan proses pembangunan patung ini tidak ada kendala. Namun, Eri mengaku, jika beberapa kali sempat mengalami revisi di antaranya revisi terkait mewujudkan bentuk anatomi kaki, sirip, ekor dan wajah "Suro" dan "Boyo".
Eri menyebut pengembangan wisata di kawasan pesisir Surabaya akan terus dilakukan. Dalam waktu dekat, pihaknya juga berencana untuk merealisasikan pembangunan Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) yang terkoneksi antara Taman Suroboyo dan Sentra Ikan Bulak (SIB).
"Tidak hanya itu, nanti kami akan terus memperindah dengan menambahkan air mancur, supaya lebih cantik. Khususnya di wilayah pesisir ini agar menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Kota Surabaya," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: